Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP SEKSUALITAS

WINDA WINARSI

201701092

II B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSAMTARA PALU

T.A 2018
BAB 1 PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang           …………………………………………………

B.    Rumusan Masalah      …………………………………………………

C. Tujuan Masalah          …………………………………………………

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi Seksualitas     ………………………………………………....

B. Respon Seksual           …………………………………………………

C. Kehamilan dan Seksualitas     …………………………………………

D. Hubungan Seksualitas             ………………………………………...

E. Seksualitas dalam Keperawatan         ………………………………...

F. Faktor-faktor Terkait Seksualitas        ………………………………...

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan     ………………………………………………………...

B. Saran   ………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

   Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan
makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih yang
tidak terhingga bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini  dan
kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati.
Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau
psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik
dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu
(Langeveld).
Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung
satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya
(Sunarto, 1999).
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu
mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini
berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati
oleh adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan
seseorang (Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri.
Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara
lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis,
perkembangan berdasarkan psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi
fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase
perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis
umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase
perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa
dewasa.
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral
dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah
lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan
perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan
kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan peserta
didik fase remaja aspek psikoseksual. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting
dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva,
1996). Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya.
Maka remaja akan kehilangan arah.    

B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas kami mendapat rumusan masalah sebagai berikut :
a)      Apa definisi tentang seksualitas?
b)      Apa yang dimaksud respon seksualitas?
c)      Bagaimana hubungan kehamilan dan seksualitas?
d)     Bagaimna hubungan seksualitas?
e)      Bagaimana Definisi Seksualitas dalam keperawatan?
f)       Apa saja Faktor-faktor Terkait Seksualitas?
g)      Bagaimana Asuhan keperawatan (NIC & NOC) terkait seksualitas?

C. Tujuan
Dari Rumusan Masalah diatas kami mendapat Tujuan masalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Seksualitas.
2. Tujuan Khusus
a)      Untuk Mengetahui Definisi Seksualitas.
b)      Untuk Memahami Respon Seksualitas.
c)      Untuk Mengetahui Hubungan kehamilan dan Seksualitas.
d)     Untuk Mengetahui Hubungan Seksualitas.
e)      Untuk Memahami seksualitas dalam keperawatan.
f)       Untuk Mengetahui Faktor-faktor Terkait Seksualitas.
g)      Untuk Memahami Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas.
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi Seksualitas

Seksualitas merupakan energi psikis yang mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak
hanya perilaku untuk masalah seks saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan nonseksual, seperti bidang
kesenian, ilmiah, melakukan kewajiban moral, dan lain-lain. Sebagai energi psikis seks tersebut
merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu.

Aktifnya insting seks dalam diri manusia umumnya baru berlangsung pada usia pubertas.
Menurut Freud, seksualitas itu sudah memanifestasikan diri sejak masa bayi, dalam bentuk
tingkah laku yang tidak menggunakan alat kelamin, missal waktu bayi menyusu ibunya, atau
sewaktu menikmati permukaan kulit yang di belai sayang oleh ibunya. Seksualitas bayi
ditekankan pada erotic oral atau mulut.

Seks adalah satu mekanisme, yang dengannya manusia mampu meneruskan keturunan. Oleh
sebab itu, seks merupakan mekanisme vital, sehingga manusia dapat berevolusi sepanjang
sejarah manusia. Di samping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria dapat terjadi
hubungan khusus yang sifatnya erotis dan disbut relasi seksual, yakni kedua belah pihak dapat
menghayati bentuk kenikmatan, jika dilakukan dalam hubungan yang normal / heteroseksual,
dan yang termasuk abnormal adalah homoseksual / lesbian.

Laki-laki dan wanita dewasa adalah mereka yang mampu melakukan relasi seksual yang
adekuat atau dengan kata lain wanita dewasa bila mampu mengadakan hubungan seksual dengan
seorang pria dalam bentuk yang normal dan bertanggung jawab.

Pria normal secara kejiwaan mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita. Hubungan
normal mengandung arti bahwa hubungan tersebut tidak mengakibatkan konflik-konflik psikis
pada kedua belah pihak, relasi seks yang bertanggung jawab berarti bahwa kedua belah pihak
menyadari konsekuensinya dan berani memikul tanggung jawab baik terhadap diri sendiri
maupun pasangannya dan melakukannya dalam batas-batas norma etis atau kesusilaan, norma
masyarakat, dan norma agama. Bentuk seks yang abnormal dan menyimpang adalah sadisme,
homo seksualitas, kelesbianisme, masturbasi, onami, eksibisionisme, impotensi (lemah),
mikrofilia (tertarik secara seksual untuk menyetubuhi mayat), bestialitas (persetubuhan dengan
binatang), inses ( bersetubuh dengan orang tua atau saudara kandung), oralseks (melalui mulut).
Seksualitas pada binatang ditentukan oleh insting yang bearsal dari naluri dan ciri-ciri
kodrati. Sedang seksualitas pada diri manusia ditentukan oleh tiga komponen yaitu :
1.      Komponen hormonal. Ditentukan oleh hormon-hormon tertentu. Yang memengaruhi
perkembangan aktivitas seks, yaitu hormone estrogen pada wanita dan testosteron pada pria.
2.      Komponen genetis. Terdapatnya kromosom-kromosom seks, yaitu kromosom X/wanita dan
kromosom Y/pria
3.      Komponen psikologis. Yang terdapat pada seksualitas manusia dipengaruhi oleh factor-faktor
lingkungan, keluarga atau alam sekitar, kultural dan semua pengalaman hidup individu, seperti
pendidikan, pengaruh bacaan, film, pergaulan dan lain-lain.

B.   Respon seksual

Hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur produksi FSH dan
LH. Jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad: ovarium dan testis. Pada wanita ovarium
memproduksi ovum dan menyekresi progesteron dan estrogen. Pada pria testis memproduksi
sperma dan menyekresi testoteron. Mekanisme umpan balik antara hormon yang di sekeresi oleh
gonad. Hipotalamus, dan hipofisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin
dan sekresi hormon seks steroid.

C.   Respon fisiologis terhadap stimuli seksual

Walaupun pematangan perkembangan pada wanita terjadi pada umur yang lebih dini, baik
pria maupun wanita mencapai kematangan fisik pada usia sekitar 17 tahun. Walaupun demikian,
frekuensi perkembangan individu sangat bervariasi.  Perbedaan anatomi dan reproduksi tidak
menjadi penghalang, respon fisiologis wanita dan pria terhadap rangsangan seksual dan orgasme
lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya. Misalnya, glens , klitoris, dan glan penis
homolog pada masa embrio. Bukan saja hanya terdapat sedikit perbedaan antara respon seksual
wanita dan pria, tetapi respon fisik pun pada dasarnya sama, baik di stimulasi oleh koitus,
fantasi, mekanis, maupun oleh masturbasi manual.
Secara fisiologis menurut Masters dan Jhonson (1966), respon seksual dapat dianalisis
menjadi 2 proses : vasokongesti dan miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan refleks
vasokongesti, dilatasi pada pembuluh darah penis (ereksi pada pria) dan pembuluh darah
sirkumvaginalis (lubrikasi pada wanita) sehingga terjadi engorgement dan distensi genetali.
Kongesti vena dilokalisasi terutama pada genetalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang lebih
kecil di payudara dan bagian-bagian tubuh yang lain.
Bangkitan ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan kontraksi 
ritmik yang volunter dan involunter. Contoh-contoh miotonia yang di stimulasi secara seksual
adalah doroongan pelvi, wajah meringis, serta spasme tangan dan kaki (spasme karpopedal).

Siklus respon seksual dibagi menjadi 4 fase, yaitu :

1.      Fase rangsangan (Exicetement)


Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
 Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
 Puting susu ereksi.
 Miotonia dimulai.

a.      Reaksi wanita :


1). Diameter klitoris membesar dan membengkak.

2).  Genetalia eksterna menegang dan warna menjadi gelap.

3). Terjadi lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan meluas.

4)     Serviks dan uterus tertarik ke atas.

5). Ukuran payudara membesar.

b.      Reaksi pria :

1) . Timbul ereksi penis : panjang dan diameter penis meningkat.


2) . Kulit skrotum menegang dan menebal.

3)      Testis mulai menegang dan terangkat ke arah tubuh

2.      Fase falateau (penguatan fase exicetement)

Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :

 Denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat.


 Pernafasan meningkat.
 Miotonia menjadi nyata : wajah meringis.

a.      Respon wanita :


1)      Kepala klitoris retraksi dibawah pembungkus klitoris.

2)      Sepertiga bagian bawah vagina membesar.

3)      Warna kulit berubah  terlihat kemerahan di payudara, abdomen atau dipermukaan yang

lain.

b.      Respon pria :


1)      Kepala penis sedikit membesar.

2)      Scrotum menegang dan menebal.

3)      Testis terangkat dan membesar.

4)     Sekresi kelenjar cowper (bulbouretalis) pengeluaran dua atau tiga tetes cairan bening

(madzi) pada kepala penis sebelum orgasme.

3.      Fase orgasme (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)

Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :


 Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum.
 Timbul spasme otot involunter.
 Sfingter rektum eksterna berkontraksi.
a.  Respon wanita :
1)      Kontraksi ritmik yang kuat terasa di klitoris, vagina dan uterus.

2)      Sensasi hangat menyebar diseluruh daerah pelvis.

b.      Respon pria :


1)      Testis terangkat ketingkat maksimum.

2)      Titik yang tidak terelakan terjadi sesaat sebelum ejakulasi dan terasa ada cairan di
uretra

3)      Kontraksi pada penis, uretra anal spincter, vesikula seminalis, kelenjar prostat, otot

sphincter vesika urinaria interna dan vasdeferens.

4)     Terjadi ejakulasi semen (ejakulat) yang terdiri dari sperma dari testis dan cairan dari

sekresi kelenjar vesicula seminalis, prostat dan bulbouretralis.

4.      Fase resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam keaadan tidak terangsang)

Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :


 Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan kembali normal.
 Ereksi puting susu mereda.
 Miotonia berkurang.
 Berkeringat.

a.      Respon wanita :


1)      Engorgement pada genetalia eksterna dan vagina berkurang.

2)      Serviks dan uterus turun ke posisi normal

3)      Ukuran payudara mengecil.

4)     Kemerahan dikulit menghilang.

b.      Respon pria :


1)      50% ereksi segera hilang setelah ejakulasi : penis secara bertahap kembali keukuran

normal.

2)      Periode refrakter (waktu yang diperlukan supaya ereksi lagi) bervariasi sesuai usia dan

kondisi fisik secara umum.

D. Kehamilan dan Seksualitas


Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yangterjadi secara
fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya.Kondisi yang lemah dari istri
seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah
dan keinginan seksualnya menurun.Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak.
Hanya bila suamimerasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan
baik.Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius,makaaktivitas seksual
tidak akan terganggu.
Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi
hubungan seksnya karenamerasa bahagia telah hamil. Suami-istri senang bersama-sama dan
ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering. Pada 3 bulan kedua, Sekitar 80 persen
wanita akan meningkat doronganseksnya. Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan
umumnya akan meningkat.
 Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialahterjadinya pembesaran
payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suamiakan merasa lebih bergairah
melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar. besar pasangan kontak seksual akan jauh
lebih sering pada periode ini.Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu.
Banyak wanita yang jadi susah makan.
Juga banyak keringat yang membuatnya tidak  bersih, sehingga daya tariknya pun menurun.
Selain itu. pada kehamilan yangmulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir semua
badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah.
Adaterasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.

E. Fisiologi Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan
suami–istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil.
Pada fase pertama didahului oleh adanya libido, yakni dorongan seks yang membuat orang
melakukan aktivitas seksual. Libido adalah suatu peristiwa dalam otak. Oleh karena itu hal-hal
yang mempengaruhi libido lebih banyak pengaruh psikis atau kejiwaan. Pengaruh itu dapat
meliputi keadaan jiwa pada saat itu, hubungan suami–istri, maupun kondisi sekitar.
Fase kedua ialah fase terangsang. Pada fase ini, sudah timbul perubahan-perubahan pada
tubuh dan umumnya telah terjadi aktivitas seksual berupa cumbuan dengan berbagai cara.
Perubahan yang utama ialah pada pria adanya ereksi penis serta kenikmatan di daerah-daerah
genital dan daerah lain yang disentuh. Pada wanita, perubahan yang terjadi ialah timbulnya
cairan vagina serta membengkaknya daerah-daerah alat kelamin. Juga timbulnya kenikmatan
pada daerah-daerah tadi, serta bagian tubuh lain yang disentuh. Lamanya fase ini tergantung
pada aktivitas seksual tadi. Sebagian pasangan melakukannya hanya singkat dan akhirnya
menuju orgasme atau ejakulasi. Tetapi pada pasangan lain, aktivitas yang diatas berlangsung
lama sekali.
Fase ketiga adalah fase orgasme/ejakulasi. Sesudah kenikmatan cukup tinggi dan aktivitas
seksual dilakukan terus maka kenikmatan akan meninggi dan terus menuju puncaknya. Puncak
dari kenikmatan ini disebut klimaks atau orgasme. Pada wanita, puncak kenikmatan dapat timbul
beberapa kali. Mungkin tercapai pada saat ciuman, pelukan lalu diakhiri dengan suatu klimaks
yang tinggi. Sehingga orgasme terdapat beberapa kali. Sedangkan pada laki-laki, orgasme
hampir selalu tercapai pada saat ejakulasi yakni semprotan cairan sperma. Akibatnya orgasme
pria hanya terjadi satu kali untuk setiap senggama.
Fase resolusi ialah keadaan sesudah mencapai puncak kenikmatan akan menurun dan secara
pelan-pelan akan kembali kedasar yaitu keadaan dimana aktivitas seksual kembali ke istirahat
dan semua perubahan fisiologispun akan kembali juga ke keadaan sebelum melakukan aktivitas
seksual. Tetapi secara psikologis, keadaan dapat dinikmati begitu tinggi antara suami–istri.
Kesan mendalam karena mendapatkan orgasme bersama-sama, akan memberikan keintiman
yang mendalam pula bagi berdua. Makin dalam kesan tadi, makin lama kenikmatan berada
dalam ingatan sehingga keintiman suami–istri pun mungkin mendalam dan berlangsung lama.

F. Kehidupan Seks pada Kehamilan


Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yang terjadi secara
fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi yang lemah dari istri
seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan
keinginan seksualnya menurun. Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak.
Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinyadenganbaik. 

Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual
tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan
seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami–istri senang
bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering. 
Pada 3 bulan kedua, sekitar 80 persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu,
mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena
hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat daya
tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya
bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itu membuat suami juga
meningkat keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh
lebih sering pada periode ini.
Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi
susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun
menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh.
Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga
bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang
memuaskan. 
Pada pasangan-pasangan yang saling mencintai akan senang akan kehamilan itu,
pertambahan cairan vagina tak akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangat
mendambakan kenikmatan seksual, apalagi bila ada konflik suami–istri, maka kondisi itu dapat
menjadi biang keladi kekurang puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan
atau hubungan diluar nikah sampai terjadi, maka perlu dicari penyebabnya. Apakah pribadi
suami yang mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atau ada konflik
diantara mereka. 
Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman terhadap
kehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka penis suami dapat
membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan membuat seluruh rahim
bergerak seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim
yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran. Karenanya sebagaian
wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir kehamilan. 
Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka sepantasnyalah hubungan seks
dilakukan dengan berhati–hati. Bila keguguran telah sering terjadi dan kehamilan belum pernah
berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan pertama dilarang atau berhenti melakukan
hubungan seks. 
Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangat hati-hati
sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar
darah, maka sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan.
Benturan yang terlalu keras dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuat kontraksi rahim
sangat kuat seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dan kesakitan. Dalam keadaan
demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangan sampai didorong kuat-kuat.
Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namun diharapkan keduanya masih
bisa mencapai kepuasan. 
Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah terbiasa kuat-kuat
dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga
karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka secara otomatis dan tanpa sadar mendorong
sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam
keguguran itulah sebabnya perlu dibicarakan bersama-sama cara kontak seksual yang aman
sehingga keduanya masih bisa menikmati dan kehamilan pun tidak terganggu.

G. Berhubungan Seks selama Kehamilan


Pada kehamilan yang normal. Alat kelamin pria tidak akan dapat melakukan kontak langsung
terhadap fetus (calon bayi), karena keberadaannya dilindungi oleh dinding otot uterin dan cairan
amniotik. Ada lendir penyumbat di sekitar leher rahim (cervix) yang akan mencegah air mani
dan bakteri masuk ke dalam uterus. Sangatlah normal bila hal tersebut akan sangat menghantui
kehamilan, setelah beberapa kali gagal mempertahankannya, namun, sampai sekarang tidak ada
bukti-bukti kuat yang menghubungkan antara berhungan sex di masa kehamilan muda dengan
keguguran.
Keguguran di masa kehamilan muda merupakan hasil dari cacat genetik selama
perkembangan fetus. Namun, bila terjadi perdarahan selama masa kehamilan muda, ada baiknya
menunda dulu berhubungan sex sampai pendarahannya benar-benar telah dapat
dihentikan. Orgasme memang akan mengakibatkan kontraksinya uterus, yang pada sebagian
wanita akan mengakibatkan rasa sakit dan membuatnya menghindari berhubungan sex.
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa di kehamilan normal, orgasme tidak akan
membuat bayi lahir prematur. Di beberapa penelitian, kontraksi di masa kehamilan tiga semester
pertama kadang kala mengakibatkan detak jantung fetus menjadi pelan, tapi hal ini belum pernah
menyebabkan dampak yang membahayakan bagi fetus

H. Hubungan Seksualitas

Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorangwanita normal,


dimana hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah satu faktor yang
berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi banyak pasangan (winkjosastro, 2002).
Hubungan seks adalah hubungan yang bukan hanya alat kelamin dan daerah mudah
terangsang yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi (Manuaba,2002).
Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada kondisi wanita.
Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan, semakin tidak sehat pernikahan
tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing kebutuhan ada yang tidak terpenuhi dan dapat
menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya perhatian dari pasangan tentang hal seksual.
Frekuensi rata-rata berhubungan seks pada kehamilan adalah sebagai berikut: Terimester
pertama 2 kali perminggu, Trimester kedua 3 kali perminggu, Trimester ketiga 1 kali perminggu
(Andik, 2007). Jadi selama tidak menjadi beban bagi istri, hubungan intim selama hamil tak jadi
masalah. Namun jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan seksual
demi memuaskan suami bisa hanya akan menjadi beban (Dianloka, 2008).

I. Seksualitas dalam Keperawatan


Fakta yang ada di Indonesia,berbagai intervensi terapiutik pemberian edukasi dan konseling
yang merupakan bagian dari tujuan pelayanan keperawatan,belum optimal dilaksanakanoleh
perawat di Imdonesia. Hasil wawancara dngan beberapa perawat (afiyanti,2013,unpublised data)
mengidentifikasi bahwa belum banyak perawat yang secara optimal memberikan edukasi dan
konseling tentang kesehatan psikoseksual kepada para pasien. Kalaupun mereka memberikan
penjelasan tentang hal tersebut,penjelasan yang diberikan hanya terkesan sebagai pesan singkat
dan dilakukan sambil lalu.
            Brbagai hambatan seperti pengetahuan yang terbatas dalam memberikan adukasi dn
konseling seksual,keengganan mempromosikan kesehatan seksual,sikap malu mendiskusikan
yang berakaitan dengan aspek seksual dan budaya tabu membicarakan masalah seksual
merupakan halangan bagi para perawat di Indonesia untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang holistik. Kondisi ini menyebabkan tidak terlaksananya pelayanan rehabilitas psikoseksual
yang seharusnya diberikan para perawat Indonesia (afianti,2013,unpublik data). Para perawat
memiliki kebutuhan untuk diberikan pengetahuan dan keterampilan secara khusussehingga dapat
memberi bantuan menyelesaikan masalah seksualpara pasiennya.
            Para pemberi pelayanan kesehatan,termasuk perawat perlu dibekali
pengetahuan,keterampilan dan memiliki rasa nyaman ketika menjelaskan masalah seksualitas
para kliennya. Selain itu,para perawat membutuhkan pengetahuan dasar tentang konsep
seksualitas,fungsi seksual,dan beberapa isu atau masalah seksualitas. Keterampilan komunikasi
yang dekuat,dan pengetahuan dalam melakuan pemeriksaan atau mengkaji masalah
seksualitas,kenyamanan personal dalam mendiskusikan seksualitas,dan sikap perduli atau caring
yang sensitif juga diperlukan perawat dalam membantu mengatasi masalah seksualitas kliennya.
Selain itu,terdapat banyak nilai sosial,mitos,dan isu sosial dimasyarakat  seputar seksualitas serta
aspek religi,pengaruh budaya pada peran gendr,dan keyakinan berkenaan dengan orientasi
seksual,iklim sosial dan lingkunga memengaruhi sistem nilai personal setiap individu tentang
konsep seksualitas.
            Oleh krena itu,sampai saat ini pelayanan kesehatan dan keperawatan di Indonesia
memiliki standar pelayan untuk mempromosikan kesehatan seksual dan reproduksi khususnya
untuk para perempuan. Berdasarkan dua fakta tersebut,terdpat kebutuhan yang tidak
terpenuhi,baik kebutuhan para pasien memperoleh penjelasan dn informasi dri para profesional
kesehatan dalam menyelesaikan masalah seksualitad dan reproduksinya,maupun kebutuhan para
peofesional pemberi layanan kesehatan untuk membantu menyelesaikan masalah seksual dan
reproduksi para pasien mereka.

J. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual


1)    Meningkatnya Seksualitas

Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun.
Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya juga semakin tinggi.

2)    Penundaan Usia Perkawinan

Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 17


tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin menuntut
persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental.
Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

3)    Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media

Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang merangsang
seksualitas remaja.

4)    Komunikasi Keluarga

Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual yang
berbahaya.

5)    Pergaulan yang Makin Bebas

Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.

6)    Ketaatan Beragama

Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

            Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi sek,
identitas dan peran orientasi seksual,erotisme,kenikmatan,kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari
seksualitas itu sendiri yaitu sebagai kesuburan,kenikmatan,mempeerat ikatan dan meningkatkan
intiman pasangan,menegaskan maskulinitas atau feminitas, meningkatan harga dirimencapai
kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,mengurangi ansietas atau ketegangan,pengambilan
resiko,keuntungan materi.Seksualitas di pengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi
sosiokultural,dimensi agama dan etik,dimensi psikologis,dan dimensi biologis.Ada banyak
permasalahan seksualitas yang antara lain di sebabkan oleh ketidaktahuan mengenai
seks,kelelahan,konflik dan kebosanan.

B.Saran

            Masalah seksual merupakan masalah subyektif dank arena diagnosis sering kali
bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri,masalah atau gangguan seksual sulit
sekali untuk di identifikasi,ditangani dan di pantau, terutama jika masalahnya bersifat
psikoseksua, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan seksual kepada
masyarakat agar mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk meningkatkan control dan
meningkatkan ksehatan seksual mereka. Apalagi kepada remaja yang rentan terlibat dalam
perilaku seksual yang beresiko menyebabkan infeksi menular seksual,kehamilan tidak di
harapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Uripmi Lia, 2011. Psikologi kebidanan. Jakarta: EGC

Amy G. Miron dan Charles D. Miron. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks Pada
Remaja. Jakarta : Erlangga

Fitriyanti A. 2011. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Perilaku


Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat. Medan

Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika

Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai