Anda di halaman 1dari 10

REPRESENTASI SUPERIORITAS PADA IKLAN PROMOSI

PERGURUAN TINGGI DI TELEVISI


(STUDI SEMIOTIK PIERCE PADA IKLAN BSI GROUP)

Robbikal Muntaha Meliala

AKOM BSI Jakarta


Jl. Kayu Jati 5 No.2, Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Tlp (021) 29385139 Fax (021) 29385144
E-mail : bikal.muntaha@gmail.com, robbikal.rtl@bsi.ac.id

ABSTRACT

This research started by background the phenomenon appearance of negative responses from netizen on
promotion advertisement from BSI Group STMIK Nusa Mandiri version of office that has been published in
television and youtube since 2016. This advertisement was suspected ignore ethic of Indonesia advertisement 2014
related to the articles 1.20 about underestimate message to other product by humiliating them either direct or
indirect way. This research aimed to know how superiority was represented on promotion advertisement from BSI
Group in television period 2010-2016, has content humiliating to other products and ignored ethic of
communication. Techniques of data collecting are literature reviews and documentations. Research methodology
that writer used is semiotic analysis with qualitative approached. Technique of data analysis that writer used is
semiotic model of Charles S. Pierce with his meaning triangle consist of: sign, object and interpretent. 6 audio
visual advertisements were chosen by the writer with purposive sampling. Research result has shown the
superiority was represented in many way, they are superlative language usage which exposed the word of quality
number one as a campus without research evidence earlier. The usage of story idea which compare between
quality of BSI Graduatee Group who more proper to be manager, productive director at office than the quality of
non BSI Graduatee Group.BSI Group pretend to promote by frontal humor in their advertisements to the audience.

Keywords : Superiority, Advertisement, Ethic of Communication, Television

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya temuan respon negatif dari netizen pada iklan promosi BSI Group
STMIK Nusa Mandiri versi perkantoran yang dipublikasikan di televisi dan youtube pada 2016. Iklan ini diduga
melanggar Etika Pariwara Indonesia 2014 terkait pasal 1.20. tentang pesan merendahkan produk lain dengan cara
menjelek-jelekannya secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana representasi superioritas pada iklan promosi BSI grup di televisi periode 2010-2016 ini bermakna
merendahkan produk lain dan terkait pelanggaran Etika Komunikasi. Pengumpulan data menggunakan studi
kepustakaan dan dokumentasi. Metode Penelitian yang digunakan adalah Analisis Semiotik pendekatan kualitatif.
Teknik analisis data yang digunakan model semiotik Charles S. Pierce dengan segitiga makna terdiri atas : tanda
(sign), objek dan interpretant. 6 iklan audio visual dipilih dengan sampel purposif. Hasil penelitian menunjukkan
representasi superioritas ditandai melalui beberapa cara, diantaranya penggunaan bahasa superlatif seperti
berawalan ter- (terbaik), nomor satu, terkemuka tanpa didukung riset terlebih dahulu. Penggunaan konsep cerita
yang membandingkan antara kualitas lulusan BSI Group yang lebih pantas menjadi manajer, direktur yang
produktif daripada kualitas lulusan non-BSI Group. BSI Group cenderung berpromosi dengan sentuhan humor
frontal di dalam iklannya kepada khalayak.

Kata kunci : Superioritas, Iklan, Etika Komunikasi, Televisi


dan marah-marah kepada bawahannya karena
pekerjaannya lamban dan tidak efektif. Pada adegan
tersebut, “sang bos” terlihat kesal dan menanyakan
bawahan tentang “lulusan perguruan tinggi mana
Fenomena perguruan tinggi gencar beriklan sang bawahan”, lalu “sang bawahan” menjawab “iya
di televisi ditemukan akhir-akhir ini. Salah satunya pak, sebentar lagi selesai…”. Lalu, “sang bos”
adalah Bina Sarana Informatika. Tak tanggung- membandingkan dia dengan karyawan lainnya yang
tanggung kegiatan ini sudah mereka lakukan sejak merupakan lulusan STMIK Nusa Mandiri (bagian
2010 hingga saat ini yaitu 2016. Di tengah perguruan dari BSI Group) dan dianggap pekerjaannya lebih
tinggi lain yang enggan beriklan di televisi nasional bagus dan cepat dalam menangani masalah.
karena pertimbangan biaya promosi yang mahal per- Berawal dari hal itu, banyak netizen di
detiknya, namun Bina Sarana Informatika Group media youtube yang mengomentari hal tersebut, dan
berani menjawab tantangan tersebut pada strategi menganggap iklan tersebut tidak bermutu. Sebagian
komunikasi pemasarannya. netizen menganggap iklan tersebut tak layak tayang
Menurut pendapat Dendi Sudiana dalam dan terlalu mengandung rekayasa pesan serta janji
Widyatama (2005), Iklan mempunyai fungsi sebagai yang berlebihan secara tidak langsung.
berikut : ‘Ilmu periklanan adalah salah satu ilmu
1. Mengenal produk, komunikasi praktika. Ilmu teoritikanya adalah ilmu
2. Membangkitkan kesadaran merek (brand komunikasi teoritika. Ilmu teoritika ini digunakan
awareness), untuk mencapai kebahagiaan di bidang
3. Membantu membentuk citra merek (brand perdagangan/ekonomi. Objek kajiannya adalah
image) sebuah produk, melalui visualisasi dan bagaimana cara menyampaikan isi pernyataan di
rekayasa pesan yang disampaikan. bidang perdagangan, supaya sebanyak mungkin
4. Membangun citra perusahaan (corporate orang membeli jasa/ barang yang dijualnya.’
image) (Soehoet, 2002)
Iklan STMIK Nusa Mandiri bagian dari Etika komunikasi diperlukan bagi pelaku
BSI Group yang tayang pada 2015 di televisi komunikasi untuk menciptakan ketertiban dalam
nasional menimbulkan pro dan kontra di media suatu hubungan dan interaksi antar umat manusia.
sosial terutama di Youtube. Sajian iklan audio visual Ketika ketertiban terjadi maka keamanan dan
yang menampilkan kondisi perkantoran dan harmonisasi lingkungan pun akan terjadi. Oleh
kegiatan antara bos (atasan) dan bawahannya karena itu praktisi periklanan dalam hal ini termasuk
tersebut menuai kritik dari netizen karena dianggap produsen, pengiklan dan pemasar perlu memahami
terlalu berlebihan dan merendahkan perguruan dan mematuhi kode etik dalam beriklan. Kode etik
tinggi lain. adalah acuan moral untuk mengatur perilaku orang
sesuai dengan kapasitas profesinya.
Berawal dari hal itu, Dewan Periklanan
Indonesia mengambil langkah untuk berpartisipasi
dalam mengawasi peredaran iklan produk dan jasa di
Indonesia saat ini agar “kreativitas” itu tidak
kebablasan, dan pesan iklan yang disampaikan justru
menyesatkan target khalayak dalam berpersepsi dan
bertingkah laku. Maka dari itu dibuatlah Etika
Pariwara Indonesia (EPI).
Trijayanto dan Syarifuddin (2014) : ‘Etika
periklanan menjadi kewajiban bagi badan usaha
dalam pertimbangan pengambilan keputusan dalam
memasarkan suatu produk serta mampu melindungi
kepentingan masyarakat dari kepentingan para
pelaku usaha, dan dapat menciptakan iklim
persaingan usaha yang sehat diantara pelaku usaha.’
Jika menilai contoh kasus satu iklan yang
dijabarkan di atas, ternyata setelah penulis telaah dan
analisa lebih dalam, iklan tersebut diduga melanggar
Sumber : Youtube Etika Pariwara Indonesia 2014. Aturan tersebut
Gambar 1. Cuplikan Iklan BSI STMIK Nusa tertera pada tata krama 1.20 merendahkan produk
Mandiri dan Komentar Netizen di Youtube pesaing (EPI,2014). Aturan tersebut berbunyi “Iklan
tidak boleh merendahkan produk pesaing”.
Representasi superioritas yang berlebihan Oleh karena itu, penulis akan menjawab
tampak pada tanda pesan iklan tersebut. “Sang keingintahuan ini dengan analisis semiotik
atasan (bos)” tiba-tiba keluar dari ruang pribadinya berpendekatan pemikiran kualitatif, dengan rumusan
masalah bagaimana representasi superioritas pada
iklan promosi perguruan tinggi BSI Group di televisi Gambar 2. Elemen Makna Pierce
periode 2010-2016 dan bagaimana tanda superioritas
itu diduga melanggar etika komunikasi khususnya Penelitian ini mempunyai unit analisis berupa
Etika Pariwara Indonesia?. pesan iklan promosi BSI group yang dipublikasikan
secara audio visual, terdiri atas bahasa verbal dan
non verbal yang dilihat secara holistik karena
mengandung konsep dan makna tanda tertentu. Iklan
tersebut ditayangkan di media televisi periode 2010-
2016. Enam Sampel dipilih dengan teknik penarikan
Metode penelitian yang digunakan penulis purposive sampling.
adalah Analisis Semiotik dengan model Charles S. Menurut Pawito (2007), ‘Teknik
Pierce dan berparadigma konstruktivis. ‘Secara pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif
terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai berbeda dengan kuantitatif, lebih mendasarkan diri
ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, pada alasan atau pertimbangan-pertimbangan
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tertentu (purposeful selection) sesuai dengan tujuan
tanda (Eco, 1979 : 6). Van Zoest (1996 : 5), penelitian. Oleh karena itu sifat metode sampling
mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan dari penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah
segala yang berhubungan dengannya: cara purposive sampling.’
berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, ‘Dengan demikian tujuan bukanlah
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan
yang mempergunakannya.’ (Sobur, 2006) yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi.
Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan Tujuannya adalah merinci kekhususan yang ada
ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua
arti muncul dari hubungan di antara tiga hal : benda dari sampling ialah menggali informasi yang akan
(atau yang dituju), manusia (penafsir) dan tanda. menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Charles Saunders Pierce, ahli semiotik modern Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada
pertama, dapat dikatakan pula sebagai pelopor ide sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive
ini. Pierce mendefinisikan semiosis sebagai sample)’.( Moleong, 2010).
hubungan di antara tanda, benda dan arti. Tanda
tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk
di dalam pikiran si penafsir. (Littlejohn dan Foss,
2009)
Semiotik untuk studi media massa ternyata
tak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun Menurut Langer dalam Littlejohn (2009),
sekaligus juga bisa sebagai metode yang dianalisis ‘semua binatang yang hidup didominasi oleh
(Hamad, 2008 : 83). Kita, misalnya dapat perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasikan oleh
menjadikan teori segitiga makna (triangle meaning) konsepsi, simbol dan bahasa. Binatang merespons
Pierce yang terdiri atas sign (tanda), object (objek) tanda, tetapi manusia menggunakan lebih dari
dan interpretant (interpreten). sekadar tanda sederhana dengan mempergunakan
Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda simbol. Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang
adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang menandakan kehadiran dari suatu hal.’
dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara
yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang yang lebih kompleks dengan membuat seseorang
dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari
itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka kehadirannya. Sebuah simbol adalah “sebuah
muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh instrumen pemikiran”. Simbol adalah
tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga makna konseptualisasi manusia tentang suatu hal; sebuah
adalah persoalan bagaimana makna muncul dari simbol ada untuk sesuatu.
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol
waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide
Pierce lazimnya ditampilkan sebagai tampak dalam umum, pola atau bentuk. Menurut Langer, konsep
gambar berikut ini (Fiske, 1990) dalam (Sobur, adalah makna yang disepakati bersama-sama
2006). diantara pelaku komunikasi. Bersama, makna yang
disetujui adalah makna denotatif, sebaliknya,
gambaran atau makna pribadi adalah makna
konotatif. (Langer dalam Littlejohn, 2009)
Sign Langer memandang makna sebagai sebuah
hubungan kompleks di antara simbol, objek dan
manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama)
Interpretant Object
dan konotasi (makna pribadi). (Langer dalam
Littlejohn, 2009).

Dari sudut pandang psikologi Adler


menegaskan bahwa superioritas bukan pengkotakan
Mcilwain (2007) pada Penelitian terdahulu sosial, kepemimpinan atau kedudukan yang tinggi di
menganalisa iklan politik di televisi yang dijalankan masyarakat. Tetapi superioritas yang dimaksudkan
oleh David Perryman melawan anggota dewan lain Adler adalah sesuatu yang sangat mirip dengan
yaitu J.C. Watts pada 1994 di Distrik ke empat konsep Jung tentang diri atau prinsip aktualisasi diri
Kongres Ras di Oklahoma, USA. Dengan dari Goldstein. Adler menyatakan bahwa perjuangan
menggunakan konsepsi Roland Barthes dari citra ini bersifat bawaan, bahwa ia bawaan dari hidup,
retorik yang dimaksud penulis disini adalah semiotik malahan hidup itu sendiri.
kritis – makalah ini menyelidiki 4 sistem tanda atau Adler mengakui bahwa dorongan kearah
simbol yang bekerja pada iklan : fotografi, bahasa superioritas itu dapat menjelma dengan beribu-ribu
narasi (verbal-lisan), dan perpindahan citra. Analisa cara yang berbeda-beda, dan bahwa setiap orang
menunjukkan : bagaimana sponsor menggunakan mempunyai cara konkret masing-masing untuk
kiasan “Afro” sebagai citra pertama signifikan; iklan mencapai atau berusaha mencapai kesempurnaan.
tersebut menantang kandidat Watts melalui Orang yang neurotic misalnya memperjuangkan
tampilan implisit kepada target khalayak (penonton) harga diri, kekuasaan dan pemujaan diri. Dengan
atau pemilih. Asosiasi negatif dari kulit kehitaman, kata lain, memperjuangkan tujuan-tujuan egoistik
keterbatasan, kriminalitas dan persepsi dari militant atau mementingkan diri sendiri. Sedangkan orang
kulit hitam diasosiasikan dengan kekuatan gerakan normal memperjuangkan tujuan-tujuan yang
kulit hitam. terutama bersifat sosial. (Alwisol, 2008 )
Gusfa & Santoso (2015) mengungkapkan “Dorongan untuk berkuasa, memainkan
Televisi semakin pintar dalam mempercepat peranan terpenting dalam perkembangan
membangun citra sesuatu. Sikap dan Perilaku buatan kepribadian“ (Adler, 1946) dalam (Alwisol, 2008)
atau semu divisualisasikan oleh televisi untuk Jika dilihat dari sudut pandang psikologi
dijadikan senjata laten bagi tokoh publik (politikus) tentang konsep humor, Smuts (2006), menuliskan
dalam mendapat kepercayaan publik atas ‘beberapa teori yang menyebabkan alasan orang
kompetensinya. “Blusukan” (aktivitas mengunjungi tertawa bisa ditilik lebih lanjut dalam psike mereka.
area tertentu bertujuan untuk memastikan kejadian Salah satunya adalah Teori Superioritas
secara langsung di lapangan tentang keadaan (Superiority). Menurut Thomas Hobbes, humor
masyarakat dan mendengar kritikan langsung muncul karena adanya perasaan ‘menang’ ketika
tentang pemerintahan dari masyarakat). Blusukan kita menyadari kita lebih tinggi dibanding orang
adalah aktivitas demokrasi dari PDI-P dan lain.’
pelakunya menggunakan televisi untuk membangun Jika dikaitkan dengan penelitian ini, iklan
citra Joko Widodo. Melalui perspektif komodifikasi, BSI Group yang tampak di media televisi periode
Mitos Blusukan adalah Joko Widodo. Transformasi 2010-2016 dirancang sedemikian rupa dalam
makna mitologi “Blusukan” dalam politik Indonesia merepresentasikan wacana superioritas dengan
berganti pada “Demokrasi Jalanan” pada program balutan konsep cerita humor tertentu untuk
liputan 6 SCTV sedang ditawarkan elit kapitalis saat mengundang tawa para penontonnya sehingga iklan
ini. ini dingat oleh banyak orang dan menjadi kekhasan
Soriano & Lim. (2015) pada penelitiannya, (diferensiasi) bagi identitas BSI di dunia komunikasi
menunjukan di Filipina, telepon seluler secara aktif pemasaran.
digunakan lintas populasi, termasuk dalam jumlah
besar pada warga Filipina yang bekerja di luar
negeri. Mayoritas dari mereka adalah perempuan.
Penelitian ini menginvestigasi bagaimana iklan Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin)
televisi dari telepon seluler berikatan dengan sisi dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang
budaya secara relevan dengan peran ibu untuk berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
menarik perempuan sebagai pengguna teknologi. kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah
Menggunakan analisis semiotik, penelitian ini laku manusia. (Gora, Irwanto, 2015)
menunjukkan bagaimana pesan promosional Mengacu pada permasalahan etika,
menghidupkan ideologi keibuan dan bertujuan untuk Johannesen (1996) menjelaskan. “Etika adalah
bagaimana menggunakan teknologi komunikasi standar-standar moral yang mengatur perilaku kita,
untuk melayani persaudaraan perempuan pada bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang
setting global lokal. Selama didominasi Katolik dan lain bertindak.”
warga Maria, citra dari efisiensi, nurturing Komunikasi artinya usaha manusia dalam
(kealamiahan), dan pengorbanan ibu tidak menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia
seharusnya digambarkan kekuatan lunak dan netral. lain. Dengan demikian, motif komunikasi artinya
adalah sebab-sebab yang mendorong manusia dalam mengingatkan (reminder advertising) lebih cocok
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia untuk produk yang sudah memasuki tahap
lain. (Soehoet, 2002) kedewasaan.
Sementara, Etika Pariwara Indonesia Sementara menurut Prisgunanto (2014),
menurut EPI (2014), “Ketentuan-ketentuan normatif “Tentu saja informasi yang diberikan tidak
menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah sembarangan dan tidak semua informasi adalah
disepakati untuk dihormati, ditaati, ditegakkan oleh iklan. Artinya di dalam iklan biasanya berisi tentang
semua asosiasi dan lembaga pengembannya. (lihat perang informasi yang berusaha untuk
penjelasannya). mempengaruhi sikap beli dan pengarahan pada
Lebih lanjut EPI (2014), menjelaskan EPI perilaku konsumen. Tentu saja dalam hal ini
diperlakukan sebagai sistem nilai dan pedoman konsumen dikuasai dalam alam maya dan jangkauan
terpadu tata krama (code of conducts) dan tata cara komunikasi yang dimiliki. Periklanan harus dapat
(code of practices) yang berlaku bagi seluruh pelaku mempengaruhi pemilihan dan keputusan membeli
periklanan Indonesia. konsumen. Periklanan selalu berisi bujukan kepada
Berikut beberapa pasal yang terkait dengan khalayak secara massif agar berperilaku sesuai
representasi superioritas pada iklan promosi dengan strategi pemasaran perusahaan untuk
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan : mencetak penjualan dan keuntungan.”
1.2. Bahasa
1.2.1. Iklan harus disajikan dengan bahasa Televisi
yang mudah dipahami oleh khalayak “Televisi merupakan perkembangan
sasarannya. medium berikutnya setelahnya radio yang
1.2.2. Iklan tidak boleh menggunakan kata- diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu
kata superlatif seperti audio visual”. Muda (2005)
“paling”,”nomor satu”, “top”, atau Sedangkan Wardhana (2001) Siaran
kata-kata yang berawalan “ter” televisi adalah “Sistem penyiaran berupa gambar
dan/atau yang bermakna sama, yang objeknya bergerak dan disertai suara yang
kecuali jika disertai dengan bukti digunakan untuk menyiarkan pertunjukkan, berita
yang dapat dipertanggungjawabkan. dan sebagainya.”
1.20. Merendahkan Bungin (2008) menyatakan bahwa :
Iklan tidak boleh merendahkan “Televisi adalah media pemilik produk yang
produk pesaing diciptakan oleh biro iklan, kemudian disiarkan
2.19. Lembaga Pendidikan dan televisi dengan berbagai tujuan, diantaranya sebagai
Lowongan Kerja informasi produk dan mendorong penjualan. Oleh
2.19.1 Iklan lembaga pendidikan tidak karena itu, iklan televisi harus memiliki segmen
boleh mengandung janji untuk berdasarkan segmen pilihan produk, untuk memilih
memperoleh pekerjaan atau strategi media agar iklan itu sampai kepada sasaran.
penghasilan tertentu. Dalam produksi iklan televisi, diperlukan beberapa
strategi, misalnya membuat iklan televisi yang
terkesan eksklusif namun hanya memerlukan biaya
produksi yang rendah dan atau membuat iklan
Iklan korporat dapat diartikan sebagai tersebut untuk sedapat mungkin
penggunaan media yang dibayar untuk mengkomunikasikan seluruh informasi tentang
menguntungkan citra perusahaan secara utuh produk yang ditawarkan menjadi lebih menarik.”
dibandingkan dengan produk atau jasanya
saja.Karena semua iklan perusahaan memberikan
kontribusi kepada citranya, baik iklan produk
maupun korporat harus merefleksikan sebuah
strategi yang terpadu.Iklan citra perusahaan harus Hasil analisa untuk 6 sampel yang penulis
“memberikan merek” kepada sebuah perusahaan analisis dengan metode semiotik model Pierce,
sebagaimana iklan produk memberikan merek menunjukan semua iklan BSI Grup mengandung
kepada sebuah produk”. (Argenti, 2010) pesan superior yang dibalut dengan berbagai versi
Lebih lanjut (Sulaksana, 2007), menurut dan berpotensi melanggar beberapa etika
tujuan spesifiknya iklan mempunyai beberapa tujuan komunikasi yang ada.
diantaranya ; Iklan Informatif umumnya dianggap
sangat penting untuk peluncuran kategori produk
baru, dimana tujuannya adalah merangsang
permintaan awal. Iklan Persuasif sangat penting
apabila mulai tercipta tahap persaingan, dimana
tujuan iklan adalah membangun preferensi pada
merek tertentu.Lalu, Iklan yang bertujuan
gondrong, masing ABA,
berpenampila dengan AKOM dan
n casual posisi yang ASM telah
Berseragam layak dan mencetak
hitam dengan sesuai tenaga kerja
logo ‘C” dengan handal di
sebagai jurusan bidang
broadcaster yang masing-
Dina-Seorang dipilihnya. masing.
Perempuan BSI Representas
Gambar 3.Iklan BSI versi Barack Obama berambut bangga i
(Tahun 2010, 30 detik) pirang dan mempunya Superioritas
berpakaian i mereka BSI terlihat
Tabel 1. Hasil Analisa Semiotik Pierce Sampel 1 Rapih kemeja untuk dari adanya
Sign Object Interpretant merah bersaksi kebanggaan
1. Mobil Hitam Tamu BSI adalah kampus sebagai kepada yang ingin
Mewah istimewa berkualitas yang sekretaris khalayak. ditunjukkan
4 Orang dan orang layakdirekomendasikan direksi pada
Bodyguard
asing Presiden Barack Mobil taksi khalayak
“Bule”
Pria berkulit datang ke Obama, bahkan setara Kosti, Logo atas
hitam mirip SD yang dengan kampus standard BSI, Logo Al keberhasila
Barack Obama disinyalir internasional Amerika
tempat Serikat.Lulusan BSI
Fath dan n karir
Berpakaian
eksekutif Jas, Barack berpeluang menjadi Soang alumninya
Dasi, Sepatu Obama orang nomor satu dengan
Pantofel, menimba seperti Barack Obama. bahasa
Berkacamata, superlatif.
ilmu saat di
Lokasi SD, Guru,
Sekelompok Indonesia. “Perusahaa
Murid, Foto, Mereka n Ternama.
Majalah Dinding, disambut
Logo BSI baik pihak
sekolah

Gambar 5. Iklan BSI versi Reportase Reporter BSI


Edisi 1 (Perempuan) (Tahun 2011, 30 Detik)

Tabel 3. Hasil Analisa Semiotik Pierce Sampel 3


No Sign Object Interpretant
Gambar 4. Iklan BSI versi Testimoni Alumni .
(Tahun 2012, 30 Detik) 1. Satu orang Reporter Keunggulan
reporter perempuan kampus BSI
Tabel 2. Hasil Analisa Semiotik Pierce Sampel 2 perempuan, melakukan dibanding
No Sign Object Interpretan Satu orang liputan ke yang lain
. t juru kampus terdiri atas :
1. Redi-Seorang 4alumni BSI adalah kamera BSI untuk Program
Programmer BSI terdiri kampus pria, 3 menayakan Diplomanya
Berpakaian dari dua berkualitas narasumber alasan cepat lulus,
Kerja Rapih orang pria mencetak remaja mahasiswa biaya
Lusi-Seorang dan dua alumni perempuan memilih kuliahnya
Perempuan orang yang siap dan 2 BSI. Terdiri murah, ada
Berhijab perempuan bersaing di narasumber atas 5 bursa kerja
sebagai berhasil industri. 4 pria, lokasi narasumber dan jaminan
pengajar bekerja di Akademi kampus yang terdiri kerjanya
Handi- Pria bidang yaitu BSI, atas : 2 karena
berambut masing- AMIK, Narasumbe narasumber bekerjasama
r berparas pria dan 3 dengan lebih n penasaran, mudah jika
blasteran narasumber dari 1000 perlengkapa dan pada ingin
dan perempuan, perusahaan, n helm akhirnya melanjutka
seragam disitulah BSI sudah dikepalanya. promosi n S1 hanya
reporter keunggulan terakreditasi, terdapat di 2 atau 3
serta juru BSI kurikulumny akhir adegan semester
kamera disebutkan a up-to date, yaitu saja. BSI
yang beserta janji Meneruskan “Kuliah di kampus
berwarna promosi ke S1 mudah BSI Aja..!” kawula
biru dan disampaika dan program muda,
berlogo C. n “cepat diploma “aktif”,
lulus”, lebih banyak diterima di
“cepat dicari semua
kerja” perusahaan. kalangan,
BSI kampus “go green”,
kawula muda modern
yang dan kreatif.
bermacam-
macam
budaya dan
diterima
semua
kalangan.

