KONSEP SEKSUALITAS
WINDA WINARSI
201701092
II B KEPERAWATAN
T.A 2018
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
B. Saran ………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan
makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih yang
tidak terhingga bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan
kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati.
Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau
psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik
dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu
(Langeveld).
Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung
satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya
(Sunarto, 1999).
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu
mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini
berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati
oleh adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan
seseorang (Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri.
Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara
lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis,
perkembangan berdasarkan psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi
fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase
perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis
umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase
perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa
dewasa.
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral
dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah
lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan
perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan
kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan peserta
didik fase remaja aspek psikoseksual. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting
dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva,
1996). Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya.
Maka remaja akan kehilangan arah.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas kami mendapat rumusan masalah sebagai berikut :
a) Apa definisi tentang seksualitas?
b) Apa yang dimaksud respon seksualitas?
c) Bagaimana hubungan kehamilan dan seksualitas?
d) Bagaimna hubungan seksualitas?
e) Bagaimana Definisi Seksualitas dalam keperawatan?
f) Apa saja Faktor-faktor Terkait Seksualitas?
g) Bagaimana Asuhan keperawatan (NIC & NOC) terkait seksualitas?
C. Tujuan
Dari Rumusan Masalah diatas kami mendapat Tujuan masalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Seksualitas.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk Mengetahui Definisi Seksualitas.
b) Untuk Memahami Respon Seksualitas.
c) Untuk Mengetahui Hubungan kehamilan dan Seksualitas.
d) Untuk Mengetahui Hubungan Seksualitas.
e) Untuk Memahami seksualitas dalam keperawatan.
f) Untuk Mengetahui Faktor-faktor Terkait Seksualitas.
g) Untuk Memahami Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Seksualitas merupakan energi psikis yang mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak
hanya perilaku untuk masalah seks saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan nonseksual, seperti bidang
kesenian, ilmiah, melakukan kewajiban moral, dan lain-lain. Sebagai energi psikis seks tersebut
merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu.
Aktifnya insting seks dalam diri manusia umumnya baru berlangsung pada usia pubertas.
Menurut Freud, seksualitas itu sudah memanifestasikan diri sejak masa bayi, dalam bentuk
tingkah laku yang tidak menggunakan alat kelamin, missal waktu bayi menyusu ibunya, atau
sewaktu menikmati permukaan kulit yang di belai sayang oleh ibunya. Seksualitas bayi
ditekankan pada erotic oral atau mulut.
Seks adalah satu mekanisme, yang dengannya manusia mampu meneruskan keturunan. Oleh
sebab itu, seks merupakan mekanisme vital, sehingga manusia dapat berevolusi sepanjang
sejarah manusia. Di samping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria dapat terjadi
hubungan khusus yang sifatnya erotis dan disbut relasi seksual, yakni kedua belah pihak dapat
menghayati bentuk kenikmatan, jika dilakukan dalam hubungan yang normal / heteroseksual,
dan yang termasuk abnormal adalah homoseksual / lesbian.
Laki-laki dan wanita dewasa adalah mereka yang mampu melakukan relasi seksual yang
adekuat atau dengan kata lain wanita dewasa bila mampu mengadakan hubungan seksual dengan
seorang pria dalam bentuk yang normal dan bertanggung jawab.
Pria normal secara kejiwaan mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita. Hubungan
normal mengandung arti bahwa hubungan tersebut tidak mengakibatkan konflik-konflik psikis
pada kedua belah pihak, relasi seks yang bertanggung jawab berarti bahwa kedua belah pihak
menyadari konsekuensinya dan berani memikul tanggung jawab baik terhadap diri sendiri
maupun pasangannya dan melakukannya dalam batas-batas norma etis atau kesusilaan, norma
masyarakat, dan norma agama. Bentuk seks yang abnormal dan menyimpang adalah sadisme,
homo seksualitas, kelesbianisme, masturbasi, onami, eksibisionisme, impotensi (lemah),
mikrofilia (tertarik secara seksual untuk menyetubuhi mayat), bestialitas (persetubuhan dengan
binatang), inses ( bersetubuh dengan orang tua atau saudara kandung), oralseks (melalui mulut).
Seksualitas pada binatang ditentukan oleh insting yang bearsal dari naluri dan ciri-ciri
kodrati. Sedang seksualitas pada diri manusia ditentukan oleh tiga komponen yaitu :
1. Komponen hormonal. Ditentukan oleh hormon-hormon tertentu. Yang memengaruhi
perkembangan aktivitas seks, yaitu hormone estrogen pada wanita dan testosteron pada pria.
2. Komponen genetis. Terdapatnya kromosom-kromosom seks, yaitu kromosom X/wanita dan
kromosom Y/pria
3. Komponen psikologis. Yang terdapat pada seksualitas manusia dipengaruhi oleh factor-faktor
lingkungan, keluarga atau alam sekitar, kultural dan semua pengalaman hidup individu, seperti
pendidikan, pengaruh bacaan, film, pergaulan dan lain-lain.
B. Respon seksual
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur produksi FSH dan
LH. Jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad: ovarium dan testis. Pada wanita ovarium
memproduksi ovum dan menyekresi progesteron dan estrogen. Pada pria testis memproduksi
sperma dan menyekresi testoteron. Mekanisme umpan balik antara hormon yang di sekeresi oleh
gonad. Hipotalamus, dan hipofisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin
dan sekresi hormon seks steroid.
Walaupun pematangan perkembangan pada wanita terjadi pada umur yang lebih dini, baik
pria maupun wanita mencapai kematangan fisik pada usia sekitar 17 tahun. Walaupun demikian,
frekuensi perkembangan individu sangat bervariasi. Perbedaan anatomi dan reproduksi tidak
menjadi penghalang, respon fisiologis wanita dan pria terhadap rangsangan seksual dan orgasme
lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya. Misalnya, glens , klitoris, dan glan penis
homolog pada masa embrio. Bukan saja hanya terdapat sedikit perbedaan antara respon seksual
wanita dan pria, tetapi respon fisik pun pada dasarnya sama, baik di stimulasi oleh koitus,
fantasi, mekanis, maupun oleh masturbasi manual.
Secara fisiologis menurut Masters dan Jhonson (1966), respon seksual dapat dianalisis
menjadi 2 proses : vasokongesti dan miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan refleks
vasokongesti, dilatasi pada pembuluh darah penis (ereksi pada pria) dan pembuluh darah
sirkumvaginalis (lubrikasi pada wanita) sehingga terjadi engorgement dan distensi genetali.
Kongesti vena dilokalisasi terutama pada genetalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang lebih
kecil di payudara dan bagian-bagian tubuh yang lain.
Bangkitan ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan kontraksi
ritmik yang volunter dan involunter. Contoh-contoh miotonia yang di stimulasi secara seksual
adalah doroongan pelvi, wajah meringis, serta spasme tangan dan kaki (spasme karpopedal).
3). Terjadi lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan meluas.
3) Warna kulit berubah terlihat kemerahan di payudara, abdomen atau dipermukaan yang
lain.
4) Sekresi kelenjar cowper (bulbouretalis) pengeluaran dua atau tiga tetes cairan bening
2) Titik yang tidak terelakan terjadi sesaat sebelum ejakulasi dan terasa ada cairan di
uretra
3) Kontraksi pada penis, uretra anal spincter, vesikula seminalis, kelenjar prostat, otot
4) Terjadi ejakulasi semen (ejakulat) yang terdiri dari sperma dari testis dan cairan dari
4. Fase resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam keaadan tidak terangsang)
normal.
2) Periode refrakter (waktu yang diperlukan supaya ereksi lagi) bervariasi sesuai usia dan
E. Fisiologi Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan
suami–istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil.
Pada fase pertama didahului oleh adanya libido, yakni dorongan seks yang membuat orang
melakukan aktivitas seksual. Libido adalah suatu peristiwa dalam otak. Oleh karena itu hal-hal
yang mempengaruhi libido lebih banyak pengaruh psikis atau kejiwaan. Pengaruh itu dapat
meliputi keadaan jiwa pada saat itu, hubungan suami–istri, maupun kondisi sekitar.
Fase kedua ialah fase terangsang. Pada fase ini, sudah timbul perubahan-perubahan pada
tubuh dan umumnya telah terjadi aktivitas seksual berupa cumbuan dengan berbagai cara.
Perubahan yang utama ialah pada pria adanya ereksi penis serta kenikmatan di daerah-daerah
genital dan daerah lain yang disentuh. Pada wanita, perubahan yang terjadi ialah timbulnya
cairan vagina serta membengkaknya daerah-daerah alat kelamin. Juga timbulnya kenikmatan
pada daerah-daerah tadi, serta bagian tubuh lain yang disentuh. Lamanya fase ini tergantung
pada aktivitas seksual tadi. Sebagian pasangan melakukannya hanya singkat dan akhirnya
menuju orgasme atau ejakulasi. Tetapi pada pasangan lain, aktivitas yang diatas berlangsung
lama sekali.
Fase ketiga adalah fase orgasme/ejakulasi. Sesudah kenikmatan cukup tinggi dan aktivitas
seksual dilakukan terus maka kenikmatan akan meninggi dan terus menuju puncaknya. Puncak
dari kenikmatan ini disebut klimaks atau orgasme. Pada wanita, puncak kenikmatan dapat timbul
beberapa kali. Mungkin tercapai pada saat ciuman, pelukan lalu diakhiri dengan suatu klimaks
yang tinggi. Sehingga orgasme terdapat beberapa kali. Sedangkan pada laki-laki, orgasme
hampir selalu tercapai pada saat ejakulasi yakni semprotan cairan sperma. Akibatnya orgasme
pria hanya terjadi satu kali untuk setiap senggama.
Fase resolusi ialah keadaan sesudah mencapai puncak kenikmatan akan menurun dan secara
pelan-pelan akan kembali kedasar yaitu keadaan dimana aktivitas seksual kembali ke istirahat
dan semua perubahan fisiologispun akan kembali juga ke keadaan sebelum melakukan aktivitas
seksual. Tetapi secara psikologis, keadaan dapat dinikmati begitu tinggi antara suami–istri.
Kesan mendalam karena mendapatkan orgasme bersama-sama, akan memberikan keintiman
yang mendalam pula bagi berdua. Makin dalam kesan tadi, makin lama kenikmatan berada
dalam ingatan sehingga keintiman suami–istri pun mungkin mendalam dan berlangsung lama.
Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual
tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan
seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami–istri senang
bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering.
Pada 3 bulan kedua, sekitar 80 persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu,
mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena
hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat daya
tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya
bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itu membuat suami juga
meningkat keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh
lebih sering pada periode ini.
Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi
susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun
menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh.
Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga
bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang
memuaskan.
Pada pasangan-pasangan yang saling mencintai akan senang akan kehamilan itu,
pertambahan cairan vagina tak akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangat
mendambakan kenikmatan seksual, apalagi bila ada konflik suami–istri, maka kondisi itu dapat
menjadi biang keladi kekurang puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan
atau hubungan diluar nikah sampai terjadi, maka perlu dicari penyebabnya. Apakah pribadi
suami yang mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atau ada konflik
diantara mereka.
Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman terhadap
kehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka penis suami dapat
membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan membuat seluruh rahim
bergerak seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim
yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran. Karenanya sebagaian
wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir kehamilan.
Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka sepantasnyalah hubungan seks
dilakukan dengan berhati–hati. Bila keguguran telah sering terjadi dan kehamilan belum pernah
berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan pertama dilarang atau berhenti melakukan
hubungan seks.
Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangat hati-hati
sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar
darah, maka sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan.
Benturan yang terlalu keras dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuat kontraksi rahim
sangat kuat seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dan kesakitan. Dalam keadaan
demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangan sampai didorong kuat-kuat.
Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namun diharapkan keduanya masih
bisa mencapai kepuasan.
Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah terbiasa kuat-kuat
dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga
karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka secara otomatis dan tanpa sadar mendorong
sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam
keguguran itulah sebabnya perlu dibicarakan bersama-sama cara kontak seksual yang aman
sehingga keduanya masih bisa menikmati dan kehamilan pun tidak terganggu.
H. Hubungan Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun.
Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya juga semakin tinggi.
Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang merangsang
seksualitas remaja.
Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual yang
berbahaya.
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi sek,
identitas dan peran orientasi seksual,erotisme,kenikmatan,kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari
seksualitas itu sendiri yaitu sebagai kesuburan,kenikmatan,mempeerat ikatan dan meningkatkan
intiman pasangan,menegaskan maskulinitas atau feminitas, meningkatan harga dirimencapai
kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,mengurangi ansietas atau ketegangan,pengambilan
resiko,keuntungan materi.Seksualitas di pengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi
sosiokultural,dimensi agama dan etik,dimensi psikologis,dan dimensi biologis.Ada banyak
permasalahan seksualitas yang antara lain di sebabkan oleh ketidaktahuan mengenai
seks,kelelahan,konflik dan kebosanan.
B.Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dank arena diagnosis sering kali
bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri,masalah atau gangguan seksual sulit
sekali untuk di identifikasi,ditangani dan di pantau, terutama jika masalahnya bersifat
psikoseksua, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan seksual kepada
masyarakat agar mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk meningkatkan control dan
meningkatkan ksehatan seksual mereka. Apalagi kepada remaja yang rentan terlibat dalam
perilaku seksual yang beresiko menyebabkan infeksi menular seksual,kehamilan tidak di
harapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Amy G. Miron dan Charles D. Miron. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks Pada
Remaja. Jakarta : Erlangga
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika