Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan

lingkungannya untuk berinteraksi dengan yang lain dengan cara untuk

mencapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal dengan menggunakan

kemampuan mentalnya (kognisi afeksi renasi) memiliki prestasi individu

serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku.1 Gangguan jiwa

juga merupakan respon maladaptif dari lingkungan internal dan eksternal,

dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan

norma lokal atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan

atau fisik.9

Di Amerika penyakit ini menimpa kurang lebih 1% dari jumlah

penduduk, lebih dari 2 juta orang Amerika menderita skizofrenia pada waktu

tertentu dan 100.000-200.000 tahun baru terdiagnosa orangnya. Separuh dari

pasien gangguan jiwa yang dirawat di RS Jiwa adalah pasien dengan

skizofrenia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 ada 237,6 juta

dengan asumsi angka 1% tersebut diatas maka jumlah penderita di Indonesia

pada tahun 2012 ini sekitar 2.377.600 orang.2

Departemen kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat

sebesar 2,5 juta jiwa yang diambil dari data RSJ se-Indonesia. Di Jawa

1
2

Tengah sendiri terdapat 3 orang per seribu penduduk yang mengalami

gangguan jiwa dan 50% adalah akibat dari kehilangan pekerjaan. Sejalan

dengan paradigma sehat yang dicanangkan departemen kesehatan yang lebih

menekankan upaya proaktif melakukan pencegahan daripada menunggu di

rumah sakit, kini orientas upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan

(preventif) dan promotif.3 Di Provinsi Bali sendiri berdasarkan survey

yang dilakukan oleh Suryani Institute pada bulan Mei 2011 menunjukkan,

sedikitnya 9.000 orang di Provinsi Bali mengalami gangguan jiwa.

Di RS Jiwa Provinsi Bali di Bangli menunjukkan pasien gangguan

jiwa yang dirawat pada bulan Oktober 2011 ada 280 orang.

Berdasarkan data dari buku register di Ruang Durupadi RS Jiwa Provinsi

Bali di Bangli pasien yang sementara dirawat saat ini berjumlah 40 orang

dan sebagian besar diantaranya didiagnosis menderita Skizofrenia dan

mengalami halusinasi.11

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan

stimulus yang sebetulnya tidak ada.4 Halusinasi pendengaran yaitu klien

mendengar suara atau bunyi tidak berhubungan dengan stimulasi nyata dan

orang lain tidak mendengarnya.5

Tanda dan gejala yang sering muncul pada gangguan persepsi sensori :

halusinasi adalah mendengar suara atau kegaduhan, mendengar suara yang

mengajak bercakap-cakap, mendengar suara yang menyuruh melakukan


3

sesuatu yang berbahaya. Klien juga tampak bicara atau tertawa sendiri,

marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu dan menutup

telinga.6

Masalah yang muncul pada klien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

adalah resti perilaku kekerasan, isolasi sosial dan harga diri rendah.7

Salah satu bentuk psikoterapi yang dapat diterapkan pada klien halusinasi

adalah dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi

persepsi terhadap kemampuan untuk mempersepsikan stimulus pada klien

dengan halusinasi di Ruang Durupadi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali di

Bangli. Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 responden. Teknik

pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling. Hasil penelitian

menunjukkan adanya pengaruh dari pre test ke post test dengan nilai

signifikansi sebesar 0.002 ini berarti nilai yang didapat lebih kecil daripada

nilai signifikansi (a<0,05 ),maka H1 di terima.11

Berdasarkan uraian diatas agar dampak buruk tidak terjadi maka penulis

tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada individu dengan

masalah keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.


2

II. TUJUAN PENELITIAN

A. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

B. Tujuan Khusus

1. Mampu memakai tentang konsep Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Pendengaran

2. Mampu melakukan pengkajian

3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

4. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada pasien Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

5. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

6. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran


3

III.MANFAAT PENELITIAN

A. Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui, mengenali tanda dan gejala serta

dapat mengatasi masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran sesuai dengan intervensi yang sudah diajarkan oleh

mahasiswa.

B. Bagi Penulis

Diharapkan proposal karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi

dan pengalaman bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

C. Bagi Institusi

Diharapkan proposal karya tulis ilmiah ini dapat menjadi panduan dan

bahan pembelajaran dalam pembuatan karya tulis ilmiah selanjutnya

dalam institusi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai