Anda di halaman 1dari 13

NAMA : Leonita

KELAS : 18L-1
NIM : 03051180003
HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (16 NOVEMBER 2020)

QUIZ 7
1. Sebutkan pasal tentang merek terkenal tentang Undang-Undang No 20 Tahun 2016?
JAWABAN: :
Perlindungan Merek terkenal di Indonesia diatur di dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dan c
dan Pasal 21 ayat (3) di dalam UU Nomor 20 Tahun 2016. Di dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b
dijelaskan bahwa Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,
apabila Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya. Di dalam pada Pasal 21 (1)
huruf c dapat pula diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 21 ayat (3) menjelaskan bahwa suatu merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang
diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik. Indonesia menganut sistem pendaftaran Merek
dengan sistem konstitutif. Sistem ini mengharuskan adanya pendaftaran Merek agar suatu Merek
bisa mendapatkan perlindungan, sistem ini dikenal juga dengan sistem first to file. Sistem ini
menegaskan bahwa orang yang pertama kali mendaftarkan Merek, maka dialah yang berhak atas
hak Merek tersebut. Walaupun Indonesia menganut pendaftaran Merek berdasarkan sistem
konstitutif, perlindungan Merek terkenal yang belum terdaftar di Indonesia tetap akan
mendapatkan perlindungan, karena Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Paris dan Perjanjian
TRIPS (The World Trade Organization’s TRIPS Agreement).

2. Perlindungan apa yang diberikan kepada pemilik pertama merek terkenal?


JAWABAN :
Pertama-tama perlu dipahami definisi dari Merek sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka
1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (“UU
MIG”) sebagai berikut:
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.

Undang-Undang Merek melindungi Merek terkenal (Wellknown Mark), yang dimana permohonan
merek akan ditolak jika mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
Terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis. Perlindungan hukum terhadap Hak Merek
Terkenal di Indonesia diatur berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis, tepatnya pada Pasal Pasal 21 ayat (1) huruf b dan c, Pasal 83 ayat (2), dan
diperkuat oleh Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b, Penjelasan Pasal 76 ayat (2), dan Penjelasan
Pasal 83 ayat (2).

Pasal 21

(1) Perrnohonan ditolak jika Merek tersebut mernpunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar.

Pasal 83

(1) Pemilik Merek terdaftar dan Zatau penerirna Lisensi Merek terdaftar dapat mengajukan
gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang darr/atau
jasa yang sejenis berupa:

a. gugatan ganti rugi; dari/ atau


b. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek
tersebut.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula diajukan oleh pemilik Merek
terkenal berdasarkan putusan pengadilan.

(3) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Pengaturan mengenai perlindungan Merek terkenal dapat dilihat pada Pasal 21 ayat (1) UU MIG,
di mana dinyatakan bahwa:

Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya


atau keseluruhannya dengan:

Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis;

a. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu; atau

c. Indikasi Geografis terdaftar.

Dalam bagian Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b UU MIG dinyatakan bahwa penolakan
permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan
pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek tersebut yang diperoleh karena promosi yang
gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya,
dan disertai bukti pendaftaran Merek dimaksud di beberapa negara.

Jika hal tersebut belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang
bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau
tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.
Kriteria Merek terkenal ini sendiri telah diatur melalui Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Merek (“Permenkumham
67/2016”). Dalam Pasal 18 Permenkumham 67/2016 dinyatakan sebagai berikut:

1. Kriteria penentuan Merek terkenal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf
b dan huruf c dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

2. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan masyarakat konsumen atau
masyarakat pada umumnya yang memiliki hubungan baik pada tingkat produksi, promosi,
distribusi, maupun penjualan terhadap barang dan/atau jasa yang dilindungi oleh Merek
terkenal dimaksud.

3. Dalam menentukan kriteria Merek sebagai Merek terkenal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. tingkat pengetahuan atau pengakuan masyarakat terhadap Merek tersebut di


bidang usaha yang bersangkutan sebagai Merek terkenal;

b. volume penjualan barang dan/atau jasa dan keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan merek tersebut oleh pemiliknya;

c. pangsa pasar yang dikuasai oleh Merek tersebut dalam hubungannya dengan
peredaran barang dan/atau jasa di masyarakat;

d. jangkauan daerah penggunaan Merek;

e. jangka waktu penggunaan Merek;

f. intensitas dan promosi Merek, termasuk nilai investasi yang dipergunakan untuk
promosi tersebut;

g. pendaftaran Merek atau permohonan pendaftaran Merek di negara lain;

h. tingkat keberhasilan penegakan hukum di bidang Merek, khususnya mengenai


pengakuan Merek tersebut sebagai Merek terkenal oleh lembaga yang berwenang;
atau
i. nilai yang melekat pada Merek yang diperoleh karena reputasi dan jaminan
kualitas barang dan/atau jasa yang dilindungi oleh Merek tersebut.

Selain itu, Merek terkenal dilindungi oleh berbagai perjanjian internasional, misalnya Paris
Convention for the Protection of Industrial Property (“Paris Convention”) dan the Agreement
on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (“TRIPS Agreement”).

Paris Convention dan TRIPS Agreement mensyaratkan negara-negara anggota untuk


melindungi Merek terkenal bahkan jika Merek tersebut tidak terdaftar atau digunakan di negara
itu. Perlindungan untuk Merek terkenal yang belum terdaftar di bawah Paris Convention biasanya
terbatas pada barang dan jasa yang identik atau mirip dengan barang atau jasa Merek terkait dan
dalam situasi di mana penggunaan cenderung menyebabkan kebingungan.

Berdasarkan TRIPS Agreement, perlindungan bahkan dapat diberikan untuk barang atau jasa yang
berbeda jika terhubung dengan pemilik Merek terdaftar yang terkenal atau jika kemungkinan
pemilik Merek terkenal akan mendapat kerugian yang disebabkan oleh kebingungan pasar.[ Akan
tetapi, penegakan hukum di bawah perjanjian ini tidak sama di setiap negara. Jadi, jika Merek tidak
dipergunakan dalam wilayah hukum tertentu tetapi pemiliknya dapat membuktikan bahwa Merek
itu terkenal atau dikenal di tempat lain di dunia, maka pemilik Merek terkenal seringkali dapat
mencegah pihak ketiga untuk menggunakan atau mendaftarkan Merek tersebut dalam wilayah
hukum tertentu.

World Intellectual Property Organizations (WIPO) memberikan batasan mengenai Merek


terkenal sebagaimana disepakati dalam Joint Recommendation Concerning Provisions on the
Protection of Well-Known Marks bahwa faktor-faktor ini dapat digunakan untuk menentukan
apakah Merek tersebut masuk kategori terkenal, yaitu:

1. tingkat pengetahuan atau pengakuan merek di sektor yang relevan dengan masyarakat;

2. durasi, tingkat dan wilayah geografis dari pemakaian Merek;

3. durasi, tingkat dan wilayah geografis dari promosi Merek;

4. durasi dan wilayah geografis dari segala pendaftaran atau permohonan pendaftaran Merek;

5. catatan keberhasilan pemenuhan hak atas Merek tersebut;


6. nilai Merek

3. Sebut dan jelaskan merek terkenal pada Undang-Undang No 19 Tahun 1992?


JAWABAN ;
Perlindungan terhadap merek terkenal didasarkan pada pertimbangan bahwa peniruan merek
terkenal milik orang lain pada dasarnya dilandasi itikad tidak baik, terutama untuk mengambil
kesempatan dari ketenaran merek orang lain, sehingga tidak seharusnya mendapat perlindungan
hukum.

Berdasarkan Undang-undang ini, mekanisme perlindungan merek terkenal, selain melalui inisiatif
pemilik merek tersebut sebagaimana telah diatur dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1992, dapat pula ditempuh melalui penolakan oleh Kantor Merek terhadap
permintaan pendaftaran merek yang sama pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
terkenal.

Pasal 56 Undang-Undang No 19 Tahun 1992 TENTANG MEREK

(1) Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA - 30 - diajukan oleh pemilik merek yang tidak terdaftar.

(3) Pemilik merek terkenal yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) setelah mengajukan permintaan pendaftaran merek kepada Kantor
Merek.

(4) Gugatan pembatalan diajukan kepada pemilik merek dan Kantor Merek melalui Pengadilan
Negeri sebagaimana dimaksud dalam pasal 52.

(5) Dalam hal pemilik merek yang digugat pembatalannya bertempat tinggal di luar wilayah
Negara Republik Indonesia gugatan diajukan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
4. Sebut dan jelaskan merek terkenal pada Undang-Undang No 14 Tahun 1997?
JAWABAN :
Berdasarkan Undang-Undang N0. 14 Tahun 1997
Pasal 56
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 5, atau Pasal 6.
(2) Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat diajukan oleh
pemilik merek yang tidak terdaftar.
(3) Pemilik merek terkenal yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) setelah mengajukan permintaan pendaftaran merek kepada
Kantor Merek.
(4) Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada pemilik
merek dan Kantor Merek melalui Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52.
(5) Dalam hal pemilik merek yang digugat pembatalannya bertempat tinggal di luar wilayah
negara Republik Indonesia gugatan diajukan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pasal 85A
(1) Permintaan perpanjangan pendaftaran merek dan pengalihan hak atas merek yang telah
terdaftar ditolak oleh Kantor Merek apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal milik orang lain, dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4).
(2) Keberatan terhadap keputusan penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diajukan ke Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.
Penjelasan:
Perlindungan Merek Terkenal.

Perlindungan terhadap merek terkenal didasarkan pada pertimbangan bahwa peniruan merek
terkenal milik orang lain pada dasarnya dilandasi itikad tidak baik, terutama untuk mengambil
kesempatan dari ketenaran merek orang lain, sehingga tidak seharusnya mendapat perlindungan
hukum. Berdasarkan Undang-undang ini, mekanisme perlindungan merek terkenal, selain melalui
inisiatif pemilik merek tersebut sebagaimana telah diatur dalam Pasal 56 ayat (3) Undnag-undang
Nomor 19 Tahun 1992, dapat pula ditempuh melalui penolakan oleh Kantor Merek terhadap
permintaan pendaftaran merek yang sama pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
terkenal.Adapun mengenai kriteria merek terkenal, selain memperhatikan pengetahuan umum
masyarakat, penentuannya juga didasarkan pada reputasi merek yang bersangkutan yang diperoleh
karena promosi yang dilakukan oleh pemiliknya yang disertai dengan bukti pendaftaran merek
tersebut di beberapa negara (jika ada). Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, maka hakim
dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri (independent) untuk melakukan survei guna
memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang bersangkutan.

5. Sebut dan jelaskan merek terkenal pada Undang-Undang No 15 Tahun 2001?


JAWABAN :
Perlindungan merek terkenal menurut Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tercantum
dalam pasal 16 ayat 1 hurut b yang menyebutkan permohonan pendaftaran merek harus ditolak
apabila mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya. Sedangkan Pasal 6 ayat 2
menyebutkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan
tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. perlindungan hukum yang
diberikan kepada merek bukan karena dilihat sebagai upaya yang secara mendasar untuk berlaku
jujur dalam kegiatan perdagangan, tetapi melalui merek produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha
menjadi dapat diidentifikasikan berdasarkan sumber asalnya. Asas fundamental dalam rangka
perlindungan hukum merek terkenal yang berlaku secara universal ialah bahwa senantiasa, dan
self-evident, terdapat atau terkandung unsur bad faith jika terjadi persamaan pada pokoknya/pada
keseluruhannya antara suatu merek dengan merek terkenal. Karena itu tindakan membuat merek
yang sama atau membajak dasarnya selalu dengan itikad buruk, kepada pembonceng atau
pembajak tidak memperoleh perlindungan hukum. Perlindungan terhadap merek terkenal dapat
dilakukan baik secara preventif maupun represif. Perlindungan secara preventif dapat dilaksanakan
melalui dilaksanakannya pendaftaran merek ke Dirjen HAKI. Perlindungan secara represif dapat
dilakukan secara administratif dengan cara penghapusan merek terdaftar oleh Direktorat Merek
pada Dirjen HAKI dan melalui proses peradilan, yaitu Pengadilan Niaga untuk gugatan
pembatalan merek dan pelanggaran merek ataupun Pengadilan Negeri untuk kasus pidana.
6. Jelaskan pokok-pokok pengaturan perlindungan merek berdasarkan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis?
JAWABAN:
1. Perluasan tipe merek, yang semula pada UU Merek yang lama hanya mengatur merek
konvensional dan pada UU Merek dan Indikasi Geografis yang baru dibedakan menjadi
merek konvensional dan merek non tradisonal yang terdiri dari: merek tiga dimensi, merek
suara, dan merek hologram;
2. Perubahan alur dalam proses pendaftaran merek, yang semula pada UU Merek lama yaitu
permohonan → pemeriksaan formal → pemeriksaan subtantif → pengumuman →
sertifikasi, maka pada UU Merek dan Indikasi Geografis yang baru yaitu permohonan →
pemeriksaan formal → publikasi/pengumuman → pemeriksaan subtantif → sertifikasi;
3. Jangka waktu proses pendaftaran merek sampai diberikan sertifikat, yang semula pada UU
Merek lama selama 14 bulan 10 hari dan pada UU Merek dan Indikasi Geografis yang baru
selama 9 bulan;
4. Perpanjangan pendaftaran merek, yang semula pada UU Merek lama selama 12 bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu pendaftaran merek dan pada UU Merek dan Indikasi
Geografis yang baru selama 6 bulan sebelum dan 6 bulan setelah berakhirnya jangka waktu
pendaftaran merek;
5. Pendaftaran merek internasional, yang semula pada UU Merek lama tidak terdapat
pengaturan tentang pendaftaran merek internasional dan pada UU Merek dan Indikasi
Geografis yang baru untuk pendaftaran merek internasional berdasarkan Madrid Protokol.
6. Pengaturan tentang Indikasi Geografis, yang semula pada UU Merek lama ketentuan lebih
lanjut diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) dan pada UU Merek dan Indikasi Geografis
yang baru diatur secara lebih rinci (Terdiri dari 4 Bab, Pasal 53 s/d Pasal 71);
7. Ketentuan Pidana, yang semula pada UU Merek lama tidak memuat ketentuan pemberatan
sanksi pidana dan pada UU Merek dan Indikasi Geografis yang baru memuat ketentuan
pemberatan sanksi pidana (menggangu kesehatan dan mengancam keselamatan jiwa
manusia).

