BAB I
PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium.
Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah
Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak
kelompok umur 1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yaitu campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau
tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang yang
sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988)
Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar
(70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan
anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988)
sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun, angka
kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu sebesar
dan dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus yang parah,
resiko terbesar adalah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi,
anak-anak dan manula yang lemah. Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan
kunci utama penanganan untuk pasien sakit diare akut (Zeina, 2004).
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau
virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan muntah–
muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat
dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan
kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan
intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika
dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus segera masuk
rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya pengobatan (Setiawan,
2005). Dalam hal ini aspek yang tidak kalah penting adalah mendapatkan asuhan
BAB II
PEMBAHASAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar
ETIOLOGI
1. Faktor infeksi :
Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing),
Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral :
Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi :
Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan :
Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis :
Rasa takut, cemas.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam
lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
3. Gangguan motilitasusus
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria.
Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Kultur tinja
TERAPI MEDIS
2. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi parenteral
3. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI
1. Definisi
2. Nilai-Nilai Normal
Pengukuran berat badan ideal adalah mengacu ke berat lemak tubuh, yaitu :
Body Mass Index (BMI) = berat badan (kg) dibagi tinggi badan (meter) kuadrat, di mana
nilai :
3. Pengkajian
o Fisiologis
o Psikologis
o Sosio budaya
o Perkembangan
o Spiritual
A : Antropometri measurement
B : Biochemical data
C : Clinical sign
D : Dietary history
o Ada dan berapa banyak yang dimakan. Bagaimana kualitas zat gizi
o Kemampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi
5. Intervensi Keperawatan
a. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk
c. Pengkajian
Observasi / temuan :
4. Diare
5. Kembung
6. Otot lemah
7. Aritmia
10. Oliguria
e. Intervensi Keperawatan
5. Kolaborasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
diare
menerus.
RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi :
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak
cairan 1 lt
d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
e. Kolaborasi :
Rasional : Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
Rasional : Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
Intervensi :
a. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
b. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder
dari diare
Intervensi :
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (adanya infeksi)
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
BAB (diare)
Intervensi :
b. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban
c. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
BAB
PENUTUP
Pada penyakit diare akut juga dibutuhkan terapi supportif untuk membantu pasien
dalam memulihkan kondisi pasien. Selama periode diare, dibutuhkan intake kalori
yang cukup bagi penderita yang berguna untuk energi dan membantu pemulihan
enterosit yang rusak. Obat-obatan yang bersifat antimotilitas tidak dianjurkan pada
diare dengan sindroma disentri yang disertai demam. Beberapa golongan obat yang
bersifat simtomatik pada diare akut dapat diberikan dengan pertimbangan klinis yang
pada daya tahan tubuh seseorang. Gejala biasanya terjadi tiba-tiba yaitu mual, muntah,
sakit kepala, demam, dingin, badan tak enak, sering buang air besar, tanpa darah dan
Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini
disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare. Dehidrasi
adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian
terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi (Anonimª, 2008).
cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui
muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Dehidrasi ini dibagi
menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat .
melakukan rencana keperawatan denan melakukan intervensi seperti memantau tanda dan
gejala kekurangan cairan elektrolit. Melakukan terapi pergantian cairan, memantauu intake
dan out take, menimbang berat badan pasien setiap hari, menganjurkan pada keluarga
pasien agar memberi minum pasien 2-3 liter/hari, memantau suhu tubuh, kompres hangat,
menganjurkan untuk menjaga kebersihan ranjang, mengatur posisi tidur agar melancarkan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC :
Jakarta.
Susanna Surya Sukut et.al, Factors Correlated With The Incidence of Diarrhea in
Infants With No;a J. PenderApproach in Emergency Roomof RSUD Ruteng, Jurnal
Pediomaternal Vol.3 No.2 Aprl- Oktober 2015.
https://sinichimatea.blogspot.com/2012/02/askep-diare.html
RESUME
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor : Faktor infeksi, faktor
Bagi seorang perawat, terdapat beberapa langkah perawatan terhadap pasien dengan
diare ini, selain melakukan cek suhu tubuh dan berat badan, juga melakukan tindakan
memantauu intake dan outtake, memberikan kompresan hangat, juga memantau asupan air