Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN

PENYANGGA ASPEK MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK,


DAN SIMBOLIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3
MALANG TAHUN AJARAN 2013/ 2014

Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan


Jurusan Kimia, FMIPA
Universitas Negeri Malang
yusriaizza21@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA
SMAN 3 Malang pada materi larutan penyangga aspek makroskopik, submikroskopik, dan
simbolik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik purposive sampling. Instrumen
penelitian berupa tes tertulis yang berjumlah 28 soal pilihan ganda yang dibagi ke dalam tiga
aspek, yaitu aspek makroskopik sebanyak 8 soal, aspek submikroskopik sebanyak 6 soal, dan
aspek simbolik sebanyak 14 soal. Berdasarkan hasil verifikasi, diperoleh validitas isi
instrumen sebesar 95,23%. Reliabilitas instrumen yang dihitung menggunakan software
program statistik anates ver 4.0.9 sebesar 0,94. Penelitian ini menggunakan rancangan
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat pemahaman siswa
pada materi larutan penyangga aspek makroskopik termasuk sangat tinggi (88,11%), (2)
Tingkat pemahaman siswa pada materi larutan penyangga aspek submikroskopik termasuk
sangat kurang (18,01%), (3) Tingkat pemahaman siswa pada materi larutan penyangga aspek
simbolik termasuk sedang (52,99%).

Kata kunci: makroskopik, submikroskopik, simbolik, larutan penyangga, pemahaman


siswa

Abstract

The purpose of this resarch was to determine the level of understanding of class XI IPA
SMAN 3 Malang in macroscopic, submicroscopic and symbolic of buffer solution. Data was
collected through purposive sampling technique. The instrument consists of 28 multiple
choice questions divided into 8 of macroscopic, 6 of submicroscopic, 14 of symbolic. The
validity of the instrument of 95.23%. Instrument reliability is determined using statistical
software program anates ver 4.0.9 of 0.94. This study uses a quantitative descriptive design.
The results showed that (1) the level of understanding of students on buffer solution is
88.11% of macroscopic, 18.01% of submicroscopic, and 52.99% of symbolic.

Keywords: macroscopic, submicroscopic, symbolic,buffer solution, student understanding

PENDAHULUAN pengamatan langsung, mendeskripsikannya


Kimia merupakan salah satu bagian ilmu pada level molekuler, dan
pengetahuan alam yang menjadikan materi menggambarkannya ke dalam bentuk simbol
sebagai kajian utamanya, meliputi struktur, dan rumus kimia. Selanjutnya, Johnstone
susunan, sifat, energi, dan perubahannya. dalam Talanquer (2011:180) menyebutkan
Johnstone (2006: 59) mengungkapkan pembelajaran semacam ini dikenal sebagai
bahwa dalam mempelajari kimia, siswa triangular Johnstone yang
diharuskan belajar secara berkesinambungan menginterpretasikan pengetahuan dan
yaitu melalui pengenalan objek dengan pemahaman kimia ke dalam tiga aspek yaitu

Yusria Izzatul Ulva dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Larutan Penyangga 69
Aspek Makroskopik, Submikroskopik, dan Simbolik
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016

makroskopik, submikroskopik, dan tersebut digambarkan sebagai segitiga


simbolik. Aspek makroskopik meliputi representasi kimia yang disajikan pada
fenomena yang dapat diamati secara Gambar 1.Selain itu, konsep-konsep dalam
langsung dan dideskripsikan, aspek ilmu kimia umumnya bersifat abstrak dan
submikroskopik meliputi penggambaran berkelanjutan. Sastrawijaya dalam Effendy
partikulat materi, dan aspek (2002:8) mengungkapkan keberhasilan
simbolikmeliputi simbol-simbol dan siswa dalam memahami konsep yang lebih
persamaan kimia yang digunakan untuk kompleks didasarkan pada pemahaman
mengkomunikasikan konsep konsep dasar yang dikuasainya.
kimia.Keterkaitan antara ketiga aspek kimia

Gambar 1.Segitiga representasi konsep kimia (Johnstone, 2006: 59)

Materi larutan penyangga merupakan mendeskripsikan suatu peristiwa atau


salah satu kajian ilmu kimia kelas XI IPA kejadian berdasarkan apa adanya (Arifin,
SMA/MA yang bersifat abstrak dan 2011:54). Pada penelitian ini, sampel tidak
berkelanjutan. Selain itu, di dalamnya juga diberikan perlakuan karena perlakuan
mencakup aspek makroskopik, terhadap sampel penelitian telah terjadi
submikroskopik, dan simbolik. Lee (1999) sebelumnya yaitu berupa kegiatan belajar
dalam Sudria (2003:2) menyebutkan bahwa mengajar materi larutan penyangga (buffer)
hambatan utama dalam memahami konsep yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat
kimia karena kecenderungan guru dalam Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rancangan
mengajarkan materi kimia hanya terbatas penelitian deskriptif kuantitatif digunakan
pada aspek makroskopik dan simbolik tanpa untuk menggali pemahaman siswa terhadap
mengaitkannya pada aspek submikroskopik. materi larutan penyangga aspek
Pembelajaran kimia yang tidak ditunjang makroskopik, submikroskopik, dan
dengan aspek submikroskopik akan simbolik. Instrumen penelitian ini berupa
menimbulkan banyak miskonsepsi. Agar soal tes pilihan ganda pada materi larutan
siswa dapat belajar konsep kimia secara penyangga yang mencakup ketiga aspek
bermakna dan tidak mengalami miskonsepsi, tersebut. Verifikasi instrumen mencakup uji
maka siswa harus menguasai representasi validitas dan reliabilitas instrumen.. Populasi
kimia secara menyeluruh pada ketiga level. dalam penelitian adalah siswa kelas XI IPA
Cara menguji tingkat pemahaman siswa SMAN 3 Malang yang berjumlah 8 kelas
mengenai konsep larutan penyangga pada dengan sampel XI IPA 6 dan XI IPA 7 yang
ketiga aspek tersebut, dapat menggunakan berjumlah 62 siswa. Pengambilan sampel
instrumen pemahaman konsep yang dilakukan dengan teknik purposive
mencakup aspek makroskopik, sampling. Penelitian dilaksanakan selama
submikroskopik, dan simbolik. bulan Mei tahun 2014.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan
deskriptif kuantitatif. Untuk

70
Yusria Izzatul Ulva dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Aspek
Makroskopik, Submikroskopik, dan Simbolik

HASIL DAN PEMBAHASAN menjawab benar dan salah pada soal larutan
penyangga aspek makroskopikseperti
Persentase Pemahaman Siswa Pada disajikan pada Gambar 2.
Larutan Penyangga Aspek Makroskopik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh data persentase siswa yang

100 88.11
80
60
%
40
20 11.89
0
Jawaban Benar Jawaban Salah

Gambar 2.Persentase Siswa yang Menjawab Benar dan Salah Soal Larutan Penyangga pada Aspek
Makroskopik

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui dan salah tes pemahaman larutan penyangga
bahwa tingkat pemahaman siswa konsep aspek submikroskopikdisajikan pada
larutan penyangga aspek makroskopik Gambar 3.Pola jawaban salah yang
termasuk sangat tinggi (88,11%). Kesalahan diberikan siswa pada soal larutan penyangga
siswa dalam menjawab soal larutan aspek submikroskopik disajikan pada Tabel
penyangga aspek makroskopik dapat 1.
disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
struktur kognitif siswa dalam membedakan Persentase Siswa yang Menjawab Benar
larutan asam, larutan basa, larutan dan Salah Soal Larutan Penyangga Aspek
penyangga asam, larutan penyangga basa, Simbolik
atau makna pH dari berbagai macam larutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
data persentase siswa yang menjawab benar
Persentase Pemahaman Siswa Pada dan salah tes pemahaman larutan penyangga
Larutan Penyangga Aspek aspek simbolik disajikan pada Gambar
Submikroskopik 4.Pola jawaban salah yang diberikan siswa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pada soal larutan penyangga aspek simbolik
data persentase siswa yang menjawab benar disajikan pada Tabel 2.

100 81.99
80
60
%
40
18.01
20
0
Jawaban Benar Jawaban Salah

Gambar 3.Persentase Siswa yang Menjawab Benar dan Salah Soal Larutan Penyangga Aspek
Submikroskopik

71
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016

Tabel 1.Pola Jawaban Salah Siswa dalam Menjawab Soal Larutan Penyangga Aspek Submikroskopik
No. % jawaban
Dugaan Penyebab Kesalahan
Soal salah siswa
3,23 Siswa menganggap garam NaF terdisosiasi sebagian di dalam air
5 70,97 Siswa menganggap garam NaF terdisosiasi sebagian di dalam air
22,58 Siswa tidak memahami makna α = 0,2
Siswa menganggap gas amoniak (NH3) akan terionisasi sempurna
43,55
dalam air (siswa tidak memahami makna α = 0,2)
Siswa menganggap gas amoniak (NH3) akan terionisasi sempurna
10 35,48 dalam air (siswa tidak memahami makna α = 0,2) sementara garam
amonium klorida (NH4Cl) akan terdisosiasi sebagian dalam larutan
Siswa menganggap garam amonium klorida (NH4Cl) akan terdisosiasi
1,61
sebagian dalam larutan
Siswa menganggap hidrogen fluorida (HF) akan terionisasi secara
sempurna (siswa tidak memahami makna α = 0,2) sementara garam
NaF mengalami disosiasi sebagian dalam air sehingga OH-dari basa
59,68
kuat yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion H+ menghasilkan
H2O sementara Na+ dari basa kuat akan bereaksi dengan F-
membentuk NaF
14 Siswa memahami makna α = 0,2 tetapi siswa tidak memahami prinsip
1,61 kerja larutan penyangga dan menganggap OH - yang ditambahkan
berekaksi dengan H+ membentuk H2O
Siswa menganggap garam NaF mengalami disosiasi sebagian dalam
air dan OH- dari basa kuat yang ditambahkan akan berekasi dengan H+
30,65
membentuk H2O sementara Na+ dari basa kuat akan bereaksi dengan
F- membentuk NaF
Siswa menganggap gas hidrogen fluorida (HF) akan terionisasi secara
sempurna jika dicampurkan dengan garamnya (NaF) sehingga
6,45
penambahan H+ dari HCl akan memperbeaar konsentrasi H+ dalam
larutan.
18 Siswa menganggap gas hidrogen fluorida (HF) akan terionisasi secara
sempurna di dalam air (siswa tidak memahami makna α = 0,2)
29,03 sementara garam NaF mengalami disosiasi sebagian dalam air
sehingga H+ dari asam kuat yang ditambahakan akan memperbesar
konsentrasi H+ dalam larutan
Siswa menganggap penambahan basa kuat dalam larutan akan
8,07 menyebabkan basa lemah NH3 mengalami ionisasi secara sempurna di
dalam air
Siswa menganggap gas amoniak (NH3) akan terionisasi sempurna
dalam air (siswa tidak memahami makna α = 0,2) sementara garam
59,68 amonium klorida (NH4Cl) akan terdisosiasi sebagian dalam larutan
23
sehingga penambahan sedikit basa kuat akan memperbesar konsentrasi
OH- di dalam larutan
Siswa menganggap gas amoniak (NH3) akan terionisasi sempurna
dalam air (siswa tidak memahami makna α = 0,2) sehingga
30,65
penambahan sedikit basa kuat akan memperbesar konsentrasi OH- di
dalam larutan
Siswa menganggap gas amoniak (NH3) akan terionisasi sempurna
dalam air (siswa tidak memahami makna α = 0,2) sehingga H+ hasil
30,65
penambahan sedikit asam kuat akan bereaksi dengan OH- membentuk
28
H2O
Siswa menganggap garam NH4Cl mengalami disosiasi sebagian dalam
58,07
air

72
Yusria Izzatul Ulva dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Aspek
Makroskopik, Submikroskopik, dan Simbolik

60
50
40
30
20
10
0
Jawaban Benar Jawaban Salah

Gambar 4.Persentase siswa yang Menjawab Benar dan Salah pada Konsep Larutan
Penyangga pada Aspek Simbolik

Tabel 2.Pola Jawaban Salah Siswa dalam Menjawab Soal Larutan Penyangga Aspek Simbolik
No. % jawaban
Dugaan Penyebab Kesalahan
Soal salah siswa
Siswa menganggap garam CH3COONa mengalami disosiasi
12,90 sebagian di dalam air dan asam lemah CH3COOH mengalami
ionisasi sempurna dalam air
2 Siswa menganggap garam CH3COONa mengalami disosiasi
48,39
sebagian di dalam air
Siswa menganggap asam lemah CH3COOH mengalami ionisasi
17,74
sempurna di dalam air
Siswa menganggap basa lemah NH3 mengalami ionisasi sempurna
19,36
dalam air
Siswa menganggap garam NH4Cl mengalami disosiasi sebagian
58,07
7 dalam air
Siswa menganggap basa lemah NH3 mengalami ionisasi sempurna
9,68 dalam air sementara garam NH4Cl mengalami disosiasi sebagian
dalam air
Siswa menganggap larutan penyangga asam dapat dibuat dari
6,45
campuran HCl dan NaCl atau campuran NH3 dan NH4Cl
Siswa menganggap larutan penyangga asam dapat dibuat dari
19 4,84
campuran NH3 dan NH4Cl atau campuran HCl dan NaOH
Siswa menganggap larutan penyangga asam dapat dibuat dari
4,84
campuran HCl dan NaCl
Siswa menganggap penentuan [H+] dalam larutan penyangga asam
9,68
sama dengan penentuan [H+] pada larutan asam lemah
Siswa menganggap penentuan [H+] dalam larutan penyangga asam
13
yang dibentuk oleh asam lemah berlebih dan basa kuat dengan
37,10
valensi dua memiliki perbandingan konsentrasi asam lemah dan basa
konjugatnya yang sama besar
Siswa menganggap pengenceran pada larutan penyangga asam akan
4 25,81
menyebabkan larutan menjadi netral dengan pH larutan =7
Siswa menganggap pengenceran pada larutan penyangga basa pada
27,42
suhu tetap akan menyebabkan kenaikan pKb secara drastis
9
Siswa menganggap pengenceran pada larutan penyangga basa akan
8,07
menyebabkan larutan menjadi netral dengan pH larutan =7
Siswa menganggap penentuan [H+] dalam larutan penyangga asam
9,68 setelah ditambah sedikit basa kuat sama dengan penentuan konsentrasi
12 [H+] pada larutan asam lemah
Siswa menganggap penambahan sedikit basa kuat ke dalam larutan
27,42
penyangga asam akan menyebabkan bertambahnya jumlah asam lemah

73
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016

No. % jawaban
Dugaan Penyebab Kesalahan
Soal salah siswa
dan berkurangnya basa konjugat
Siswa menganggap penentuan Ka asam lemah dipengaruhi oleh
59,68
garamnya (siswa menghafal rumus)
Siswa menganggap penentuan konsentrasi H+ dalam larutan penyangga
4,84 asam setelah ditambah sedikit asam kuat sama dengan penentuan
konsentrasi H+ pada larutan asam lemah
Siswa menganggap penambahan sedikit asam kuat ke dalam larutan
16
1,61 penyangga asam akan menyebabkan berkurangnya jumlah asam lemah
dan bertambahnya basa konjugat
Siswa menganggap penentuan Ka asam lemah dipengaruhi oleh
35,48
garamnya (siswa menghafal rumus)
Siswa menganggap penentuan [OH-] pada larutan penyangga basa
setelah ditambah sedikit basa kuat akan menambah [OH-] dalam
11,29
larutan sehingga perhitungan [OH-] nya sama dengan perhitungan[OH -
] pada basa lemah
21 Siswa menganggap penambahan sedikit basa kuat pada larutan
27,42 penyangga basa akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi basa
lemah dan bertambahnya konsentrasi asam konjugat
Siswa menganggap penentuan Kb basa lemah dipengaruhi oleh
37,10
garamnya (siswa menghafal rumus)
Siswa menganggap penentuan [OH-] dalam larutan penyangga basa
12,90 setelah ditambah sedikit asam kuat sama dengan penentuan [OH-] pada
larutan basa lemah
26 Siswa menganggap [OH-] berbanding terbalik dengan konsentrasi basa
8,07
lemahnya
Siswa menganggap penentuan Kb basa lemah dipengaruhi oleh
12,90
garamnya (siswa menghafal rumus)
Siswa menganggap penambahan sedikit H+ tidak mempengaruhi
40,32
kesetimbangan pada larutan penyangga
27 Siswa menganggap penambahan sedikit H+ akan menyebabkan
8,07 kenaikan ion H2PO4- dan menyebabkan kesetimbangan bergeser dari
arah reaktan ke produk

Tingkat pemahaman konsep larutan pembelajaran di kelas karena merupakan


penyanggaaspek makroskopik, termasuk “bahasa” yang menghubungkan konsep
sangat tinggi (88,11%), submikroskopik dalam kimia. Pemahaman aspek simbolik
termasuk kriteria sangat kurang (18,01%), lebih tinggi dibandingkan pemahaman aspek
dan simbolik termasuk kriteria sedang submikroskopik karena umumnya siswa
(52,99%). Hal ini dapat terjadi karena memahami konsep kimia dengan
pemahaman pada aspek makroskopik menghafalkan rumus yang ada tetapi tidak
mencakup kemampuan siswa dalam dapat memahami makna yang ada pada
mendeskripsikan objek berdasarkan fakta rumus tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
yang ada, misalnya mendeskripsikan sifat soal larutan penyangga setelah ditambah
larutan berdasarkan komponen dan nilai pH sedikit asam kuat atau basa kuat pada aspek
nya yang diukur menggunakan pH meter submikroskopik dan simbolik. Umumnya,
atau indikator universal.Pemahaman aspek siswa dapat mengerjakan soal tersebut
simbolik lebih tinggi dibandingkan dengan benar pada aspek simboliknya
pemahaman aspek submikroskopik dan lebih dengan menggunakan rumus instant.
rendah daripada aspek makroskopik. Hal ini Namun, ketika siswa diminta untuk
dikarenakan aspek simbolik mencakup menjelaskan pengaruh penambahan sedikit
simbol-simbol, persamaan reaksi kimia, dan asam kuat atau basa kuat pada larutan
operasi matematika yang sejatinya abstrak penyangga yang digambarkan melalui
tetapi lebih sering disampaikan pada visualisai komponen partikel, hampir

74
Yusria Izzatul Ulva dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Aspek
Makroskopik, Submikroskopik, dan Simbolik

seluruh siswa tidak dapat menjawab soal sangat rendah karena pemahaman pada
tersebut dengan benar. Artinya siswa tidak aspek submikroskopik menuntut siswa
dapat memahami dengan baik mengenai berpikir secara abstrak terhadap
makna dari simbol-simbol yang digunakan gambaran submikroskopik partikel
dalam kimia karena mereka hanya komponen larutan penyangga. Salah
menghafal simbol-simbol tersebut. satu penyebab siswa mengalami
kesulitan dalam aspek ini yaitu kurang
KESIMPULAN disampaikannya keterkaitan antara
Berdasarkan rumusan masalah, hasil aspek submikroskopik dengan aspek
penelitian, dan pembahasan yang telah yang lain makroskopik dan aspek
diuraikan sebelumnya, diperoleh kesimpulan simbolik.
sebagai berikut:
3. Tingkat pemahaman siswa kelas XI
1. Tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 3 Malang terhadap konsep
IPA SMAN 3 Malang terhadap konsep larutan penyangga pada aspek simbolik
larutan penyangga pada aspek termasuk kriteria sedang (52,99%).
makroskopik termasuk kriteria sangat Tingkat pemahaman siswa pada aspek
tinggi (88,11%). Tingkat pemahaman simbolik lebih tinggi dibandingkan
siswa pada aspek makroskopik tingkat pemahaman aspek
termasuk kriteria sangat tinggi karena submikroskopik dan lebih kecil jika
pemahaman pada aspek makroskopik dibandingkan dengan tingkat
merupakan kemampuan siswa dalam pemahaman aspek makroskopik. Hal ini
mendeskripsikan objek berdasarkan dapat terjadi karena aspek simbolik
fakta yang ada. lebih sering dibahas pada pembelajaran
2. Tingkat pemahaman siswa kelas XI kimia di kelas dibandingkan aspek
IPA SMAN 3 Malang terhadap konsep submikroskopik. Selain itu, aspek
larutan penyangga pada aspek simbolik bersifat abstrak sehingga
submikroskopik termasuk kriteria pemahamannya menuntut siswa
sangat rendah (18,01%). Tingkat berpikir pada tingkatan yang lebih
pemahaman siswa pada aspek tinggi dibandingkan aspek
submikroskopik termasuk kriteria makroskopik.

DAFTAR RUJUKAN Negeri Singaraja, 4, (online), (http:// www.


undiksha.ac.id), diakses tanggal 2 Maret
Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan. 2013.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
. Talanquer, V. 2010. Macro, Submicro, and
Effendy. 2002. Uupaya untuk Mengatasi Symbolic: The many faces of Chemistry
Kesalahan Konsep dan Pengajaran Kimia “triplet” International Journal of Science
dengan Menggunakan Strategi Konflik Education, 32 (2): 179-195, (online), (http://
Kognitif. Media Komunikasi Kimia, 2 (6): 1- www. informaword.com), diakses tanggal
22. 14 Maret 2014.

Johnstone. 2006. Chemistry Education


Research in Glasgow in Perspective. Chem
Educ. Res. Pract, (online),
(http//:www.ERIC. com), diakses 14 April
2013.

Sudria, I. B. N. 2003. Model visual dalam


pembelajaran Aspek Partikulat Kimia.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP

75

Anda mungkin juga menyukai