Sesuai pengertian merek yang diatur pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis pada dasarnya terdapat 3 (tiga) elemen merek yaitu:
Tanda, Memiliki Daya Pembeda dan Digunakan untuk perdagangan barang dan/atau jasa.
Daya pembeda (distinctiveness) dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Alasan absolut (absolut grounds) → Pasal 20 yaitu jenis merek yang tidak dapat didaftar;
2. Alasan relatif (relative grounds) → Pasal 21 yaitu jenis merek yang ditolak.

Namun menurut UU ini , adanya unsur itikad tidak baik (Pasal 21 ayat 3) seharusnya tidak
diklasifikasikan dalam alasan relatif dan seharusnya diklasifikasikan dalam alasan absolut
dalam Pasal 20.Dengan diberlakukan UU Merek dan Indikasi Geografis ini terdapat beberapa
hal positif, yaitu diantaranya:

1. Biaya pendaftaran relatif murah karena tidak membatasi jumlah jenis barang/jasa dalam
satu kelas (Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia);
2. Jangka waktu proses permohonan relatif lebih singkat;
3. Memperluas objek jenis barang dan/atau jasa yang akan didaftar karena dapat
mendaftarkan merek-merek non konvensional.

Selanjutnya, pengaturan untuk merek terkenal di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun


2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis pada dasarnya tidak mengatur secara rinci, namun
pengaturan tentang merek terkenal dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 21 ayat 1 huruf b,
yaitu:

Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan
merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan
memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha
yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi merek tersebut yang diperoleh
karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek dimaksud di beberapa negara.
Jika hal tersebut belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang
bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau
tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.
7. Pengaturan merek terkenal menurut konvensi Paris!

JAWABAN :

Paris Convention for The Protection of Industrial Property yang dibuat pada tanggal 20 Maret
1883. Indonesia menjadi anggota konvensi ini pada tanggal 1 Januari 1976. Beberapa isi dari
Paris Union Convention yaitu : Pertama, Kriteria Pendaftaran yaitu Pendaftaran merek
ditentukan oleh undang-undang negara setempat. Maksudnya Apabila suatu merek didaftarkan
di negara asal, maka pendaftaran harus diterima di negara anggota lainnya; Kedua, Hilangnya
merek dagang karena tidak dipergunakan; Ketiga, Perlindungan khusus bagi merek-merek
dagang terkenal maksudnya adalah Apabila ada pihak yang bukan pemilik merek
mendaftarakan merek dagang yang serupa dengan merek terkenal maka pendaftaran itu harus
ditolak (Pasal 6 bis); Empat, Merek dagang jasa dan merek dagang kolektif maksudnya Merek
dagang kolektif adalah merek dagang yang digunakan untuk barang-barang hasil produksi
suatu usaha tertentu, tetapi berlaku sebagai merek dagang jaminan atas barang-barang hasil
produksi atau yang disalurkan oleh kelomppok-kelompok atau jenis-jenis usaha tertentu atas
barang-barang dengan mutu yang khusus; Kelima, Pengalihan maksudnya Pengalihan merek
dagang dapat dilakukan tanpa diikuti pengalihan pemilik merek dagang tersebut. Di Indonesia
dan beberapa negara lainnya pengalihan merek hanya sah dilakukan jika disertai dengan
pengalihan usahanya. Dalam Madrid Agreement diatur mengenai pendaftaran merek secara
internasional yang berlaku bagi negara anggota Madrid Agreement melalui satu pendaftaran
saja. Selain itu juga ada Convrence Nice (Konfrensi Nice) yang mengatur mengenai
pengelompokan kelas barang

8. Pengaturan merek terkenal menurut persetujuan TRIPS!

JAWABAN :

Ketentuan mengenai perlindungan merek terkenal di dalam Konvensi Paris telah dimuat di
dalam amandemen Konvensi Paris ketika dilakukan konferensi diplomatik mengenai
amandemen dan revisi Konvensi Paris di Den Haag pada tahun 1925.

Menurut Bambang Kesowo prinsip yang diatur dalam Pasal 6 bis Konvensi Paris ter sebut
masih begitu sederhana:
1. Negara Peserta diminta menolak, baik atas perundang-undangan (merek) yang dimiliki,
atau atas dasar perundang undangan (merek) yang dimiliki, atau atas dasar permlntaan pihak
yang berkepentingan, permintaan pendaftaran atau membatalkan pendaftaran, dan melarang
penggunaan merek yang sama dengan, atau merupakan tiruan dari, atau dapat menlmbulkan
kebingungan (dan seterusnya) dari suatumerek yang:

a. menurut pertimbangan pihak yang berwenang di negara penerima pen daftaran merupakan
merek terkenal atautelah dikenal luassebagalmerek milik seseorang yang berhak memperoleh
peiiindungan sebagaimana diatur dalam konvensi;

b. digunakan pada produk yang sama atau sejenis.

2. Jangka waktu untuk minta pembatalan setidaknya lima tahun terhitung sejaktanggal
pendaftaran (merek yang menyerupal merek terkenal tadi); dan

3. Kalau pendaftaran dilakukan dengan iktikad buruk, tidak ada batas waktu untuk
memintakan pembatalan.

Pasal 16 ayat (2) TRIPs sendiri hanya berhasil membuat kriteria sifat keterkenalan suatu
merek, yakni dengan memperhatikan faktor pengetahuan tentang merek dikalangan tertentu
dalam masyarakat, termasuk penge tahuan negara peserta tentang kondisi merek yang
bersangkutan, yang diperoieh dari hasil promos! merek tersebut. Ketentuan Pasal 12 ayat (2)
TRIPs tersebut kemudian diadopsi oleh Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Merek Indonesia.
Walaupun UU Merek Indo nesia juga belum berhasil membuat definisi merek terkenal, namun
telah mencoba memberikan kriteria merek terkenal. Penjelasan Pasal 6 UU Merek menentukan
bahwa kriteria merek terkenal, selain memperhatikan pengetahuan umum masyarakat,
penentuannya juga didasarkan pada reputasi merek yang bersangkutan yang diperoleh karena
promosi yang dilakukan oieh pemiliknya yang disertai dengan bukti pendaftaran merek
tersebut di beberapa negara (jika ada). Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, maka
hakim dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri (independent) untuk melakukan
survei guna memperoleh kesimpulan mengenai ter kenal atau tidaknya merek yang
bersangkutan. Tambahan mengenai kemungkinan dilakukannya survei oleh suatu lembaga
independen mengenai keterkenalan suatu merek mengikuti pola yang dianut di Jerman,
Perancis, dan Italia. Di Jerman Pengadilan berpatokan pada survei pasar yang dilakukan secara
objektif. Apabila survei pasarmembuktikan bahwa lebih dari 80 % (delapan puluh persen)
masyarakat mengenai dan mengetahui merek yang diselidiki, maka merek tersebut adalah
merek terkenal. Sedangkan di Perancis, penentuan terkenal hanya didasarkan pada poll 20 %
(dua puluh persen) dari masyarakat yang mengetahui dan mengenai merek tersebut. Menyadari
kekurangan dalam persetujuan TRIPs di atas, dan timbulnya semacam antipati yang kurang
menguntungkan. Kembali dihidupkan jalur WlPO melalui prakarsa pembuatan persetujuan
baru di bidang merek yang dirancang khusus bagi Protection of WellKnown Marks.
Persetujuan tersebut hingga kini masih dirundingkan, dan khusus dibuat untuk member!
jabaran rinci tentang merek terkenal saja.

Anda mungkin juga menyukai