Gambar 7. Iklan BSI versi Reportase BSI Edisi 2


(Tahun 2015, 30 Detik)

Tabel 5. Hasil Analisa Semiotik Pierce Sampel 5


Gambar 6. Iklan BSI versi Komunitas Sepeda No. Sign Object Interpretant
(Tahun 2016, 35 Detik) 1. Seorang Seorang BSI
Reporter Reporter Pria menunjukkan
Tabel 4. Hasil Analisa Semiotik Pierce Sampel 4 Pria meliput keunggulannya
No Sign Object Interpretan berseragam kampus BSI sebagai kampus
. t hitam, untuk yang program
1. Seorang Perbincanga BSI adalah Seorang menanyakan diplomanya
remaja pria n terjadi kampus Juru alasan mereka siap bersaing di
berbaju antara 2 yang Kamera memilih dunia kerja,
merah, remaja pria menawarka Pria, 3 kampus BSI. kampusnya
Seorang komunitas n3 narasumber Terpilih 6 dimana-mana,
remaja pria sepeda di keunggulan remaja pria, narasumber biaya murah
berbaju taman utama ; 3 yang terdiri 300 ribu
kotak-kotak, tentang cepat lulus narasumber atas 3 remaja perbulan, lebih
bermain program kuliah 3 remaja pria dan 3 banyak
sepeda di diploma tahun perempuan remaja prakteknya,
taman, atau karena diantaranya perempuan cepat lulus,
taman yang akademi program seorang yang kualitas nomor
luas hijau, beserta diploma, berhijab. menceritakan satu dan
asri bersama kelebihanny banyak Mereka alasannya fasilitas BSI
teman- a. Iwan dicari berasal dari memilih BSI Career
teman menjawab perusahaan berbagai dengan Entrepreneursh
komunitas ada 4 dan suku, etnis, menyebutkan ip yang
sepeda kelebihan gampang budaya dan fasilitas dan menjamin
lainnya yang kepada Adi. untuk lintas keunggulanny mahasiswa
menggunaka Adi semakin bekerja dan agama a. “cepat untuk menjadi
dengan lulus”, “biaya wirausaha
beragam terjangkau”, muda yang Ketika iklan disampaikan kepada khalayak
logat “kampus peduli, kreatif sebenarnya akan merepresentasikan motif
bicara, dimana-mana” dan mandiri. komunikasi produsen dan pengiklan dibaliknya.
pakaian dan dan “cepat Mahasiswanya Motif artinya alasan atau sebab-sebab
agama. kerja” adalah lintas budaya, seseorang melakukan sesuatu, yang menjadi
Wawancara janji promosi suku dan dorongan (Anton Moeliono, et.al., 1989 : 593).
di Lokasi BSI. agama namun Komunikasi artinya usaha manusia dalam
kampus tetap bersatu menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia
BSI. bangga lain. Dengan demikian, motif komunikasi artinya
memilih BSI. adalah sebab-sebab yang mendorong manusia dalam
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia
lain. (Soehoet, 2002)
Pelanggaran kerap terjadi pada gejala isi
iklan promosi akademik BSI di Youtube pada Pasal
1.2.1 yaitu ketentuan bahasa khususnya kategori 2,
dimana sebenarnya iklan tidak boleh menggunakan
kata-kata superlatif, memakai awalan ter-, paling,
nomor satu, top, dan atau bermakna sama tanpa ada
bukti survey atau riset yang dapat
dipertanggungjawabkan. Hal itu ditemukan pada
sampel penelitian 2, 3, 4 dan 5. Iklan promosi
Gambar 8. Iklan BSI STMIK Nusa Mandiri akademik Bina Sarana Informatika tetap berani
(Tahun 2016, 30 Detik). menggunakan bahasa superlatif pada pesan
promosinya kepada khalayak tanpa disertai
Tabel 6. Hasil Analisa Semiotik Pierce Sampel 6 pembuktian dari lembaga riset tertentu. Contoh :
No. Sign Object Interpretant adanya ungkapan “ BSI merupakan Perguruan
1. Lokasi Seorang manajer STMIK NUSA
perkantoran, yang kesal MANDIRI yang
Tinggi Swasta Terbaik di Indonesia” , “Kualitas
seorang melihat Jimmy merupakan bagian tetap nomor satu”, “lebih cepat lulus dan lebih
manajer pria karena kerjanya dari BSI Grup banyak dicari perusahaan”. Hanya 2 sampel saja
berdasi, lambat dan tidak menunjukkan yang sesuai untuk menghindari “representasi
seorang seperti Adi yang superioritasnya
karyawan cepat dan alumni secara langsung
superioritas” pada penggunaan bahasa superlatif di
berbaju merah S1 Nusa Mandiri. dengan pesan promosinya yaitu sampel 1 dan sampel 6.
muda (Jimmy), Direktur yang membandingkan Penggunaan bahasa superlatif pada iklan
seorang mengetahui pekerjaan promosi akademik Bina Sarana Informatika di
karyawan pria kejadian itu, juga seseorang yang
berbaju biru menegaskan bukan lulusan BSI
Youtube periode 2010-2016 secara tidak langsung
tua (Adi), bahwa dia alumni Grup dengan merepresentasikan penampilan “superioritas” BSI
Direktur pria S1 Nusa Mandiri seseorang yang dalam memperkenalkan citranya kepada khalayak.
(lengkap dan S2 Magister lulusan BSI Grup. Menurut Rakhmat (2015), Bahasa
dengan jas dan Ilmu Komputer. Bahan
dasinya), meja Sementara sang perbandingannya
memungkinkan kita menyandi (code) peristiwa-
kerja, Manajer adalah adalah kualitas peristiwa, dan objek-objek dalam bentuk kata-kata.
komputer dan Lulusan BSI. kecepatan Dengan bahasa, kita mengabstraksikan pengalaman
bundle file Kebanggaan kerja.Iklan ini kita, dan yang lebih penting mengkomunikasikannya
yang isinya terletak pada 3 berusaha
kertas kerja. orang tersebut menyampaikan
pada orang lain. Bahasa adalah persyarat
yang merupakan pesan bahwa kebudayaan, yang tidak dapat tegak tanpa itu atau
lulusan BSI Grup. lulusan STMIK dengan sistem lambang yang lain. Dengan bahasa,
Namun tidak Nusa Mandiri yang kita manusia mengkomunikasikan kebanyakan
dengan Jimmy juga terdapat
yang dihina program S2
pemikiran kita kepada orang lain dan menerima satu
karena bukan Magister Ilmu sama lain hidangan pikiran (food for thought).
lulusan BSI Grup Komputer dan BSI Pendeknya, betul kita tidak selalu berpikir dengan
dan lambat Grup lainnya lebih kata-kata, tetapi sedikit sekali kita dapat berpikir
kerjanya. pantas menjadi
“Bos” dan bekerja
tanpa kata-kata.”Morton benar. Tetapi harus juga
cepat, tidak lambat diingat bahwa kata-kata dapat menghambat proses
seperti yang bukan berpikir. Hal ini terjadi bila ada kebingungan dalam
lulusan BSI Grup. mengartikan kata-kata.
Ada unsur
merendahkan
Iklan BSI Group sampel 1, 2 dan 6
lulusan lain secara dirancang sedemikian rupa dalam
tidak langsung merepresentasikan wacana superioritas dengan
disini dengan balutan konsep cerita humor tertentu untuk
perbandingan ini
mengundang tawa para penontonnya.
Itu juga ditemukan di sampel 6-Iklan BSI yang caranya berbeda-beda antara manusia satu
STMIK Nusa Mandiri (durasi 30 detik pada 2016). dengan yang lain. Sudut pandang lain, konsep
Walau dalam sampel ini tidak menggunakan bahasa superioritas dapat didefinisikan sebagai kekuasaan
superlatif, namun adegan yang tampak begitu dan pemujaan diri jika itu dilihat dari sudut pandang
mencolok memberi kesan untuk merendahkan orang neurotik. Dalam hal ini, superioritas identik
produk pesaing lain dengan cara membandingkan dengan egoistik (mementingkan diri sendiri),
antara lulusan universitas lain dengan universitas berbeda dengan orang normal yang lebih
BSI grup yang disinyalir hanya dilihat dari memperjuangkan tujuan-tujuan bersifat sosial.
kecepatan kerja saja. Dalam iklan itu, ada upaya Iklan promosi akademik Bina Sarana
menyampaikan pesan promosi bahwa lulusan BSI Informatika Grup di Televisi Periode 2010-2016
grup lebih cepat dan baik kerjanya sehingga dua mengandung representasi superioritas yang
orang bos yang ditampilkan juga merupakan alumni ditunjukkan dalam beberapa cara. Diantaranya
BSI grup. Oleh karena itu, sampel ini disinyalir penggunaan bahasa lisan superlatif yang ditandai
melanggar tata krama Etika Pariwara Indonesia dengan menggunakan awalan ter-, paling, nomor
pasal 1.20. tentang pesan yang merendahkan. satu atau bermakna sama tanpa disertai dengan riset
Sampel ini menunjukkan wacana superioritas dan dari lembaga terkait terlebih dahulu. Konsep
merendahkan perguruan tinggi lain secara tidak egoistik menjadi muncul dalam pemaknaan tanda di
langsung. sampel tersebut yang selalu menganggap Bina
Secara komersil, esensi keberhasilan Sarana Informatika adalah kampus terbaik, kualitas
lembaga pendidikan termasuk universitas adalah nomor satu dibandingkan kampus lain. Indikasi
menjamin lulusan atau alumninya cepat bekerja di tersebut menyebabkan iklan promosi akademik BSI
perusahaan besar dan tidak menganggur. Maka tidak grup di televisi periode 2010-2016 ini teranalisis
heran, banyak lembaga pendidikan seperti melakukan pelanggaran Etika Pariwara Indonesia
universitas atau akademi berpromosi dengan (EPI) 2014. Hal itu ditemukan pada sampel 2,3, 4
beraninya untuk berjanji menyiapkan mahasiswa/i dan 5
peserta didiknya dan alumninya cepat bekerja Tidak menggunakan bahasa superlatif
setelah lulus, dan tidak menganggur. Namun bukan berarti tidak dapat mencerminkan konsep
kembali dengan makna aturan Etika Pariwara superioritas di dalam iklannya. Hal itu ditemukan
Indonesia, bahwa pesan janji itu dikhawatirkan akan pada sampel 6, dimana representasi superioritas
menyesatkan persepsi khalayak dan merugikan ditunjukkan dengan unsur perbandingan antara
konsumen jika tidak disertai bukti riset atau survey lulusan BSI grup dengan lulusan non BSI Grup.
tersendiri, yang menyatakan bahwa benar lulusan Pesan promosi pada iklan versi perkantoran BSI
universitas tersebut akan dijamin cepat bekerja STMIK NUSA MANDIRI ini menunjukkan adanya
setelah lulus. Oleh karena itu, dibuatlah aturan unsur merendahkan orang-orang yang bukan lulusan
larangan pesan janji mendapat pekerjaan dan non-BSI Grup yang tidak dapat bekerja lebih
penghasilan tertentu bagi lembaga pendidikan. Hal produktif, cepat dan pantas menjadi “Bos” seperti
ini bertujuan untuk menyelamatkan posisi konsumen lulusan BSI Grup. Hal inilah yang menyebabkan
dari kebohongan publik atas pesan promosi dalam iklan promosi akademik BSI ini juga melanggar
iklan yang terlalu boombastis dan hiperbolis semata Etika Pariwara Indonesia tentang Pesan yang
guna mendapatkan konsumen. Merendahkan.
Penulis menganalisis 3 sampel yang Saran yang dapat diajukan penulis untuk
ditemukan melakukan dugaan pelanggaran tersebut, lembaga BSI Group untuk memperhatikan kembali
yaitu pada sampel, 3, 4 dan 5. Representasi kekuatan penelitian pendahuluan tentang konsep
superioritas itu ditunjukan melalui bahasa lisan yang iklan dan taget iklan-nya sebelum eksekusi pada
diungkapkan sang bintang iklan bahwa BSI khalayak, karena satu tanda dapat dipersepsi berbeda
bekerjasama dengan 1000 perusahaan ternama, BSI oleh beragam khalayak di saat bersamaan. Upaya
mempunyai departemen BSI Career Center , lulusan penelitian terhadap pendekatan etika pemasaran
diploma lebih banyak dicari perusahaan dan BSI perlu diadakan secara berkala agar masyarakat selalu
Entrepreneurship Career yang menjamin lulusan sadar tentangnya pentingnya etika, hukum dan
BSI dapat menjadi wirausaha yang handal. kebijakan
Beriklan tak lepas dari kegiatan
menyampaikan keunggulan, namun motif
komunikasi dapat disusun dan disampaikan lebih
dari satu isi pernyataan tanpa harus mengumbar
pesan superioritas secara frontal. Di sisi lain,
Konsep superioritas dari perspektif khalayak menjadi sesat dalam berpersepsi dan tidak
psikologi yang dipelopori oleh Adler dapat dilihat aman dari kebohongan publik atas iklan yang dibuat
dari 2 sudut pandang. Sudut pandang pertama oleh produsen, pengiklan, dan pemasar dengan
merupakan sifat bawaan manusia dari lahir yang begitu boombastis-nya pesan tanpa bukti yang jelas.
terkait erat dengan memperjuangkan hidupnya
tentang aktualisasi konsep dirinya masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Mcilwain, Charlton D. (2007). (Race, Pigskin and Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif,
Politic : A Semiotic Analysis of Racial Yogyakarta : Lkis.
Images in Political Advertising).
(Semiotica 167/1-4 (2007) , 169-191 0037- Prisgunanto, Ilham. (2014). Komunikasi Pemasaran
1998/07/0167-0169 @Walter de Gruyter Era Digital. Jakarta : CV Prisani Cendekia.

Soriano, Cherryl Ruth R & Sun Sun Lim. (2015). Rakhmat, Jalaluddin. (2015). Psikologi Komunikasi.
The Virgin Mary With a Mobile Phone : Ideologies Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
of Mothering and Technology Consumption in
Philippine Television Smuts, Aaron. (2006). Encyclopedia of Philosophy.
Advertisement. Communication, Culture & Critique New York : “X”.
8 (2015) 1-19 @ 2014 International
Communication Association ISSN 1753- Sobur, Alex. (2006). Analisis Teks Media- Suatu
9129. Pengantar untuk Analisis Wacana,
Semiotik dan Analisis Framing. Bandung :
Trijayanto, Danang & Syarifuddin. (2014). Analisis PT Remaja Rosdakarya.
Isi SMS Iklan Layanan Telekomunikasi
Operator Telkomsel, Indosat dan XL Soehoet, Hoeta. (2002). Teori Komunikasi
Berdasarkan Etika Pariwara Indonesia 1.Jakarta : Yayasan Kampus Tercinta – IISIP
Periode 2013. Junal Buletin Pos dan Jakarta.
Telekomunikasi, 12( 3), 231-240.
Sulaksana, Uyung. (2007). Integrated Marketing
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang : Communications-Teks dan Kasus.
UMM Press Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Argenti, Paul A. (2010). Komunikasi Korporat- Wardhana, Veven. (2001). Televisi dan Prasangka
Corporate Communication. Jakarta: Budaya Massa. Jakarta : PT Media Lintas
Salemba Humanika Inti Nusantara.

Bungin,Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi- Widyatama, Rendra. (2005). Pengantar Periklanan.


Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Jakarta : Buana Pustaka.
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group. Gusfa, Henni dan Bayu Santoso. (2015). Jokowi’s
Mythology of Blusukan (Barther’s
Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Semiotic Study on Program Liputan 6
Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa, SCTV Period May- June 2014).
Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Proceeding 2015 Indonesia International
serta Kritik terhadap Peter L Berger dan Conference On Business, Management And
Thomas Luckmann Edisi Pertama. Communication- Meeting Global
Jakarta : Prenamedia Group. Challenges And Competitiveness Among
Developing Countries.Jakarta :
Gora, Radita & Irwanto. (20015). Etika, Hukum dan Postgraduate Programme ,
Kebijakan. Yogyakarta : Deeppublish UniversitasMercuBuana Jakarta.
Dewan Periklanan Indonesia. (2014). Etika Pariwara
Johannesen, Richard L. (1996). Etika Komunikasi. Indonesia- Amandemen 2014. Jakarta :
Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Dewan Periklanan Indonesia
(www.satucitra.co.id diakses Januari
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. (2009). 2017)
Teori Komunikasi – Theories of Human
Communication. Jakarta : Salemba
Humanika. Jakarta

Moleong, Lexy J, (2010). Metode Penelitian


Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

Muda, Deddy Iskandar.( 2005). Jurnalistik Televisi;


Menjadi Reporter Profesional. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai