Anda di halaman 1dari 6

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

Merupakan ketentuan hukum positif bahwa penggunaan kekerasan dalam hubungan antar Negara sudah dilarang dan oleh karena itu
permasalahan-sengketa internasional harus diselesaikan secara damai. Penyelesaian sengketa secara damai ditandatangani di Den Haag pada
tanggal 18 Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh pasal 2 ayat 3 piagam PBB. Setelah itu Kerjasama antar Negara yang diterima oleh
majelis umum PBB pada tanggal 24 Oktober 1970. Deklarasi tersebut meminta agar semua Negara menyelesaikan sengketa dengan cara damai
sedemikian rupa agar perdamaian, keamanan internasional dan keadilan tidak sampai terganggu.

Mengenai penyelesaian sengketa Internasional secara damai terdapat beberapa prisnip, yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip bahwa Negara tidak akan menggunakan kekerasan yang bersifat mengancam integritas suatu Negara.
2. Prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri suatu Negara.
3. Prinsip persamaan hak dan menentukan nasib sendiri bagi setiap bangsa.
4. Prinsip persamaan kedaulatan Negara.
5. Prinsip hukum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan dan integritas teritorial Negara.
6. Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional.
7. Prinsip keadilan dan hukum internasional.

A. Kebebasan Memilih Prosedur Penyelesaian


Hal ini ditegaskan oleh pasal 33 Piagam PBB yang meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa
mereka sambil menyebutkan berm acam-macam prosedur yang dapat dipilih oleh negara-negara yang bersengketa. Karena kebebasan ini,
negara-negara pada umumnya memberikan prioritas pada prosedur penyelesaian secara politik, ketimbang penyelesaian melalui arbitrase atau
secara yuridiksional karena penyelesaian secara politik akan lebih melindungi kedaulatan mereka. Kalau tidak berhasil maka baru diambil
prosedur penyelesaian secara hukum, sekiranya sengketa tersebut mempunyai juga mempunyai aspek hukum.

B. Perbedaan Penyelesaian Sengketa Secara Politik dan Secara Hukum


Pada umumnya hukum internasional membedakan sengketa internasional atas sengketa yang bersifat politik dan sengketa yang bersifat
hukum. Sengketa politik ialah sengketa dimana suatu negara mendasarkan tuntutannya atas pertimbangan non yuridik, misalnya atas dasar
politik atau kepentingan nasional lainnya. Sengketa hukum ialah sengketa dimana suatu negara mendasarkan suatu sengketa atau tuntutannya
atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh hukum internasional. Perbedaan kedua cara
penyelesaian sengketa ini terletak pada tingkat kekuatan mengikat dan keputusan yang diambil. Keputusan yang diambil dalam penyelesaian
sengketa secara politik hanya berbentuk usul-usul yang tidak mengikat negara yang bersengketa. Usul-usul tersebut tetap mengutamakan
kedaulatan negara-negara yang bersengketa dan tidak harus didasarkan atas ketentuan-ketentuan hukum. Keputusan-keputusan yang diambil
dalam menyelesaikan sengketa secara hukum mempunyai sifat mengikat dan membatasi kedaulatan negara-negara yang bersengketa, ini
disebabkan karena keputusan yang diambil didasarkan atas prinsip-prinsip hukum internasional.

1. Penyelesaian Secara Politik (Non Yuridiksional)


Penyelesaian dalam kerangka antar negara;
Penyelesaian dalam kerangka organisasi PBB;
Penyelesaian dalam kerangka organisasi-organisasi regional.
a. Penyelesaian dalam Kerangka Antar Negara
Cara penyelesaian sengketa yang tradisional adalah perundingan secara langsung (negotiation). Namun setatelah berjalannya waktu
cara-cara lain pun telah dibuat dengan tujuan untuk mempermudah perundingan, misalnya dengan penyusunan terlebih dahulu usul-
usul yang akan menjadi dasar perundingan.
Perundingan Diplomatik
Perundingan biasanya diadakan dalam bentuk pembicaraan langsung antara negara-negara yang bersengketa dalam pertemuan
tertutup antara wakil-wakilnya. Tetapi dalam kenyataannya negara-negara yang bersengketa tidak dapat langsung berunding begitu
saja tanpa adanya pihak-pihak yang menghubungkan mereka. Dalam hal ini perundingan-perundingan berlangsung dalam kerangka
yang lebih luas, baik dalam bentuk kongres ataupun konferensi atas prakarsa suatu negara ketiga atau sekelompok negara yang
menawarkan jasa-jasa baik atau mediasi.
Angket
Angket juga merupakan cara penyelesaian sengketa antar negara yang non yuridiksional dengan tujuan untuk mengumpulkan fakta-
fakta yang merupakan penyebab dari suatu sengketa, keadaan diwaktu terjadinya sengketa dan jenis dari sengketa yang terjadi.
Konsoliasi
Konsoliasi adalah suatu cara penyelesaian secara damai sengketa internasional oleh suatu organ yang telah dibentuk sebelumnya atau
dibentuk kemudian atas kesepakatan pihak-pihak yang bersengketa setelah lahirnya masalah yang dipersengketakan. Dalam hal ini
organ tersebut mengajukan usul-usul penyelesaian kepada pihak-pihak yang bersengketa. Komisi konsiliasi bukan saja bertugas
mempelajari fakta-fakta akan tetapi juga harus mempelajari sengketa dari semua segi agar dapat merumuskan suatu penyelesaian.
b. Penyelesaian dalam Kerangka Organisasi PBB
Diantara organisasi-organisasi internasional dan regional yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan sengketa-sengketa
internasional hanya PBB mempunyai tempat khusus, karena kegiatan-kegiatannya mencakup hampir semua bidang dengan peranan
utamanya yang diberikan masyarakat internasional, yaitu : menjaga keamanan dan perdamaian dunia.
Peranan Utama Dewan Keamanan
Agar kedamaian dan keamanan internasional dapat terpelihara tentu sengketa-sengketa antara negara anggota harus diselesaikan
secara damai. Penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai diatur oleh Bab VI Piagam PBB. Yang sangat menarik
perhatian di sini ialah bahwa untuk mengajukan suatu sengketa ke Dewan Keamanan tidak diperlukan persetujuan pihak lain. Jadi
suatu negara dapat langsung meminta perhatian Dewan dan dalam hal ini persoalan kedaulatan sudah dilewatkan.
Intervensi Majelis Umum
Peranan Majelis Umum menurut pasal 10 Piagam PBB yaitu Majelis umum dapat membahas semua persoalan atau hal-hal yang
termasuk dalam kerangka Piagam, atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi salah satu organ yang tercantum dalam
Piagam dan membuat rekomendasi-rekomendasi kepada anggota-anggota PBB atau ke Dewan Keamanan.

c. Penyelesaian dalam Kerangka Organisasi-organisasi dan Badan-badan Regional


Pasal 33 Piagam PBB menetapkan bahwa salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional secara damai adalah melalui
pengaturan regional (regional arrangement) serta campur tangan organisasi-organisasi dan badan-badan regional, berdasarkan pilihan
para pihak sendiri. Selain itu, Bab VIII Piagam PBB juga menetapkan hal yang sama, khususnya pasal 52 yang merujuk pada
penyelesaian sengketa internasional melalui regional arrengement dan regional agencies. Wewenang organisasi-organisasi dan
badan-badan regional di dalam proses awal penyelesaian sengketa secara damai ditentukan secara berbeda menurut prosedur masing-
masing pengaturan regional.
2. Penyelesaian Secara Hukum
Penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara hukum akan menghasilkan keputusan yang mengikat terhadap negara-negara yang
bersengketa. Sifat mengikat ini didasarkan atas kenyataan bahwa penyelesaian-penyelesaian atau keputusan-keputusan yang diambil,
seluruhnya berlandaskan pada ketentuan-ketentuan hukum.
a. Peradilan Internasional
Peradilan Internasional di dalam penyelesaian masalah sengeketa dilakukan dengan menerapkan ketentuan hukum yang dibentuk
secara teratur. Pengadilan dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu pengadilan permanen dan pengadilan ad hoc atau pengadilan
khusus. Pengadilan internasional permanen contohnya adalah Mahkamah Internasional (ICJ). Peradilan Internasional Lainnya di
Bawah Kerangka PBB yaitu Mahkamah Pidana Internasional b. Mahkamah Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia c.
Mahkamah Kriminal untuk Rwanda
b. Arbitrasi Internasional
Arbitrasi internasional bertujuan untuk menyelesaikan sengketa antar negara oleh hakim-hakim pilihan dan atas dasar ketentuan
hukum. Penyelesaian melalui arbitrasi ini berarti bahwa negara harus melaksanakan keputusan dengan itikad baik. Dari definisi ini
didapatkan ciri-ciri pokok arbitrasi yaitu bersifat sukarela, sifat hukum yang mengikat, dan non-institusional. Yang dimaksudkan
dengan sifat sukarela ialah negara-negara tidak diharuskan memilih cara penyelesaian yang demikian dan negara-negara juga bebas
memilih hakim-hakimnya. Sifat hukum yang mengikat terletak pada keharusan negara-negara melaksanakan keputusan dengan
itikad baik, sedangkan sifat non-institusionalnya berarti bahwa hakim-hakim yang dipilih bukan merupakan organ permanen yang
dibentuk sebelum lahirnya suatu sengketa dan bertujuan untuk memeriksa sengketa itu saja.
c. Mahkamah Internasional
Seperti juga halnya dengan arbitrasi internasional, yurisdiksi internasional ini juga merupakan suatu cara penyelesaian sengketa
antar negara yang didasarkan atas ketentuan-ketentuan hukum dan karena itu kedua prosedur penyelesaian ini juga menghasilkan
keputusan hukum. Arbitrasi adalah suatu prosedur penyelesaian antar negara yang menghormati semaksimum mungkin kedaulatan
negara-negara. Dalam arbitrasi, tidak ada tribunal yang didirikan sebelumnya, yang komposisi dan ketentuan-ketentuan
organisasinya mengikat pihak-pihak yang bersengketa. Studi mengenai Mahkamah ini akan dibagi dalam empat seksi yaitu : Aspek-
aspek institusional Mahkamah; Wewenang Mahkamah; Pendapat-pendapat yang tidak mengikat; Penilaian peranan Mahkamah.

Anda mungkin juga menyukai