Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIARE

BAB I
PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak

mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit

tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter

Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium.

Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah

utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003).

Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak

kelompok umur 1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi, yaitu campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004).

Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau

tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang yang

sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988)

Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara

1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan

penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar

(70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan

karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000

anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988)

Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena

sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun, angka

kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu sebesar

23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb, 2004).


Pada banyak pasien, onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak terlalu parah

dan dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus yang parah,

resiko terbesar adalah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi,

anak-anak dan manula yang lemah. Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan

kunci utama penanganan untuk pasien sakit diare akut (Zeina, 2004).

Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau

virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan muntah–

muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat

dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan

kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan

intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika

dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus segera masuk

rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya pengobatan (Setiawan,

2005). Dalam hal ini aspek yang tidak kalah penting adalah mendapatkan asuhan

perawatan yang tepat.

BAB II
PEMBAHASAN

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat

disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar

encer lebih dari 3 x sehari.

ETIOLOGI
1. Faktor infeksi :
Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing),
Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral :
Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi :
Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan :
Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis :
Rasa takut, cemas.

PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam

lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan

sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena

peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitasusus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

TANDA DAN GEJALA

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,

hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang

berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang

menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik


yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,

mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat

berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan

sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasanKussmaul).

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan

dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai

tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.

Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan

tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria.

Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang

berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

2. Kultur tinja

3. Pemeriksaan elektrolit; BUN, creatinine, dan glukosa

4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah

TERAPI MEDIS

1. Penanganan fokus pada penyebab

2. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi parenteral

3. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI

BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH


Nutrisi

1. Definisi

Proses pengambilan zat-zat makanan penting

2. Nilai-Nilai Normal

Pengukuran berat badan ideal adalah mengacu ke berat lemak tubuh, yaitu :

Body Mass Index (BMI) = berat badan (kg) dibagi tinggi badan (meter) kuadrat, di mana
nilai :

18-24.9 = berat normal

25-29.9 = kelebihan berat

30-34.9 = obesitas kelas 1

35-39.9 = obesitas kelas 2

>40 = obesitas ekstrim

3. Pengkajian

a. Data dasar nutrisi

o Fisiologis

o Psikologis

o Sosio budaya

o Perkembangan

o Spiritual

b. Mengkaji status nutrisi dengan “ABCD”

A : Antropometri measurement

B : Biochemical data

C : Clinical sign

D : Dietary history

c. Status nutrisi ditentukan

o Ada dan berapa banyak yang dimakan. Bagaimana kualitas zat gizi
o Kemampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi

o Keadaan individu sebagai akibat dari intake nutrisi

4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Intake nutrisi yang adekuat

5. Intervensi Keperawatan

1. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan menerima makan/minum

2. Hitung kebutuhan nutrisi perhari

3. Observasi tanda-tanda vital

4. Catat intake makanan

5. Timbang berat badan secara berkala

6. Kolaborasi dengan ahli gizi

Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa

a. Definisi

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh

membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan

lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya

yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan,

biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan

adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

c. Pengkajian

Observasi / temuan :

1. Nadi cepat dan lemah

2. Tensi darah menurun


3. Kulit dingin dan lembab

4. Diare

5. Kembung

6. Otot lemah

7. Aritmia

8. Bisisng usus menurun

9. Kesemutan pada jaringan dan mulut

10. Oliguria

11. Respiration rate menurun

d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pengeluaran cairan dan elektrolit yang adekuat.

e. Intervensi Keperawatan

1. Kaji terhadap tanda dehidrasi

2. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit

3. Ukur masukan dan haluaran

4. Pantau tanda vital setiap jam

5. Kolaborasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output

berlebihan dan intake yang kurang

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

skunder terhadap diare.


3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap

diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus

menerus.

RENCANA KEPERAWATAN

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

skunder terhadap diare

Intervensi :

a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk

memperbaiki defisit

b. Pantau intake dan output

Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak

aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

c. Timbang berat badan setiap hari

Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan

cairan 1 lt

d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

e. Kolaborasi :

1) Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

Rasional : Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal

(kompensasi).

2) Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

3) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

Rasional : Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,

antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum

luas untuk menghambat endotoksin.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya

intake dan out put

Intervensi :

a. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak

dan air terlalu panas atau dingin)

Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan sluran usus.

b. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan

makanan dalam keadaan hangat


Rasional : Situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

c. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

d. Monitor intake dan out put dalam 24 jam

Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

e. Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

o terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

o obat-obatan atau vitamin ( A)

Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder

dari diare

Intervensi :

a. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (adanya infeksi)

b. Berikan kompres hangat

Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

c. Kolaborasi pemberian antipirektik


Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak

4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi

BAB (diare)

Intervensi :

a. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

b. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan

mengganti pakaian bawah serta alasnya)

Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban

dan keasaman feces

c. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak

terjadi iskemi dan irirtasi

BAB
PENUTUP

Pada penyakit diare akut juga dibutuhkan terapi supportif untuk membantu pasien

dalam memulihkan kondisi pasien. Selama periode diare, dibutuhkan intake kalori

yang cukup bagi penderita yang berguna untuk energi dan membantu pemulihan

enterosit yang rusak. Obat-obatan yang bersifat antimotilitas tidak dianjurkan pada

diare dengan sindroma disentri yang disertai demam. Beberapa golongan obat yang

bersifat simtomatik pada diare akut dapat diberikan dengan pertimbangan klinis yang

matang terhadap cost-effective.


Jenis dan beratnya gejala diare tergantung pada jenis dan banyaknya

mikroorganisme atau racun yang tertelan. Gejalanya juga bervariasi tergantung

pada daya tahan tubuh seseorang. Gejala biasanya terjadi tiba-tiba yaitu mual, muntah,

sakit kepala, demam, dingin, badan tak enak, sering buang air besar, tanpa darah dan

akhirnya terjadi dehidrasi.

Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini

disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare. Dehidrasi

adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian

terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi (Anonimª, 2008).

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolism tubuh. Gangguan ini

dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini disebabkan kehabisan

cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui

muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Dehidrasi ini dibagi

menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat .

Ada beberapa langkah perawatan terhadap pasien dengan diare, di antaranya

melakukan rencana keperawatan denan melakukan intervensi seperti memantau tanda dan

gejala kekurangan cairan elektrolit. Melakukan terapi pergantian cairan, memantauu intake

dan out take, menimbang berat badan pasien setiap hari, menganjurkan pada keluarga

pasien agar memberi minum pasien 2-3 liter/hari, memantau suhu tubuh, kompres hangat,

menganjurkan untuk menjaga kebersihan ranjang, mengatur posisi tidur agar melancarkan

vaskulerisasi dan menghindari iritasi pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC :
Jakarta.
Susanna Surya Sukut et.al, Factors Correlated With The Incidence of Diarrhea in
Infants With No;a J. PenderApproach in Emergency Roomof RSUD Ruteng, Jurnal
Pediomaternal Vol.3 No.2 Aprl- Oktober 2015.
https://sinichimatea.blogspot.com/2012/02/askep-diare.html
RESUME

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari

biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa

darah dan lendir.

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor : Faktor infeksi, faktor

malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.

Bagi seorang perawat, terdapat beberapa langkah perawatan terhadap pasien dengan

diare ini, selain melakukan cek suhu tubuh dan berat badan, juga melakukan tindakan

intervensi seperti melakukan pemantauan terhadap cairan elektrolit, mengganti cairan,

memantauu intake dan outtake, memberikan kompresan hangat, juga memantau asupan air

minum dan kebersihan tempat tidur pasien.

Anda mungkin juga menyukai