Bab I, Bab Ii
Bab I, Bab Ii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma lokal atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan
atau fisik.2
hubungan sosial. Bila kira – kira 40 % penduduk negara kita ialah anak –
anak di bawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira – kira 25 %),
dapat digambarkan besarnya masalah ( ambil 5 % dari 40% dari katakan saja
120 juta penduduk, maka di negara kita terdapat kira – kira 2.400.000 orang
berat sebesar 2,5 juta jiwa yang diambil dari data RSJ se-Indonesia. Di Jawa
Tengah sendiri terdapat 3 orang per seribu penduduk yang mengalami
gangguan jiwa dan 50% adalah akibat dari kehilangan pekerjaan. Sejalan
rumah sakit, kini orientas upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan
Tanda dan gejala yang sering muncul pada gangguan persepsi sensori :
sesuatu yang berbahaya. Klien juga tampak bicara atau tertawa sendiri,
Halusinasi adalah resti perilaku kekerasan, isolasi sosial dan harga diri
rendah.5
Berdasarkan uraian diatas agar dampak buruk tidak terjadi maka penulis
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Halusinasi Pendengaran
Sensori : HalusinasiPendengaran.
A. Bagi Pasien
mahasiswa.
B. Bagi Penulis
Pendengaran.
C. Bagi Institusi
Diharapkan proposal karya tulis ilmiah ini dapat menjadi panduan dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata, sebagai contoh klien
sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata
atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditunjukkan pada
mendengarnya.9
e. Menarik diri
2. Klasifikasi
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Perkembangan
b) Faktor Sosiokultural
pada lingkungan.
c) Faktor Biologis
d) Faktor Psikologis
alam hayal.
2. Faktor Presipitasi
C. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan halusinasi pendengaran
:8
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
d) Menutup telinga
D. PATOFISIOLOGI
1. Fase Pertama
Fase pertama disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang
menyenangkan.
verbal yang lambat jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
2. Fase Kedua
ringan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin
3. Fase Ketiga
Fase ketiga adalah fase kontroling atau ansietas berat yaitu
psikotik.
4. Fase Keempat
Fase keempat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur
realita.10
E. PENATALAKSANAAN
agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang
diberikan.
masalah
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikastif, perawat dapat
perawatan
bila ada orang lain didekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
A. Pengkajian
asuhan kepera watan untuk memperoleh data – data secara langsung dari
1. Identitas Klien
Idntitas klien mencakup inisial klien, umur, jenis kelamin, no. RM,
2. Alasan Masuk
3. Faktor Predisposisi12
a) Faktor Biologis
b) Faktor Psikologis
4. Faktor Presipitasi
a) Sosial Budaya
b) Biokimia
5. Pemeriksaan Fisik
darah, nadi, suhu dan pernafasan), Ukur (berat badan dan tinggi
7. Status Mental
pasien sering Nampak menyendiri dan raut muka yang lesu, afek
pasien tumpul yaitu hanya beraksi apbila ada stimulus yang kuat,
sudah baik.
9. Mekanisme Koping
11. Pengetahuan
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata . data ini
perawat.
b. Data subyektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien
sebagai data primer,dan data yang diambil dari hasil catatan tim
Masalah Keperawatan
3. Isolasi Sosial
B. Diagnosa Keperawatan11
b) Isolasi Sosial