Anda di halaman 1dari 5

KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

Muhammad Wijayanto
203180201
wijayanto231@gmail.com

PENGANTAR

Berbicara mengenai gender, yang terngiang dari kepala kita adalah laki-laki dan
perempuan. Dalam artinya gender adalah jenis kelamin, namun secara harfiah gender merupakan
suatu perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan karena konstruk sosial dalam
masyarakat. Perbedaan ini lah yang menyebabkan banyaknya kasus yang seakan-akan
merendahkan martabat perempuan sebagai manusia. Faktor penyebab kesenjangan gender yaitu
tata nilai sosial budaya masyarakat yang umunya lebih mengutamakan laki-laki daripada
perempuan. Kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat sampai detik ini, kekuasaan
perempuan masih dibawah laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat. Tentunya hal tersebut
bertentangan dengan hakikat manusia yang dilahirkan sama, dimata tuhan semua manusia itu
sama, dan memiliki derajat yang sama. Namun karena budaya sosial masyarakat yang kurang
begitu paham mengenai hak dan hakekat manusia menyebabkan salah satu jenis kelamin
mengalami kerugian dan dibatasi haknya.

Ketika mendengar isu kesetaraan gender, hal yang terpikir dikepala kita adalah
penyetaraan hak antar kedua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Sebenarnya tidak
seperti itu, tapi hanya beberapa hak dari perempuan yang memang perlu disetarakan dengan hak
laki-laki ataupun sebaliknya. Sepertihalnya hak untuk berkependidikan, hak tugas dalam rumah
tangga, dan kesetaraan dalam mitra kerja. Kalaupun semua hak harus disetarakan akan
menyebabkan ketimpangan lain seperti tanan sosial menjadi rancau, masyarakat susah
dikendalikan, dan banyak persoalan yang mengatas namakan kesetaraan gender.

PEMBAHSAN

Sebelum lanjut pada pembahasan tentang kesetaraan gender, perlu diketahui bahwa
gender bukanlah kelamin (seks). Konsep gender adalah perbedaan fungsi dan peran sosial yang
dikonstruksikan oleh masyarakat mengenai tanggung jawab laki-laki dan perempuan, sehingga
gender belum tentu sama ditempat yang berbeda dan dapat dirubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan konsep seks merupakan perbedaan biologis yang ditandai dengan jenis kelamin yang
telah ditentukan oleh Tuhan serta tidak dapat dirubah ataupun ditukar. Gender bukan lah kodrat
atau ketentuan Tuhan. Karenanya gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana
seharusnya masyarakat menempatkan peran laki-laki dan perempuan bertindak sesuai dengan
tatanan dan struktur sosial budaya tempat mereka berada.

Konsep kesetraan gender memiliki arti yaitu kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
pertahanan, dan kemanan nasional serta kesamaan menikmati hasil pembangunan tersebut.
kesetaraan dan keadilan gender dapat juga disebut dengan istilah kemitrasejajaran yang harmonis
antara laki-laki dan perempuan dalam segi apapun. Artinya kaum laki-laki dan perempuan
memiliki hak dan kedudukan yang sama dalam berbagai bidang kehidupan, terlebih dalam
pendidikan dan pembangunan. Hal tersebut dilandasi atas dasar saling menghormati,
menghargai, dan saling membantu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Keadilan dan kesetaraan gender merupakan gagasan utama dalam peradaban manusia
untuk mencapai kesejahteraan, dan membangun keharmonisan kehidupan bermasyarakat serta
membangun keluarga yang berkualitas. Diskriminasi gender mudah ditemukan dalam tatanan
rumah tangga, sebagian besar para perempuan mengalami deskriminasi meskipun banyak orang
yang tidak menyadarinya dan dianggap biasa. Ketidakadilan tersebut berupa beban ganda,
banyak dari perempuan sekarang melakukaan pekerjaan sektor domestik dan sektor publik.
Sedangkan laki-laki dalam keluarga hanya bekerja disektor publik. Dilihat dari bahasan tentang
kesetaraan gender hal tersebut bisa dikatan sebagai deskriminasi gender pada kaum perempuan,
namun dilain sisi yaitu pandanag masyarakat, kebanyakan itu adalah hal wajar dan sudah biasa
dilakukan. Malah dalam masyarakat yang menjadi bahasan deskriminasi gender pada perempuan
adalah perlakuan kekerasan terhadap perempuan atau KDRT.

Dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab X pasal 27 ayat (1) bahwa setiap
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tidak kecualinya. Pasal ini menjelaskan bahwa
semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan tanpa ada
deskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender
ditandai dengan hilangnya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, sehingga akses,
kesempatan, partisipasi dan kontrol atas pembangunan memperoleh manfaat yang setara dan
seimbang. Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi manusia, karenanya perlu
kesembangan dalam memeratakanya supaya tidak bias gender atau memihak salah satu jenis
kelamin.

Nilai kemanusiaan terwujud dengan adanya pemerataan yang tidak mengalami bias
gender. Masalah pendidikan antara perempuan dan laki-laki hendaknya harus seimbang, anak
perempuan sebagaimana anak laki-laki harus memiliki hak yang sama untuk sekolah lebih tinggi.
Pendidikan merupakan sarana yang penting untuk mencapai pembangunan kesetaraan dan
kedamaian. Pendidikan yang tidak diskriminatif dapat bermanfaat terutama bagi perempuan
untuk menyetarrakan hubungan dengan laki-laki, pendidikan juga merupakan kunci untuk
meningkatkan status perempuan dalam tatanan sosial masyarakat.

Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat diskriminasi gender diantaranya ialah pertama,


marginalisasi perempuan sebagai salah satu ketidakadilan gender. Proses marginalisasi
(peminggiran) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi di negara berkembang. Bentuk
ketidakadilan marginalisasi perempuan sebagai contoh adalah banyak para pekerja perempuan
disingkirkan dan menjadi miskin akibat program pembangunan dan industrinyang lebih
memerlukan keterampilan yang banyak dimiliki oleh laki-laki. Kedua, subordinasi. Subordinasi
merupakan keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama
dibanding jenis kelamin lainnya. Sebagai contoh, istri harus izin kepada suami ketika hendak
bepergian keluar negeri, tapi suami tidak perlu izin ketika hendak pergi. Ketiga, pandangan
stereotip. Pandangan ini merupakan pandangan tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai
dengan kenyataan empiris yang ada dengan kata lain yaitu pandangan negatif pada salah satu
gender yaitu perempuan. Sebagai contoh yaitu pandanag perempuan dalam keluarga adalah
sebagai ibu rumah tangga, label tersebut sangat merugikan perempuan. Sementara label laki-laki
sebagai pencari nafkah utama mengakibatkan apa yang dihasilkan oleh perempuan dianggap
hanya sebagai sambilan dan cenderung tidak diperhitungkan. Keempat, kekerasan. Berbagai
tindak kekerasan terhadap perempuan muncul dalam berbagai bentuk. Karena perempuan
dianggap makhluk yang lemah maka rentan sekali terhadap kekerasan, pelecehan seksual,
perkosaan, dan penyiksaan. Kelima, beban ganda. Beban ganda merupakan bentuk ketidakadilan
gender yang biasanya dialami oleh perempuan dalam rumah tangga. Beban ganda ini sangat
merugikan kaum perempuan, hampir 90% pekerjaan rumah dikerjakan perempuan, tidak hanya
itu mereka juga bekerja untuk tambahan penghasilan. Dikatakan beban ganda karena perempuan
selain berperan disektor domestik juga berperan di sektor publik. Hal yang mungkin masih
terjadi mengenai ketidakadilan gender berada diranah keluarga. Hal tersebut terjaadi karena
mereka belum memahami apa itu kesetaraan gender, sehingga para perempuan hanya mengikuti
perintah dan kemauan suaminya dan menganggap itu semua adalah hal yang biasa dan tidak
perlu dibesar-besarkan. Untuk menciptakan kesetaraan gender dalam keluarga perlu adanya
komunikasi dan interaksi yang baik antar anggota keluarga. Karena komunikasi antar anggota
keluarga sangat penting untuk membangun keluarga yang harmonis sehingga tatanan keluarga
tersebut akan lebih teratur dan dapat mencapai kesejahteraan dan sesuai dengan harapan
masyarakat.

Dari paparan bentuk-bentuk ketidakadilan gender di atas, menjadi salah satu tugas
pemerintah untuk menghilangkan diskriminasi gender terhadap perempuan. Pendidikan sebagai
usaha dasar dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai seseorang terpelajar sangat berperan
dalam memberi pemahaman tentang konsep kesetaraan gender. Pemahaman tentang gender dan
kesetaraannya perlu diajarkan kepada anak sejak dini, karena pola berpikir anak pada usia ini
sangat rentan untuk meniru apa yang dilihatnya, sehingga jika ketidakadilan itu terjadi dan anak
usia muda melihatnya mungkin anak tersebut akan menirunya dan juga bisa dijadikan sebuah
alasan ketika ia dimarahi bahwa ia menirukan orang lain. Pendidikan juga memberikan
keseimbangan tradisi dan budaya dalam masyarakat, ketika budaya dimasyarakat dipandang
sebagai hal yang jangkal, sekolah akan memberikan pemahaman lebih kepada anak sehingga
nantinya bisa beradaptasi dengan budaya yang ada dimasyarakat.

Terlepas dari permasalahan ketidakadilan gender, saat ini sudah banyak edukasi dan
seminar nasional yang sering membahas mengenai kesetaraan gender. Pemerintah juga sudah
menerapkan program pemerataan pendidikan di seuruh wilayah khususnya Indonesia. Banyak
dari para perempuan telah diberikan kesempatan dalam mengeyam pendidikan tinggi. Selain hak
untuk mendapatkan pendidikan, di Negara Indonesia sebenarnya sudah menerapkan kesetaraan
gender dalam setiap bidang dan tatanan organisasi, mulai organisasi kecil hingga ke
pemerintahan. Buktinya dalam bidang hukum, politik, pendidikan dan pembangunan perempuan
juga ikut diperankan didalamnya sebagai mitra kerja dengan tugas dan tanggung jawab sesuai
keahliannya. Selain itu, kesetaraan gender telah dikaji oleh berbagai media sosial sehigga mudah
bagi masyarakat yang belum mengetahui apa itu gender dan hakikatnya pada manusia menjadi
paham tentang kesetaraan gender sehingga tidak ada lagi diskriminasi perempuan dalam tatanan
sosial masyarakat.

PENUTUP

Jadi dapat dipahami bahwa ketidakadilan gender disebab oleh konstruk sosial masyarakat
dan budaya yang telah lama membedakan fungsi peran laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan bermsayarakat. Namun semua itu bisa kita atasi dengan memberikan edukasi dan
pendidikan gender baik dalam sekolah maupun sosialisasi, sehingga masyarakat akan paham
dengan konsep gender dan tidak lagi memandang perempuan sebagai makhluk lemah dan
memiliki batasan kehidupan yang sempit. Dengan adanya pendidikan gender disekolah
diharapkan para siswa menerapkan persamaan hak ketika berada dilingkungannya. Implementasi
kesetaraan gender di Indonesia saat ini bisa dibilang berhasil diterapkan diseluruh sektor dalam
membangun masyarakat sejahtera. Saat ini kasus yang mengatas namakan ketidakadilan gender
lebih rendah daripada ditahun-tahun yang dulu. dengan kata lain, konsep kesetaraan gender ini
telah mengubah cara berpikir masyarakat yang lampau menjadi cara berpikir sesuai
perkembangan zaman yang semakin maju dan lebih menghargai kesamaan dari segi peran gender
dalam berbagai bidang khususnya bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai