Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

A. DEFINISI

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan

tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata, sebagai contoh klien

mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.8

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien

merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.4 Halusinasi adalah

persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar. Walaupun

tampak sebagai sesuatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya

merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang teresepsi1.

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang

datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan atau distorsi

terhadap stimulus tersebut.9

Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) merupakan hal yang

sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata

atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditunjukkan pada

penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat

dengan suara-suara tersebut.6

Halusinasi pendengaran yaitu klien mendengar suara atau bunyi

tidak berhubungan dengan stimulasi nyata dan orang lain tidak

mendengarnya.5

B. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi klien dengan halusinasi adalah :6

a) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak

mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya

diri dan lebih rentan terhadap stress.

b) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak

bayi akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya

pada lingkungan.

c) Faktor Biologis

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

Adanya stress yang berlebihan dialami oleh seseorang maka


didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

d) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini

berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju

alam hayal.

e) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat diasuh oleh orang

tua schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil

studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu

sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi

ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan

seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak

berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi

atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal


tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang

merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.7

C. MANIFESTASI KLINIS

Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan halusinasi

pendengaran6 :

1. Data Subjektif

a) Mendengar suara atau kegaduhan

b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

c) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

2. Data Objektif

a) Bicara atau ketawa sendiri

b) Marah-marah tanpa sebab

c) Mengarahkan telinga ke arah tertentu

d) Menutup telinga

D. PATOFISIOLOGI

Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :6

1. Fase Pertama

Fase pertama disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang

menyenangkan. Tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.

Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,


rasa bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat

diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang

menyenangkan.

Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons

verbal yang lambat jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka

menyendiri.

2. Fase Kedua

Fase kedua disebut dengan fase condemming atau ansietas berat

yaitu halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik

ringan.

Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,

kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan.

Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin

orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom

seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik

dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

3. Fase Ketiga

Fase ketiga adalah fase kontroling atau ansietas berat yaitu

pengalaman sensori menjadi berkuasa, termasuk dalam gangguan

psikotik.
Karakteristik : bisikan suara : isi halusinasi semakin menonjol,

menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak

berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor dan tidak mampu mematui perintah.

4. Fase Keempat

Fase keempat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur

dengan halussinasinya, termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,

memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak

berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata

dengan orang lain di lingkungan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Penunjang Gangguan Persepsi Sensori adalah :12

1) Hospitalisasi perawatan rumah sakit

2) Pemberian obat-obatan seperti halkoperidol, cpz, diazepam,

amitriptylin, dan lain-lain

3) Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik dengan

mengunakan arus listrik antara 70-150 volt


4) Psikotrapi

a) Psikoanalisa psikoterapi

b) Tujuan psikoterapi

Menurukan rasa takut klien dan mengembalikan proses pikiran

yang luhur

c) Psikoterapi Re-edukatif memberikan pendidikan ulang yang

maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu

dan juga mengubah pola pendidikan yang lama dengan yang

baru sehingga penderita lebih adaftif dengan dunia luar.

d) Psikoterapi rekonstruktif memperbaiki kembali (re-konstruksi)

kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi

kepribadian yang utuh seperti semula sebelum sakit.

e) Psikoterapi Kognetif : memulihkan kembali fungsi kognitif

( daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita

mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik

dan yang buruk, yang boleh dan tidak.

f) Psikoterapi Psiko-dinamik : menganalisa dan menguraikan

proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang

jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.

g) Psikoterapi Perilaku : memulihkan ganguan perilaku yang

terganggu (maladaptife) menjadi perilaku yang adaptif

(mampu menyesuaikan diri).


h) Psikoterapi keluarga ; memulihkan hubungan penderita dengan

keluarganya.

i) Terapi psikososial : dimaksudkan penderita agar mampu

kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan

mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada

orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan

masyarakat.

j) Terapi Psikoreligius : dimaksudkan agar keyakinan atau

keimanan penderita dapat di pulihkan kembali.

F. KOMPIKASI

Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada penderita halusinasi

adalah adanya perilaku kekerasan yaitu resiko menciderai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan, selain itu komplikasi lainnya dapat muncul

adalah mengisolasi diri sendiri, klien kurang memperhatikan selfcare,

menunjukkan kerekatan terhadap realita dan bertindak terhadap realita,

gangguan orientasi realita.10

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :10

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan

pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan


dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,

kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi

baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar

atau mendekati pasien, berbicara dengan pasien. Begitu juga bila

akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu. Pasien

diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya

disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan

mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya

jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan

dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan

sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati

agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang

diberikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikastif, perawat dapat

menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya

halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.

Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga

pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.


4. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,

misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan

ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan

memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien diajak menyusun

jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data

pasien agar kesatuan pendapat dan keseimbangan dalam proses

keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien diketahui

bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki mengejek tapi

bila ada orang lain didekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.

Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan

menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.

Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga pasien dan

petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran

yang diberikan tidak bertentangan.


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Idntitas klien mencakup inisial klien, umur, jenis kelamin, no. RM,

informan dan tanggal/waktu pengkajian.

2. Alasan Masuk

Alasan yang menyebabkan klien di bawa ke rumah sakit jiwa dan

riwayat pengobatan klien sebelumnya.

3. Faktor Predisposisi13

a) Faktor Biologis

Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusus konteks

lobus provital, temporal dan limbik yang disebabkan gangguan

perkembangan dan fungsi susunan syaraf pusat, sehingga

menyebabkan hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan

mungkin perilaku menarik diri, perilaku menarik diri dapat

menyebabkan orang tidak mau bersosialisasi sehingga

kemampuan dalam menilai dan berespon dengan realita dapat

hilang dan sulit membedakan rangsang internal dan eksternal.

b) Faktor Psikologis

Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga

overprotektif sangat cemas. Hubungan dalam keluarga yang

dingin dan tidak harmonis, perhatian dengan orang lain yang

sangat berlebih ataupun yang sangat kurang sehingga


menyebabkan koping individu dalam menghadapi stress tidak

adaptif.

c) Faktor Sosial Budaya

Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadi halusinasi bila individu

mempunyai koping yang tidak efektif maka ia akan suka

berkhayal menjadi orang hanya dan lama kelamaan.

4. Faktor Presipitasi13

a) Sosial Budaya

Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat

menyebabkan terjadi respon neurobiologis yang maladaptive,

misalnya lingkungan yang penuh dengan kritik (bermusuhan),

kehilangan kemandirian dalam kehidupan, kehilangan harga

diri, kerusakan dalam interpersonal, kesepian, tekaanan dalam

pekerjaan dan kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stresss

terjadi gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab

utama gangguan.

b) Biokimia

Dopamine, norepineprin, zat halusinogen dapat menimbulkan

persepsi yang dingin oleh klien sehingga klien cenderung

membenarkan apa yang dikhayal.

5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan tanda-tanda vita (tekanan

darah, nadi, suhu dan pernafasan), Ukur (berat badan dan tinggi

badan) dan keluhan fisik.

6. Aspek Psikososial

Psikososial ini menggambarkan silsilah keluarga yang mempunyai

keterkaitan dalam gangguan mental, menggambarkan konsep diri,

hubungan sosial dan spiritual klien.

7. Status Mental

Penilaian status mental dimulai dari penampilan, pembicaraan,

aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara,

proses pikir, isi pikir, waham, tingkat kesadaran, disorientasi,

memori, tingkat konsentrasi berhitung, dan kemampuan penilaian.

8. Kebutuhan Persiapan Pulang

Kebutuhan klien seperti makan, BAB/BAK, mandi,

berpakaian/berhias, istirahat dan tidur, penggunaan obat,

pemeliharaan kesehatan, kegiatan didalam rumah dan diluar rumah

sudah baik.

9. Mekanisme Koping

10. Masalah Psikososial dan Lingkungan

11. Pengetahuan

12. Aspek Medik


B. Diagnosa Keperawatan

1) Pohon Masalah7

Resti Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial Causa

Harga Diri Rendah

2) Masalah Keperawatan7

a) Resti Perilaku Kekerasan

b) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

c) Isolasi Sosial

d) Harga Diri Rendah

3) Diagnosa Keperawatan7

a) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

b) Isolasi Sosial

c) Resti Perilaku Kekerasan


C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Tanggal No. Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 Gangguan Persepsi Klien dapat Ekspresi wajah 1. Bina hubungan sa-ling Hubungan saling
Sensori : membina hubungan bersahabat percaya dengan percaya merupakan
Halusinasi saling percaya menunjukkan rasa mengungkapkan prin-sip dapat untuk
senang, ada kontak komunikasi tera-peutik : kelancaran hubungan
mata, mau berjabat a. Sapa klien dengan interaksi selanjutnya
tangan, mau menjawab ramah baik verbal
salam, klien mau duduk maupun non verbal
berdampingan dengan b. Perkenalkan diri
perawat, mau dengan sopan
mengutarakan masalah c. Tanyakan nama
yang dihadapi lengkap klien dan
nama panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur, tepati janji
f. Tunjukkan sifat empati
dari mene-rima klien
apa adanya
g. Beri perhatian ke-pada
klien dan per-hatikan
kebutuhan dasar klien
Klien dapat 1. Klien dapat me- 1. Adakah kontak sering dan Kontak sering tapi
mengenali nyebutkan singkat secara bertahap selain mem-bina
halusinasinya menyebutkan hubungan saling
waktu, isi, percaya, juga dapat
frekuensi timbulnya memu-tuskan
halusinasi halusinasi
2. Klien dapat 2. Observasi tingkah laku
mengungkapkan klien terkait dengan
perasaan terha-dap halusinasinya, bicara dan Mengenal perilaku
halusinasi tertawa tanpa stimulus, pada saat halusinasi
memandang ke kiri atau timbul memudahkan
ke kanan atau ke depan perawat dalam
seolah-olah ada teman melakukan intervensi
bicara

3. Bantu klien menge-nali


halusinasinya :
a. Jika menemukan
yang sedang
halusinasi, tanyakan
apakah ada suara
yang didengar
b. Jika klien menjawab
ada, lanjutkan apa
yang dikatakan
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mendengar
suara itu, namun
perawat sendiri tidak
menden-garnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau Mengenal halusinasi
menghakimi) memungkinkan klien
d. Katakan pada klien untuk menghindarkan
bahwa klien ada juga faktor pencetus
yang seperti klien timbulnya halusinas
4. Diskusikan dengan klien : Dengan menge-tahui
a. Situasi yang waktu, isi dan
menimbulkan atau frekuensi munculnya
tidak menimbulkan halusinasi
halusinasi mempermudah
b. Waktu dan fre- tindakan kepera-
kuensi terjadi-nya watan klien yang
halusinasi (pagi, akan dilakukan
siang, so-re, malam perawat
/ jika sendiri,
jengkel atau sedih)

5. Diskusikan dengan klien Untuk


apa yang dirasakan jika mengidentifikasi
terjadi halusinasi (marah pengaruh halusinasi
atau takut, sedih, senang) klien
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya

Klien dapat 1. Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien Upaya untuk


mengontrol menyebutkan cara tindakan yang memutuskan siklus
halusinasinya tindakan yang biasa dilakukan jika terjadi halusinasi sehingga
dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, halusinasi tidak
mengendalikan menyibukkan diri dan berlanjut
halusinasinya lain-lain)

2. Klien dapat 2. Diskusikan manfaat cara Reinforcement positif


menyebutkan cara yang dilakukan klien jika akan meningkatkan
baru bermanfaat beri pujian harga diri klien

3. Klien dapat 3. Diskusikan cara baru Memberikan


memilih cara untuk memutus atau alternatif pilihan bagi
mengatasi mengontrol halusinasi: klien untuk
halusinasi seperti a. Katakan “saya tidak mengontrol
yang telah mau dengar kamu” halusinasi
didiskusikan (pada saat halusinasi
dengan klien terjadi)
b. Menemui orang lain
(perawat/
teman/anggota
keluarga) utnuk
bercakap-cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
terdengar
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
agar halusinasi tidak
muncul
d. Minta keluarga/
teman/ pearawat jika
nampak bicara
sendiri

4. Bantu klien memilih dan Memotivasi dapat


melatih cara memutus meningkatkan
halusinasi secara bertahap kegiatan klien untuk
mencoba memilih
salah satu cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan harga
diri klien
Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk Untuk mendapatkan
dukungan dari membina hubungan memberitahu keluarga jika bantuan keluarga
keluarga dalam saling percaya mengalami halusinasi mengontrol
mengontrol dengan perawat halusinasi
halusinasi
2. Keluarga dapat 2. Diskusikan dengan Untuk menget-ahui
menyebutkan keluarga (pada saat pengetahuan keluarga
pengertian, tanda berkunjung/ pada saat dan meningkatkan
dan kegiatan untuk kunjungan rumah) : kemampuan
mengendalikan a. Gejala halusinasi pengetahuan tentang
halusinasi yang dialami klien halusinasi
b. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
c. Cara merawat
anggota keluarga
untuk memutus
halusinasi di ru-mah,
beri kegi-atan, jangan
biar-kan sendiri, ma-
kan bersama, ber-
pergian bersama
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat
bantuan : halusinasi
terkontrol dan resiko
menciderai orang lain
Klien dapat 1. Klien dan kelu-arga 1. Diskusikan dengan klien Dengan menyebutkan
memanfaatkan obat dapat me- dan keluarga tentang dosis dosis, frekuensi dan
dengan baik nyebutkan do-sis, obat manfaat obat
manfaat dan efek
samping obat

2. Klien dapat 2. Anjurkan klien minta Diharapkan klien


mendemonstrasikan sendiri obat pada perawat melaksanakan
penggunaan obat dan me-rasakan program pengobatan.
secara benar manfaatnya Menilai kemampuan
klien dalam pengoba-
tannya sendiri

3. Klien dapat 3. Anjurkan klien berbicara Dengan mengetahui


informai tentang dengan dokter tentang efek samping obat
efek samping obat man-faat dan efek sam- klien akan tahu apa
ping obat yang dira-sakan yang harus dilakukan
setelah minum obat

4. Klien dapat me- 4. Diskusikan akibat Program pengobatan


mahami akibat berhenti minum obat dapat berjalan sesuai
berhenti minum tanpa konsultasi rencana
obat

5. Klien dapat 5. Bantu klien menggu- Dengan mengetahui


menyebutkan nakan obat dengan prinsip penggunaan
prinsip 5 benar prinsip benar obat maka
penggunaan obat kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap
D. Implementasi Keperawatan4

Hari/tanggal No. Dx. Dx. Keperawatan Rencana Keperawatan Implementasi Keperawatan Respon Klien
1 Gangguan Persepsi SP1 Pasien Melakukan SP1 Pasien Gangguan S : “Walaikumsalam,
Sensori : Halusinasi Gangguan Persepsi Sensori Persepsi Sensori : Halusinasi Nama Saya M, baik
Pendengaran : Halusinasi Pendengaran Pendengaran pak, 10 menit,
a. Mengidentifikasi jenis halusi- disini saja pak.
nasi Saya mendengar
b. Mengidentifikasi isi halusi- suara kerincing dan
nasi gendang,
c. Mengidentifikasi waktu halu- munculnya pada
sinasi saat saya lagi
d. Mengidentifikasi frekuensi sendirian, 3 kali
halusinasi klien sehari saya
e. Mengidentifikasi situasi yang mendengarnya,
dapat menimbulkan halusinasi pada malam dan
klien pagi terkadang
f. Mengidenifikasi respon klien ingin marah.”
terhadap halusinasi “Pergi-pergi saya
g. Mengajarkan klien menghar- tidak mau dengar
dik halusinasi kamu, kamu suara
h. Menganjurkan klien mema- palsu”
sukkan kedalam kegiatan “Senang pak, 11.00
harian saja ya pak di
ruang ini saja”
O : Klien mampu
menyebutkan apa
yang dia alami,
kontak mata
kurang, kooperatif,
klien dapat
melakukan cara
mengontrol
Halusinasi dengan
cara menghardik.
Klien dapat
memasukkan
latihan menghardik
kedalam jadwal
hariannya yaitu
pada pukul 11.00
dan 15.00.
1 Gangguan Persepsi SP2 Pasien Melakukan SP2 Pasien Gangguan S : “Walaikumsalam,
Sensori : Halusinasi Gangguan Persepsi Sensori Persepsi Sensori : Halusinasi baik pak. Saya
Pendengaran : Halusinasi Pendengaran Pendengaran bangun jam 6 pagi,
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan mandi dan
harian klien merapikan tempat
b. Melatih klien mengendalikan tidur, latihan
halusinasi dengan cara menghardik jam
bercakap-cakap dengan orang 11.00 dan 15.00.
lain Pergi-pergi saya
c. Menganjurkan klien mema- tidak mau dengar
sukkan kedalam kegiatan kamu, kamu suara
harian palsu.”
“Pak perawat
tolong ajak saya
ngobrol supaya
halusinasi saya
hilang.”
“Masukkan jam
10.00 saja pak.”
O : Klien mampu
menyebutkan
kegiatan hariannya,
kontak mata ada,
klien kooperatif,
klien dapat
melakukan cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
dan bercakap-
cakap. Klien dapat
memasukkan
latihan bercakap-
cakap kedalam
jadwal hariannya
yaitu pada pukul
10.00

1 Gangguan Persepsi SP3 Pasien Melakukan SP3 Pasien Gangguan S : “Walaikumsalam,


Sensori : Halusinasi Gangguan Persepsi Sensori Persepsi Sensori : Halusinasi saya bangun jam 6
Pendengaran : Halusinasi Pendengaran Pendengaran pagi, mandi dan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan merapikan tempat
harian klien tidur, latihan
b. Melatih klien mengontrol menghardik jam
halusinasi dengan cara 11.00 dan 15.00
melakukan kegiatan sudah saya lakukan
c. Mnganjurkan klien memasuk- pak, kalau jam
kan kedalam jadwal kegiatan 10.00 nanti saya
harian latihan bercakap-
cakap.
Memasukkan jam
08.30 saja pak.”
O : Klien mampu
menyebutkan
kegiatan hariannya
yaitu bercakap-
cakap, klien
memasukkan
kegiatan bercakap-
cakap kedalam
jadwal harian klien
pada pukul 08.30,
bicara ngelantur
dan kontak mata
ada.

1 Gangguan Persepsi SP4 Pasien Melakukan SP4 Pasien Gangguan S : “Walaikumsalam,


Sensori : Halusinasi Gangguan Persepsi Sensori Persepsi Sensori : Halusinasi baik pak. Saya
Pendengaran : Halusinasi Pendengaran Pendengaran latihan menghardik
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan jam 11.00 sudah
harian klien saya lakukan, jam
b. Memberikan pendidikan 10.00 saya latihan
kesehatan tentang penggunaan bercakap-cakap
obat secara teratur dengan bapak.
c. Menganjurkan klien mema- Memasukkan jam
sukkan kedalam jadwal 08.00, 12.00 dan
kegiatan harian 14.00 saja pak
untuk mengontrol
halusinasi saya
pak.”
“Saya minum obat
CPZ dan haldol
pak, warna orange
namanya CPZ
minumnya 1 kali
sehari yaitu malam
hari dan warna
merah muda
namanya haldol
minumnya 2 kali
sehari yaitu pagi
dan siang.”
O : “Klien mampu
melakukan jadwal
harian yang sudah
dibuat, klien
memasukkan
minum obat
kedalam jadwal
harian klien pada
pukul 08.00, 12.00
dan 18.00, kontak
mata ada, klien
mampu
menunjukkan dan
menyebutkan jenis
obat, afek sesuai
dan klien
kooperatif.
E. Evaluasi Keperawatan4

Hari/tanggal No. Dx. Dx. Keperawatan Evaluasi TTD


1 Gangguan Persepsi S : “Walaikumsalam, Nama Saya M, baik pak, 10 menit, disini saja pak. Saya Mhs
Sensori : Halusinasi mendengar suara kerincing dan gendang, munculnya pada saat saya lagi
Pendengaran sendirian, 3 kali sehari saya mendengarnya, pada malam dan pagi terkadang
ingin marah.”
“Pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu”
“Senang pak, 11.00 saja ya pak di ruang ini saja”
O : Klien mampu menyebutkan apa yang dia alami, kontak mata kurang,
kooperatif, klien dapat melakukan cara mengontrol Halusinasi dengan cara
menghardik. Klien dapat memasukkan latihan menghardik kedalam jadwal
hariannya yaitu pada pukul 11.00 dan 15.00.
A : SP1 Pasien tercapai
P : (Perawat) Lanjutkan SP2 Pasien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran pada pertemuan ke 2 pada hari berikutnya pukul 11.00 diruang
perawatan pasien.
(Klien) Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
dan melatih sesuai jadwal
1 Gangguan Persepsi S : “Walaikumsalam, baik pak. Saya bangun jam 6 pagi, mandi dan merapikan Mhs
Sensori : Halusinasi tempat tidur, latihan menghardik jam 11.00 dan 15.00. Pergi-pergi saya
Pendengaran tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu.”
“Pak perawat tolong ajak saya ngobrol supaya halusinasi saya hilang.”
“Masukkan jam 10.00 saja pak.”
O : Klien mampu menyebutkan kegiatan hariannya, kontak mata ada, klien
kooperatif, klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan bercakap-cakap. Klien dapat memasukkan latihan
bercakap-cakap kedalam jadwal hariannya yaitu pada pukul 10.00
A : SP2 Pasien tercapai
P : (Perawat) Lanjutkan SP3 Pasien Halusinasi Pendengaran pada pertemuan ke
3 pada hari berikutnya pukul 09.00 di ruang perawatan pasien.
(Klien) Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
sesuai dengan jadwal harian.
1 Gangguan Persepsi S : “Walaikumsalam, saya bangun jam 6 pagi, mandi dan merapikan tempat Mhs
Sensori : Halusinasi tidur, latihan menghardik jam 11.00 dan 15.00 sudah saya lakukan pak,
Pendengaran kalau jam 10.00 nanti saya latihan bercakap-cakap. Memasukkan jam 08.30
saja pak.”
O : Klien mampu menyebutkan kegiatan hariannya yaitu bercakap-cakap, klien
memasukkan kegiatan bercakap-cakap kedalam jadwal harian klien pada
pukul 08.30, bicara ngelantur dan kontak mata ada.
A : SP3 Pasien tercapai
P : (Perawat) Lanjutkan SP4 Pasien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran pada pertemuan ke 4 pada hari berikutnya pukul 11.00 diruang
perawatan paisen.
(Klien) Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal harian
1 Gangguan Persepsi S : “Walaikumsalam, baik pak. Saya latihan menghardik jam 11.00 sudah saya Mhs
Sensori : Halusinasi lakukan, jam 10.00 saya latihan bercakap-cakap dengan bapak.
Pendengaran Memasukkan jam 08.00, 12.00 dan 14.00 saja pak untuk mengontrol
halusinasi saya pak.”
“Saya minum obat CPZ dan haldol pak, warna orange namanya CPZ
minumnya 1 kali sehari yaitu malam hari dan warna merah muda namanya
haldol minumnya 2 kali sehari yaitu pagi dan siang.”
O : “Klien mampu melakukan jadwal harian yang sudah dibuat, klien
memasukkan minum obat kedalam jadwal harian klien pada pukul 08.00,
12.00 dan 18.00, kontak mata ada, klien mampu menunjukkan dan
menyebutkan jenis obat, afek sesuai dan klien kooperatif.
A : SP4 Pasien tercapai
P : (Perawat) Lanjutkan SP budaya Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
pada hari berikutnya pukul 09.00 di ruang perawatan klien.
(Klien) Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.

Anda mungkin juga menyukai