Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postmodernisme adalah paham yang lahir dari sebuah kegagalan para filsuf Modernisme untuk
memajukan sosial manusia. Karna kegagalan tersebut dalam menjalani misinya untuk menjadikan
generasi manusia mendatang lebih maju dalam perkembangan pengetahuan dan sosial juga.
Menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan haruslah konkrit serta objektif, tidak adanya nilai dari
manusia, maka beberapa filsuf melahirkan sebuah paham yang lebih baik dari sebelumnya dan lebih
memantapkan tujuan yang akan dicapai yaitu paham Postmodernisme. Dalam hal ini postmodernisme
memiliki sebuah pengetahuan yang bersifat subjektif dan interpretasi yang merupakan kebalikan dari
Modernisme.

Di dunia ini  filsafat bahasa sudah dikenal oleh para filsuf Yunani jauh sebelum abad Masehi
tepatnya pada masa Pra Sokrates. Pada masa itulah pemikiran para filsuf mulai bergeser dari filsafat
alam kepada filsafat bahasa. Pada masa Herakleitos pemikiran para filsuf masih sangat kental dengan
nature atau alam. Herakleitos membahas tentang segala sesuatu termasuk alam semesta dan seluruh
minat Heraklesitos umumnya terpusat pada dunia fenomenal. Menurutnya tidak ada sesuatu yang
definitif  melainkan segala sesuatu yang ada senantiasa 'sedang menjadi' atau 'phanta rhei' artinya
semua mengalir, di dalam dunia jasmani tidak ada sesuatu yang tetap, selalu ada perubahan yang terjadi
terus-menerus.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian postmodernisme?


2. Bagaimana konsep-konsep kunci dalam aliran filsafat pendidikan postmodernisme?
3. Bagaimana implikasi-implikasi edukatifnya di era kontemporer?
4. Darimana asal usul filsafat linguistic itu?
5. Apa saja hakikat bahasa yang telah ditemukan oleh para filosof?

C. Tujuan

1. Agar mengetahui tentang pengertian postmodernisme dalam aliran filsafat pendidikan islam.
2. Agar bisa mengetahui dan memahami tentang konsep dasar postmodernisme dalam aliran
filsafat pendidikan islam.
3. Agar bisa memahami tentang implikasi-implikasi edukatif.
4. Untuk mengetahui asal usul tentang peran filsafat terhadap lingusitik.
5. Untuk bisa mengetahui apa saja hakikat yang ditemukan oleh para filosof.
1
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bahasa Dalam Filsafat Postmodrenisme

1. Pengertian Postmodernisme

Postmodernisme merupakan cabang dari aliran ilmu filsafat yang mana berisi tentang pemikiran
baru yang mengabaikan pemahaman-pemahaman dari aliran filsafat sebelumnya yang masih berupa
imajiner dan realistis sekaligus berisikan tentang permasalahan dari Modernisme sebelum paham
postmodernisme ini lahir yang mana telah mengalami kegagalan dalam mengembangkan kemajuan
pengetahuan dan sosial manusia. Postmodernisme memiliki kandungan yang lebih daripada
pengetahuan dan ide-ide yang bersifat maju atau modern tetapi paham tersebut muncul dari
postmodernisme itu sendiri. Paham ini telah memengaruhi banyak bidang pendidikan kontemporer,
terutama filsafat, pendidikan, studi wanita, dan sastra. Sangat meresap sehingga istilah postmodern
adalah umum dalam bahasa biasa. Postmodernisme berpendapat bahwa periode sejarah modern telah
berakhir dan bahwa kita sekarang hidup di era postmodern. Memulai sebuah filosofi yang disebut
fenomenologi, Heidegger memerhatikan kebenaran subjektif dari diri manusia sendiri tentang
kenyataan atau realitas dari intuisi mereka, persepsi, dan refleksi ketika mereka berinteraksi dengan
fenomena. Postmodernisme memiliki beberapa hasil studi dalam pembangunan psikologi dan metode
pendidikan. Postmodernis dan para filsuf menyetujui perihal ide membuat atau membentuk keyakinan
kita tentang pengetahuan dari pengalaman kita. Oleh karena itu peserta didik membuat pandangan
mereka tentang pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Pengetahuan merupakan
sebuah konstruksi manusia, tidak pernah lengkap tetapi bersifat sementara, bersifat dugaan, dan dapat
direvisi terus-menerus karena pembelajar memperoleh lebih banyak pengalaman. Pembelajaran
kolaboratif, berbagi pengalaman dan ide melalui bahasa, menjadikan pengetahuan sebagai konstruksi
pribadi dan sosial.

Pada era postmodernisme ada beberapa ahli yang megubah pandangan dan pemikiran filsafat
pada zaman dahulu. Diantaranya ada banyak tokoh yang berpendapat mengenai konteks ini. Yaitu:
Pertama Jean Francois Lyotard, dia mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan postmodernisme bukan
lagi perkembangan paham yang baru, fase ini telah ada seperti abad pertengahan yang memunculkan
istilah religi, nasional kebangsaan, dan kepercayaan terhadap keunggulan negara Eropa. Maka
postmodernisme menganggap bahwa ilmu tidak dapat diterima tentang kebenerannya sebelum
diselidiki dan adanya suatu bukti. Bagi Lyotard dengan adanya ilmu pengetahuan postmodernisme
2
memberikan keluasan dalam kepekaan kita dari pandangan yang berbeda dan menjalin kemampun
dalam bertoleransi atas prinsip yang tak ingin dianalogikan. Kedua Micheal Foucalt yang merupakan
sosok kritikus. Ia memberikan tanggapan mengenai postmodernisme bahwa ia menolak keuniversalan
dari sebuah pengetahuan. Menurutnya semua pengetahuan yang ada selama ini tidak bersifat universal
atau menyeluruh melainkan sebagaian dalam jangka wilayah atau tempat saja, kemudian diambil
dengan persepektif bukan sebagai karakter objektif dan yang terakhir selalu terikat dengan rezim-rezim
penguasa. Ketiga, Jacques Derrida merupakan sosok yang terkenal dengan pencipta pemikiran
dekonstruksi. Pemikiran itu mulai hadir keetika ia mengadakan pembacaan narasi metafisika Barat dan
melalui tulisan-tulisan, pemikiran dekontruksi muncul oleh Jacques Derrida. Keberhasilannya yang
telah mengungkap kontradiksi narasi besar modernitas melalui dekontruksi, Derrida menjadi aliran
salah satu pemikir utama teori sosial postmodern.

2. Konsep Dasar

Seperti halnya eksistensialis, postmodernisme bekerja untuk meningkatkan persepektif


pengetahuan manusa. Sementara eksistensialis fokus pada kesadaran tentang pendapat individu,
postmodernis fokus pada kesadaran tentang kesenjangan sosial dengan mendekonstruksi asumsi
tradisional tentang pengetahuan, pendidikan, sekolah, dan pengajaran. Mereka tidak menganggap
kurikulum sekolah sebagai gudang kebenaran obyektif dan temuan ilmiah untuk ditransmisikan kepada
siswa. Ini adalah permasalahan pandangan yang saling bertentangan beberapa di antaranya
mendominasi dan mensubordinasi orang lain. Postmodernisme merujuk pada instruksi sebagai
"representasi," yang mereka definisikan sebagai ekspresi budaya atau diskusi yang menggunakan narasi
tentang realitas dan nilai-nilai, cerita, gambar, musik, dan konstruksi budaya lainnya. Misalnya,
seorang guru dalam kelas studi sosial yang mempresentasikan sebuah unit tentang sejarah dan
kontroversi yang berkaitan dengan imigrasi harus sadar akan buku pelajaran dan biasnya sendiri.
Postmodernis mendesak guru untuk menjadi sadar akan peran kuat mereka dan secara kritis memeriksa
representasi mereka kepada siswa. Daripada hanya mengirimkan pengetahuan yang disetujui secara
resmi, guru harus secara kritis mewakili pengalaman manusia yang lebih luas tetapi lebih inklusif.
Siswa berhak mendengar banyak suara dan banyak cerita, termasuk otobiografi dan biografi mereka
sendiri. Sementara postmodernis dan pragmatis setuju bahwa kurikulum harus mencakup diskusi
tentang masalah-masalah kontroversial, postmodernis tidak menekankan metode ilmiah seperti halnya
pragmatis. Metode ilmiah, untuk postmodernis, mewakili metanarasi lain yang digunakan untuk
memberi kekuatan kelompok elit atas yang lain.

3
3. Implikasi – implikasi dalam pendidikan masa kini

Untuk memajukan para peserta didik, postmodernis memberikan wawasan kepada sang
pendidik atau guru bahwa guru harus terlebih dahulu mengembakan diri mereka sendiri sebagai
pendidik profesional. Mereka perlu mendekonstruksi pernyataan resmi tentang tujuan, kurikulum, dan
organisasi sekolah, serta peran dan misi guru. Pengembangan yang hebat berarti bahwa ketika para
guru beralih dari praktik ke praktik, mereka mengambil tanggung jawab untuk membentuk masa depan
mereka sendiri dan untuk membantu siswa membentuk kehidupan mereka sendiri. Proses
pengembangan guru dan siswa dimulai di sekolah dan komunitas tempat mereka bekerja dan tinggal.
Postmodernis mendesak para guru untuk menciptakan filosofi pendidikan berbasis situs mereka sendiri.
Para guru, siswa, dan anggota masyarakat harus memulai pemeriksaan lokal tentang masalah-masalah
utama kontrol lokal dengan memeriksa pertanyaanpertanyaan seperti: (1) yang benar-benar
mengendalikan sekolah mereka, menetapkan kurikulum, dan menetapkan standar akademik; (2) apa
yang memotivasi mereka yang mengendalikan sekolah; dan (3) alasan apa yang membenarkan
kurikulum yang ada? Jenis analisis kritis ini akan memberdayakan masyarakat dan mengubah
masyarakat dengan menantang kepentingan dan hak istimewa ekonomi dan politik.

B. Pengaruh Filsafat Terhadap Linguistik

Orang-orang Yunani kuno dan orang-orang kuno lainnya mempunyai bakat ingin mengetahui
hal-hal yang oleh orang-orang lain dianggap sebagaimana semestinya. Dengan berani dan gigih,
mereka membuat spekulasi mengenai definisi, asal mula, sejarah, dan struktur bahasa. Pengetahuan
tradisional kita mengenai bahasa sebagian besar adalah berkat mereka (Bloomfield, 1995: 2).
Keingintahuan ini terlihat dariapa yang disampaikan Herodotus, yang menulis pada abad kelima
sebelum Masehi, ia menuliskan bahwa Raja Psammetichus di Mesir pernah mengasingkan dua orang
bayi yang baru lahir di sebuah taman, untuk mengetahui mana bangsa dan bahasa tertua di dunia.
Ketika bayi-bayi tersebut mulai berbicara, mereka mengucapkan kata bekos, yang ternyata dari bahasa
Frigia yang berarti “roti” (Yule, 1985: 2). Penelitian-penelitian seperti yang dilakukan Raja
Psammetichus ini melahirkan beberapa pengetahuan baru tentang bahasa, yang kadang dari
pengetahuan ini memunculkan adanya perdebatan. Bagi Raja Psammetichus, berdasarkan hasil
penelitiannya ia menjumpai bahwa ternyata bangsa dan bahasa tertua adalah bangsa dan bahasa Frigia.
Namun bagi penelitipeneliti kuno lainnya belum tentu demikian. Raja James IV of Scotland 1500 M
berdasarkan hasil penelitiannya yang serupa menyebutkan bahwa bahasa Ibranilah sebagai bahasa
tertua di dunia. (Yule, 1985: 2).

4
Raja Psammetichus dan Raja James IV tidak memiliki hubungan kekerabatan yang dekat karena
hal itu tidaklah mungkin. Kedua raja tersebut hidup di dua era berbeda dan di wilayah yang berbeda
pula. Psammetichus tinggal di Yunani dan hidup sebelum masehi sedangkan James IV tinggal di
Britania Raya jauh setelah Masehi. Yang membuat mereka sama adalah, dua tokoh ini dikenal memiliki
ketertarikan kuat terhadap misteri bahasa. Ketertarikan ini muncul akibat dari kuatnya pengaruh filsafat
yang menjadi pegangan hidup mereka.

Beberapa definisi bahasa tercipta dari hasil pemikiran dan penelitian para filosof kuno ini.
Sebagian besar filosof tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa
manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan,
kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Definisi bahasa yang lain seperti yang diungkapkan
Plato lewat Socrates: “Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata dan
rhemata yang merupakan cerminan dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut”.

Hakikat Bahasa dalam Tinjauan Filsafat

Dalam dialog Cratylusnya, Plato membicarakan asal mula kata, dan khususnya soal apakah
hubungan kata-kata dengan benda yang dirujuknya adalah alami ataukah hanya merupakan hasil
kesepakatan saja. Dialog itu memberikan kepada kita kilasan pertama ke dalam perselisihan yang telah
berlangsung satu abad antara kaumAnalogis danAnomalis (Bloomfield, 1995: 2).

Bagaimanapun sengitnya perdebatan antara dua kubu tersebut, pemikiran-pemikiran yang


muncul tentang bahasa menyadarkan kepada para filosof bahwa bentuk-bentuk bahasa berubah dalam
perjalanan waktu. Secara perlahan namun pasti, mereka akhirnya menemukan hakikat sejati dari bahasa
yang terefleksikan lewat wujud-wujud dan perubahannya. Di bawah ini adalah beberapa hakikat bahasa
yang telah ditemukan oleh para filosof. Sebenarnya ada banyak sekali hakikat bahasa yang telah
ditemukan, namun penulis membatasinya menjadi lima saja.

1. Bahasa sebagai Sistem


2. Bahasa sebagai Lambang
3. Bahasa Adalah Bunyi
4. Bahasa itu Bermakna
5. Bahasa itu Universal

5
BAB III

PEMBAHASAN

6
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Postmodernisme merupakan suatu ide baru yang menolak atau pun yang termasuk dari
pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya yaitu paham
modernisme. Bagi postmodernisme, paham modernisme selama ini telah gagal dalam menepati
janjinya untuk membawa kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak adanya kekerasan.
Pandangan modernisme menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan harus mutlak serta objektif,
tidak adanya nilai dari manusia.

Menjelaskan definisi bahasa, hakikat bahasa, bentuk bahasa dan segala properti bahasa sebagai
sesuatu yang abstrak, sangatlah sulit dilakukan. Kita mungkin akan tetap buta terhadap misteri yang
menutupi jatidiri bahasa andaikata tidak ada orangorang yang mau bekerja keras untuk menguak
misteri bahasa untuk kita. Berkat filsafat dan kegigihan para filosof dalam menyingkapkan tabir misteri
yang menyelimuti bahasa untuk kita, definisi, hakikat, bentuk, dan properti bahasa sedikit demi sedikit
mulai terungkap dengan jelas.

Proses pengungkapan ini tidaklah berjalan dengan singkat. Butuh waktu puluhan, ratusan,
bahkan ribuan tahun untuk dapat sampai pada pengetahuan yang kita miliki saat ini tentang bahasa.
Dan para filosof melakukan semua itu dengan gigih sekedar mencari setitik makna dari apa sebenarnya
bahasa itu. Karena perjuangan keras ini filsafat dan para folosof akan selalu memiliki posisi yang
prestisius dalam segala kajian yang berkenaan dengan hubungan ilmu bahasa dan filsafat, karena tanpa
jasa filsafat dan kerja keras para filosof, ilmu bahasa tidak akan pernah lahir dan besar seperti yang kita
lihat sekarang ini.

B. Saran

Kami menyarankan kepada kita semua untuk dapat mempelajari dan memahami tentang materi
ini yang berjudul bahasa dalam filsafat postmodrenisme dan pengaruh filsafat terhadap linguistik.

7
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH_ALIRAN_FILSAFAT_POSTMODERNISME[2]-1.pdf

https://www.researchgate.net/publication/286450272_PERANAN_FILSAFAT_DALAM_MENGEMBANGKAN_LIN
GUISTIK

Anda mungkin juga menyukai