Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT

Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT


ISPA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ISPA PADA
BALITA DI PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA
TAHUN 2014

Intan Silviana
Fikes – Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
vie.diezy@gmail.com

Abstrak
ISPA Adalah Infeksi Saluran Pernafasan yang Berlangsung 14 hari. Saluran
Nafas yang dimaksud adalah Organ mulai dari Hidung sampai Alveoli paru
beserta Organ adneksanya, sinus, ruang telinga, dan pleura. .Hasil observasi
sebagian besar warga di sana adalah Seorang Pekerja ikan dan nelayan. Hal ini
dapat memicu munculnya gejala ISPA, salah satu diantaranya adalah
batuk.Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu
tentang penyakit ISPA dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara. Metode penelitian adalah cross sectional. Dan
Jumlah sample sebanyak 35 orang diambil melalui sampling Jenuh . Sebagian
responden adalah ibu yang berusia 25-33 tahun (54,3%), berpendidikan SD
(45,7%), pendapatan kurang (85,7%), Tidak ikutsertaan dalam penyuluhan
(91,4%), umur anak (54,3%), kelamin Anak (54,7%), Tidak memberikan Asi
Eksklusif (57,1%), pemberian Imunisasi DPT (51,4%).Hasil penelitian
menunjukan bahwa ibu- ibu di PHPT Muara Angke Jakarta Utara memiliki
pengetahuan kurang mengenai penyakit ISPA (51,4%) dan memiliki perilaku
kurang (51,5%). Berdasarkan Uji statistik pearson product moment didapatkan
nilai (P= 0,022 >α = 0.05).Berarti Ho ditolak.Kesimpulan Pengetahuan ibu di
PHPT Muara Angke masih rendah pengetahuan dan perilaku masih kurang.
Saran yaitu petugas kesehatan seharusnya memberikan penyuluhan tentang
penyakit ISPA dan meningkatkan program P3M khususnya bagi masyarakat.

Kata kunci: pengetahuan, perilaku, ISPA

Pendahuluan serius terutama pada anak usia 1-5 tahun


Memasuki Milenium baru dan merupakan penyebab kematian anak di
Kementrian kesehatan telah merancang Negara berkembang. ISPA yang tidak
gerakan pembangunan berwawasan mendapatkan perawatan dan pengobatan
pembangunan kesehatan, yang dilandasi yang baik akan menjadi Infeksi saluran
paradigm sehat. Paradigm sehat adalah pola pernafasan bawah atau akut (Direktorat
pikir pembangunan kesehatan yang bersifat Jendral P2M & PL)
holistic, melihat masalah kesehatan yang Hasil Survei Kesehatan Nasional di
dipengaruhi banyak faktor secara lintas Indonesia tahun 2001 menunjukan bahwa
sector dan upaya lebih di arahkan pada proporsi kematian bayi dan balita akibat
peningkatan kesehatan. (Depkes RI). ISPA masih 28% dari 100 bayi meninggal
Infeksi saluran Pernafasan Akut akibat ISPA. Angka kematian ISPA pada
(ISPA) merupakan masalah kesehatan yang balita berarti terdapat 140.000 balita yang

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 402


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

meninggal setiap tahunnya akibat Pengetahuan dan perilaku pencegahan


ISPA.(wahyuni). ISPA
Tingginya angka kejadian ISPA Pengetahuan
pada bayi di Indonesia, salah satunya di Menurut Notoatmodjo (2007),
sebabkan oleh pengetahuan ibu yang kurang Pengetahuan adalah merupakan suatu hasil
tentang ISPA . pengetahuan adalah hasil dari tahu sebagian besar pengetahuan
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan manusia diperoleh melalui indera
pengindraan terhadap suatu objek tertentu pengelihatan dan pendengaran. Apabila
sehingga dari pengetahuan tersebut dapat suatu tindakan didasari oleh suatu
mempengaruhi ibu tentang ISPA maka akan pengetahuan maka perilaku tersebut akan
langsung berhubungan dalam menurunkan bersifat langgeng, sebaliknya apabila tidak
angka kejadian ISPA (Notoadmodjo) didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
Perilaku ibu menjadi sangat penting maka tidak akan berlangsung lama.
karena didalam merawat anaknya ibu sering Pengetahuan merupakan desain yang sangat
kali berperan sebagai pelaksanaan dan penting dalam membentuk tindakan
pengambilan keputusan dan pengasuhan seseorang.
anak yaitu dalam hal memberikan makan, Pengetahuan seseorang terhadap
perawatan, kesehatan dan penyakit. Dengan objek mempunyai intensitas atau tingkat
demikian bila prilaku ibu baik dalam yang berbeda-beda. Secara garis besarnya
pengasuhan makaan dapat mencegah dsan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
memberikan pertolongan pertama pada anak 1. Tahu (know)
balita yang mengalami ISPA dengan Tahu merupakan tingkat
baik.(Titi dkk). pengetahuan yang paling rendah, yang di
PHPT Muara Angke merupakan berikan sebagai mengingat suatu materi
daerah keadaan rumah yang padat dan yang telah di pelajari sebelumnya dengan
tingkat PHBS terburuk di Jakarta utara. cara menyebutkan, menguraikan,
Keadaan rumah tinggal di kawasan Muara mendefinisikan, menyatakan dan
angke merupakan faktor resiko bagi sebagainya
masyarakat terutama pada balita untuk 2. Memahami (comprehevion)
terkena penyakit ISPA karna kondisi Memahami di artikan sebagai suatu
lingkungan yang buruk. Kebiasan perilaku kemampuan untuk menjelaskan secara
masyarakat di Muara angke seperti, benar tentang objek yang diketahui dan
menumpukan sampah di depan rumah, tidak dapat menginterprestasikan dengan benar
pernah membuka jendela rumah, membuang pula.
hasil limbah pengelolaan ikan di selokan 3. Aplikasi (application)
depan rumah ,jarangnya mencuci tanggan Aplikasi diartikan apabila seseorang
saat sesudah dan sebelum makan. yang telah memahami objek yang
Berdasarkan latar belakang tersebut, dimaksud dapat menggunakan atau
maka penulis tertarik untuk melakukan mengaplikasikan prinsip yang diketahui
penelitian mengenai hubungan pengetahuan tersebut pada situasi yang lain. Misalnya
ibu tentang penyakit ISPA Dengan Perilaku seseorang yang telah paham tentang
Pencegahan ISPA pada balita di PHPT proses perencanaan, ia harus dapat
Muara Angke Jakrta utara membuat perencanaan program
kesehatan di tempat ia bekerja.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi ztau suatu

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 403


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

objek ke dalam komponen – komponen opini dan kepercayaan orang. Dalam


tetapi masih dalam struktur organisasi menyampaikan informasi sebagai tugas
dan masih ada kaitanya sutu sama lain. pokoknya, media masa membawa pada
5. Sintesis (synthesis) pesan- pesan yang berisi sugesti yang
Sintesi menunjukan suatu dapat mempengaruhi opini seseorang.
kemampuan untuk meletakan atau Adanya informasi baru mengenai sesuatu
menghubungkan bagian – bagian di hal memberikan landasan kognitif baru
dalam suatu bentuk keseluruhan yang bagi membentuknya pengetahuan
baru.. terhadap hal tersebut
6. Evaluasi (evaluation) 3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Evaluasi berkaitan dengan Kebiasaan dan terdisi yang
kemampuan untuk melakukan justifikasi dilakukan orang – orang tantapa melalui
atau penilaian terhadap suatu materi atau penalaran apakah yang di lakukukan baik
objek berdasrkan criteria sendiri atau atau buruk dengan demikian seseorang
menggunakan criteria yang sudah ada. akan bertambah pengetahuanyah
walaupun tidak melakukan. Status
Beberapa faktor - faktor yang ekonomi seseorang juga akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang menentukan tersedianya suatu fasilitas
yaitu: yang di perlukan untuk kegiatan
1. Pendidikan tertentu.sehingga status social ekonomi
Pendidikan adalah suatu usaha ini akan mempengaruhi pengetahuan
untuk mengembangkan kepribadian dan seseorang.
kemampuan di dalam dan di luar sekolah 4. Lingkungan
dan berlangsung seumur hidup, Lingkungan merupakan segala
pendidikan mempengaruhi proses sesuatu yang berada disekitar individu,
belajar, makin tinggi pendidikan baik lingkungan fisik, bioligis, maupun
seseorang makin mudah orang tersebut social. Lingkungan berpengaruh terhadap
memberikan informasi. Dengan proses masuknya pengetahuan kedalam
pendidikan tinggi maka seseorang akan individu yang berada dalam lingkungan
cenderung untuk mendapatkan informasi, tersebut. Hal ini terjadi karna adannya
baik dari orang lain maupun dari media interaksi timbale balik maupun tidak
masa semakin banyak informasi yang yang akan direspon sebagai pengetahuan
masuk semakin banyak pula pengetahuan oleh setiap individu.
yang di dapat tentang kesehatan. 5. Pengalaman
Pengetahuan sangat erat kaitanya Pengalaman sebagai sumber
dengan pendidikan di mana di harapkan pengetahuan adalah suatu cara untuk
seseorang dengan pendidikan tinggi, memperoleh kebenaran pengetahuan
maka orang tersebut akan semakin luas dengan cara mengulang kembali
pula pengetahuanya. pengetahuan yang diperoleh dalam
2. Media Informasi memecahkan masalah yang dihadapi
Informasi yang di peroleh baik dari masa lalu. Pengalaman belajar dalam
pendidikan formal maupun non formal bekerja yang dikembangkan memberikan
dapat memberikan pengaruh jangka pengetahuan dan keterampilan
pendek (immediate impact) sehingga professional serta pengalamn belajar
menghasilkan perubahan atau selama bekerja akan dapat
peningkatan pengetahuan. Mempunyai mengembangkan kemampuan
pengaruh besar terhadap pembentukan mengambil keputusan yang merupakan

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 404


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

manifestasi dari keterpaduan menalar 3. Faktor Penguat


secara ilmiah dan etik yang bertolak dari Pengetahuan, sikap, dan fasilitas
masalah nyata dalam bidang kerjanya. yang tersedia kadang- kadang belum
6. Usia menjamin terjadinya perilaku seseorang
Usia mempengaruhi daya tangkap atau masyarakat. Dengan adanya
dan pola pikir seseorang. Semakin pengalaman pribadi serta adanya
bertambah usia akan semakin pengaruh dari luar seperti teman maka
berkembang pula daya tangkap dan pola akan dapat memperkuat terjadinya
pikirnya. Sehingga pengetahuan yang perilaku.
diperolehnya semakin membaik. Perilaku pencegahan adalah segala
kegiatan yang dilakukan baik langsung
Perilaku maupuntidak langsung untuk mencegah
Perilaku adalah semua kegiatan atau suatu maslah kesehatan atau
aktifitas manusia , baik yang dapat di amati penyakit.(Levin dan Clark, 2007).
langsung, maupun yang tidak dapat diamati Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
langsung oleh pihak luar. (Notoatmodjo, (2007) pencegahan adalah proses, cara,
2007). tindakan mencegah merupakan tindakan
Menurut Lawrence green (1980) pencegahan indentik dengan perilaku.
Perilaku kesehatan di pengaruhi oleh tiga
faktor yaitu: Tahapan–Tahapan Pencegahan
1. Faktor Predisposisi penyakit ada tiga yaitu :
Termasuk didalamnya adalah 1. Pencegahan Primer
pengetahuan, sikap, kepercayaan, Segala upaya dan kegiatan untuk
keyakinan dan nilai- nilai. menghindari terjadinnya sakit atau
Faktor–faktor yang dapat kejadian yang mengakibatkan seseorang
mempermudah atau mempredisposisi sakit atau menderita cedera dan cacat
terjadinya perilaku pada diri seseorang (Ranuh,2008).
atau masyarakat adalah pengetahuan dan 2. Pencegahan Skunder
sikap seseorang atau masyarakat tersebut Suatu kegiatan untuk melakukan
terhadap apa yang akan dilakukan. pengobatan dini sesuai dengan diagnosis
Misalnya, dengan pengetahuan yang yang tepat kegiatan ini bertujuan untuk
dimiliki ibu tetntang ISPA maka dia akan mencegah dan menghentikan
dapat mengambil sikap mengenai apa perkembangan penyakit agar tidak terjadi
yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi yang tidak di inginkan yaitu
penyakit tersebut. sampai meninggal maupun
2. Faktor Pemungkin meninggalkan sisa, cacat fisik maupun
Faktor pemungkin atau pendukung mental (Ranuh,2008).
(enabling) perilaku adalah fasilitas 3. Pencegahan Tersier
sarana atau prasarana yang mendukung Membatasi gejala sisa dengan upaya
atau yang memfasilitasi terjadinya pemulihan seseorang agar dapat hidup
perilaku seseorang atau masyarakat mandiri tanpa bantuan orang lain
misalnya, lingkungan , udara yang (Ranuh,2008).
bersih, untuk pengobatan ISPA pada
anak diperlukan tenaga kesehatan serta Menurut Dirjen PPM (1993)
fasilitas pelayanan kesehatan seperti Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan
puskesmas, dan rumah sakit. cara sebagai berikut:

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 405


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

1. Menjaga Keadaan gizi agar tetap baik ruang telingan, dan pleura (Habeahan,
a. Memberikan bayi makana padat 2009).
sesuai dengan umur Batuk , Pilek dan Panas adalah
b. Pada bayi dan anak , makanan harus gejala pertama dari suatu penyakit yang
mengandung gizi cukup yaitu digolongkan dalam golongan penyakit “
mengandung protein , karbohidrat, Infeksi saluran pernafasan Akut “ disingkat
lemak, vitamin dan mineral. ISPA.
2. Imunisasi Lengkap ISPA adalah suatu penyakit yang
Memberikan Imunisasi sangat di banyak di derita oleh Anak – anak , baik di
perlukan baik pada anak–anak maupun Negara berkembang maupun di Negara
orang dewasa. imunisasi dilakukan untuk maju dan sudah mampu dan banyak dari
menjaga kekebalan tubuh kita supaya mereka perlu masuk rumah sakit karena
tidak mudah terserang berbagai macam penyakitnya cukup gawat. Penyakit-
penyakit yang di sebabkan oleh virus penyakit saluran pernafasan pada masa bayi
atau bakteri. dan Anak- anak dapat pula memberikan
3. Menjaga Kebersihan Perorangan dan kecacatan sampai pada masa
Lingkungan dewasa.(Suprajitno,2004).
a. Tubuh anak di jaga agar tetap bersih Menurut Depkes (2006) Infeksi
b. Lingkungan hidup agar tetap bersih Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
dan sehat istilah yang diadaptasi dari istilah bahas
c. Aliran udara dalam rumah harus ingris Acute Respiratory Infection (ARI).
cukup baik Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting
d. Asap tidak boleh berkumpul dalam yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut.
rumah Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi
e. Orang dewasa tidak boleh merokok di adalah masuknya kuman atau
dekat anak. mikroogranisme kedalam tubuh manusia
4. Mencegah anak berhubungan langsung dan berkembang biak sehingga
dengan anak penderita ISPA. menimbulkan gejala penyakit. Saluran
Jika orang dewasa menderita ISPA pernafasan adalah organ mulai dari hidung
dalam keluarga hendaknya memakai hingga alveoli beserta organ adneksanya
penutup hidung dan mulut untuk seperti sinus- sinus, rongga telinga tengah
mencegah penularan pada anak – anak dan plura. Infeksi akut adalah infeksi yang
dalam keluarga tersebut. berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari
5. Pengobatan segera diambil untuk menunjukan proses akut
a. Anak yang menderita ISPA harus meskipun untuk beberapa penyakit yang
diobati segera dan dirawat dengan dapat digolongkan dalam ISPA proses ini
baik untuk mencegah penyakit dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
menjadi bertambah buruk.
b. Memeriksakan anak secara teratur ke Metode Penelitian
puskesmas. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan deskriptif analitik, dengan
ISPA desain penelitian Cross sectional.
ISPA adalah Infeksi Saluran
pernafasan yang berlangsung 14 hari. Teknik Pengambilan Sampel
Saluran pernafasan yang dimaksud adalah Populasi dalam penelitian ini adalah
organ mulai dari hidung hingga alveoli paru ibu-ibu yang tinggal di PHPT Muara Angke
beserta organ adneksanya seperti sinus, Jakarta Utara, yang berjumlah 35 orang.

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 406


Hubungan Penngetahuan Ibu Tentang
Te Penyakit ISPA dengan Peerilaku Pencegahhan ISPA Pada B
Balita di PHPT
Muara Angkke Jakarta Utaraa Tahun 2014

Tekn
nik pengambiilan sampel yang Pendapatann Perbulan RResponden <
ddigunakan yaitu
y samplin ng jenuh, diimana Rp 1.500.000 berjuumlah 30 oraang (85,7%) ,
ulasi dijadikaan sampel, deengan ≥ Rp 1.500.000 sebbanyak 5 oranng (14,3%).
seluruh popu
jjumlah respon
nden sebanyaak 35 orang.
10
00
HHasil dan Peembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ib
bu-ibu
yyang tinggal di PHPT Mu uara Angke Jaakarta 50
5
UUtara, maka didapatkan hasil karakteeristik
rresponden sebbagai berikut.
Umuur ibu antaara < 25 tahun 0
bberjumlah 9 orang
o (25,7%
%), umur ibu antara
a < Rp 1.500 .000≥ Rp 1.5000.000
225-35 tahun berjumlah 19 1 orang (54 4,3%)
ddan umur ibuu >35 tahun berjumlah
b 11orang G
Grafik 3
(20%). Distribusi
D Pen
ndapatan Reesponden

60 Sebagian besar Respponden yangg


menggikuti Penyuuluhan Kesehhatan Ya 3
40 orang
g (8,6%) Tidak
ak 32 orang (991,4%)

20
100
0
0 80
0
< 25
5 25 ‐ 35 > 35 60
0
tahunn tahun tahun 40
0
20
0
Grafik 1 0
Distriibusi Umur Responden
R Ya Tidak

Sebagian besar Reesponden G


Grafik 4
bberpendidikann tidak Sekollah dengan jum
mlah Distribusi
D Peenyuluhan keesehatan
3 orang (8,6%
%), SD 16 oraang (45,7%), SMP
S
10 orang (28,,6%), dan SM
MA 6 orang Umur Anaak yang beraada di PHPT T
(17,1%). muaraa angke di baagi menjadi ddua < 3 tahunn
16 oraang (45,7%) ddan > 3 tahunn 19 (54,3%))
60

40 60

20 50

0
40
< 3 ≥ 33 
tahun tah un
Grafik 2
Distribusi Tingkat PendiidikanRespo
onden G
Grafik 5
Distribu
usi Umur An
nak

Forum Ilmiah Volume


V 11 Nomorr 3, September 20014 407
Hubungan Penngetahuan Ibu Tentang
Te Penyakit ISPA dengan Peerilaku Pencegahhan ISPA Pada B
Balita di PHPT
Muara Angkke Jakarta Utaraa Tahun 2014

Jenis Kelamin anaak di PHPT Muara


M Pengeetahuan Ibu Tentang Pen nyakit ISPA
AAngke laki - laki 16 orrang (45,3%)) dan Berdasarkaan hasil penelitian,,
pperempuan 19 orang (54,7 7%) didappatkan bahwaa 16 orang (48,6%) ibuu
memiiliki pengetaahuan yang baik tentangg
penyaakit ISPA daan 19 orang (51,4 %) ibuu
60
memiiliki pengetaahuan yang kurang baikk
40 meng genai tentang penyakit ISP PA. Ibu-ibu dii
PHPT T Muara Anggke lebih banyyak Ibu yangg
20 Belumm Mengerti Tentang Peenyakit ISPA A
berdsarkan Definissi , Gejala, ddan Penyebabb
0 ISPA .
Laki laki pere
empuan Pengetahuuan Respondeen cenderungg
Kuran ng Baik kaarena dapat dilihat darii
Grafik 6 karakkteristik penddidikan terakhhir respondenn
Distribbusi Jenis keelamin anak dengaan tingkat peendidikan tert rtinggi adalahh
SD, sehingga
s dappat mempenggaruhi tingkatt
Pemb berian ASI Eksklusif
E di PHPT
P pengeetahuannya. Semakin tinnggi tingkatt
MMuara Angke sebanyak k Ya 15 orang pendiidikan seseorrang maka upaya untukk
(42,9%) dan Tidak
T 20 oran
ng (57,1%) menjaaga kesehataan dan kebersihan jugaa
semak kin baik. T Tetapi Semaakin Rendahh
Pengeetahuan Seseeorang maka upaya untukk
60
menjaaga kesehatannnya juga kurrang baik.
Menurut Notoatmoddjo (2007),,
40
pendiidikan meruppakan salah satu faktorr
yang mempenngaruhi pengetahuan.
20 Pendiidikan memppengaruhi prroses belajar,,
diman na semakiin tinggi pendidikann
0 seseorang, maka semakin m mudah orangg
Ya
Y Tidak
T terseb
but untuk mennerima inform masi.
Menurut Notoadmoojo (2011))
Grafik 7 Pengeetahuan meruupakan hasil “Tahu” dann
Distribusi Pemberian ASI Eksklussif ini terjadi seteelah orang melakukann
pengiindraan terhaadap suatu obbjek tertentu.
Pemb berian Imunissasi DPT di PHPT
P Pengiindraan terjaadi melalui pancaindraa
MMuara Angk ke Ya 18 orrang (51,4%)) dan manu usia yakni: ppenglihatan, pendengaran,,
TTidak 17 oranng (48,6%) penciuman, rasa dan raba. S Sebagai besarr
pengeetahuan dan kketerampilan
52 Faktor-Fakktor yanng dapatt
Memp pengaruhi Pengetahuan Seseorangg
50 antaraa lain Pendiidikan, Inforrmasi, Sosiall
Buday ya dan Ekonomi, Lingkungan,
48 Pengaalaman, dan U Usia
Pengetahuuan respondenn juga dapatt
46
dipenngaruhi olehh partisipasii respondenn
Ya
Y Tidak
T
terhaddap pennyuluhan kesehatan.
Berdaasarkan hasil penelitian ressponden yangg
Grafik 8
Tidakk Pernah menngikuti dalam m penyuluhann
Distribusii Pemberian Imunisasi DPTD

Forum Ilmiah Volume


V 11 Nomorr 3, September 20014 408
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

kesehatan sebesar 91,4%. Hal ini Hasil dari penelitian menunjukan


menunjukan bahwa responden Tidak pernah bahwa perilaku yang paling banyak terdapat
mendapatkan arahan atau informasi. pada Tidak menutup mulut dan hidung saat
Tentang Kesehatan Hal ini sesuai dengan bersin, tidak mencuci tangan setelah
Teori Menurut Notoadmojo(2011). menutup mulut, tidak menggunakan masker,
Pengetahuan diartikan sebagai menjauhkan anak dari penderita ISPA,
kemampuan seseorang untuk mengingat Meroko dalam rumah.
suatu materi yang telah dipelajari kemudian
mampu untuk memahami secara benar dan Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
mengaplikasikannya secara baik. Penyakit ISPA Dengan Perilaku
pencegahan ISPA pada balita
Perilaku Pencegahan Penyakit ISPA Uji korelasi menunjukan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
didapatkan bahwa 17 orang (48,5%) ibu tentang Penyakit ISPA Dengan perilaku
memiliki perilaku pencegahan penyakit Pencegahan ISPA pada Balita Di PHPT
ISPA yang baik, dan 18 orang (51,5%) ibu Muara Angke. Adanya hubungan antara
memiliki perilaku pencegahan Penyakit pengetahuan Ibu tentang Penyakit ISPA
ISPA yang kurang baik. Perilaku dengan perilaku Pencegahan ISPA Pada
pencegahan Penyakit ISPA meliputi Balita dipengaruhi oleh beberapa faktor,
kebiasaan ibu Menutup mulut dan hidung diantaranya faktor Predisposisi yaitu
saat bersin, mencuci tangan setelah menutup pengetahuan ibu yang masuk dalam kategori
mulut saat bersin, memakai masker saat flu, kurang baik Belum melakukan Pencegahan
membuka jendela rumah pagi hari, tidak Dengan baik dan pengetahuan tentang
merokok dalam rumah. penyakit ISPA masih minim. Selain itu pada
Ibu-ibu di PHPT Muara Angke faktor pendukung yang mempengaruhi
sebagian besar Belum Menerapkan Perilaku adalah lingkungan dan perilaku yang masih
tersebut dalam kehidupan Sehari- hari saat sangat terbatas oleh suatu pengetahuan ibu
mereka terkena flu atau tidak terkena flu. sehingga lingkungan masih sangat kurang
Perilaku Pencegahan Penyakit ISPA dan perilaku masih kurang baik selain itu
ibu dapat dikatakan baik dihubungkan pula faktor Pendorong peran petugas
dengan umur ibu yang lebih banyak antara kesehatan setempat belum optimal dalam
25 tahun – 35 tahun. Dimana umur ibu memberikan penyuluhan tentang kesehatan
masuk kedalam dewasa awal Menurut kepada warga atau masyarakat sekitar.
Depkes RI (2011) umur tesebut masuk Sehingga perilaku masyarakat masih kurang
kedalam usia produktif dimana dalam usia baik.
tersebut termasuk ke tahap dewasa awal Menurut Notoatmodjo(2010),
merupakan puncak dari kondisi fisik yang Pengetahuan adalah merupakan suatu hasil
sangat prima. Semakin dewasa umur ibu dari tahu sebagian besar pengetahuan
yang memiliki semakin meningkat pula manusia diperoleh melalui indera
perilaku ibu dalam berperilaku. Hal ini pengelihatan dan pendengaran. Ap abila
sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007), suatu tindakan didasari oleh suatu
bahwa umur mempengaruhi tehadap daya pengetahuan maka perilaku tersebut akan
tangkap seseorang semakin bertambah umur bersifat langgeng, sebaliknya apabila tidak
maka akan berkembang pula daya tangkap didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
dan pola pikir seseorang, sehingga maka tidak akan berlangsung lama.
pengetahuan seseorang semakin banyak

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 409


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

Menurut Pendekatan Kontrutivitas menciptakan perilaku Pencegahan yang baik


(2013), pengetahuan bukanlah fakta dari pula.
sebuah kenyataan yang sedang di pelajari,
melainkan sebagai konstruksi kognitif Kesimpulan
seseorang terhadap objek pengalaman, Pengetahuan ibu mengenai
maupun lingkungannya. Beberapa faktor Pengetahuan Tentang Penyakit ISPA di
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang PHPT Muara Angke yaitu kurang baik
yaitu , pendidikan, media informasi, social (51,4%).
budaya dan ekonomi, lingkungan , Perilaku Pencegahan Penyakit ISPA
pengalaman dan ,usia Pada balita di PHPT muara Angke yaitu
Penelitian ini juga didukung dengan Kurang Baik (57,1%).
teori yang ada yaitu menurut model Uji kolerasi Person product moment
Lawrence Green dalam Notoadmodjo menunjukkan bahwa terdapat hubungan
(2007), bahwa ada 3 faktor yang antara pengetahuan tentang Penyakit ISPA
mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu Dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada
faktor predisposisi, faktor pendukung dan balita di PHPT Muara Angke.
faktor pendorongt. Faktor predisposisi
(predisposing factor) Termasuk didalamnya Daftar Pustaka
adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, Abram, “Faktor – faktor dalam
keyakinan dan nilai- nilai. berperilaku”, 2013.
Faktor – faktor yang dapat mempermudah http://unair.ac.id
atau mempredisposisi terjadinya perilaku
pada diri seseorang atau masyarakat adalah Anonim, “Program Pemberantasan
pengetahuan dan sikap seseorang atau Penyakit ISPA dan Penanggulangan
masyarakat tersebut terhadap apa yang akan ISPA pada balita”, 2008. http://
dilakukan. Misalnya, dengan pengetahuan Putrabrab.wordpress.com.
yang dimiliki ibu tetntang ISPA maka dia
akan dapat mengambil sikap mengenai apa Azwar, “Penularan penyakit ISPA pada
yang harus dilakukan untuk mencegah balita”, 1985. http/wordpres com.
penyakit tersebut.
Faktor pemungkin (enabling factor) Direktorat. Jenderal PPM dan PLP,
sarana dan prasarana yang mendukung atau “Pedoman Pemberantasan
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang Penyakit Infeksi saluran
atau masyarakat misalnya, lingkungan, Pernafasan Akut”, Jakarta, 1993.
udara yang bersih , perilaku serta fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, dan Departemen Kesehatan RI, “Hindarilah
rumah sakit. Anak Ibu dari bahaya Infeksi
Faktor penguat (reinforcing factor) saluran Pernafasan Akut“, Jakarta,
terwujud dalam sikap dan perilaku dari pada 2002.
petugas kesehatan. Petugas kesehatan di
PHPT Muara Angke belum optimal dalam Departemen Kesehatan RI,
mengajak masyarakatnya untuk menjaga “Latar belakang Penyakit ISPA”,
kesehatan diri dan lingkungan. Apabila 2002. http://terbaca.com latar
masyarakat mempunyai pengetahuan yang belakang penyakit ISPA.
tinggi akan kesehatannya sendiri .Dengan
adanya pengetahuan ibu yang baik Departemen Kesehatan RI, “Pencegahan
mengenai Penyakit ISPA maka akan penyakit Infeksi”, 2003.

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 410


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita di PHPT
Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2014

http://terbaca.com Pencegahan Notoatmodjo, Soekidjo, “Promosi


penyakit infeksi. Kesehatan dan Perilaku Kesehatan”,
Departemen Kesehatan RI, “Pengertian Renka cipta, Jakarta, 2012
Infeksi saluran pernafasan Akut”,
2006. http://terbaca.com Purnomo, “Pengetahuan ibu ,sikap,dan
perilaku ibu terhadap penyakit
Diana, “Pencegahan Infeksi Saluran ISPA”, 2001. www.republik.com
Pernafasan Akut pada Balita”,
2007. http://www.ui.ac.id. Ranuh, “Tahap – tahap Pencegahan
Penyakit ISPA”, 2008.
Dwi Priyatno, “Mandiri Belajar SPSS”, www.adln.uin.ac.id
Wahana Komputer, Semarang,
2007. Refelina widja, “Faktor – faktor yang
mempengaruhi ISPA pada balita”,
Dwi Yani, Bidayat, “Hubungan Tingkat 2009. http://org.co.id
Pengetahuan Ibu dengan Perilaku
pencegahan ISPA pada balita”, Rita. Rahim, “Hubungan Pengetahuan dan
Kalimantan, 2013. Sikap Ibu balita dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit ISPA di
Gani, “Hubungan pemberian ASI wilayah Kerja Puskesmas Putri
Eksklusif dengan Penyakit ISPA ayu”, Jambi, 2013.
pada balita”, Jombang Jurnal, 2008.
Sutrisna, “Hubungan antara Status
Hariaja, “Hubungan status Asi Eksklusif Imunisasi DPT dan timbulnya
dengan kejadian ISPA pada balita”, kematian akibat ISPA”, Indramayu,
Medan Jurnal, 2010. 2008.

Levin, dan Clark, “Perilaku Pencegahan Vevi. Apriany, Yusuf, “Hubungan Sikap,
ISPA”, 2007. http://diglib.ui.ac.id dan Tindakan Orang tua Terhadap
Kejadian ISPA pada Anak Balita”,
Martha Evi, “Pengertian perilaku”, 1996. Kabupaten Boalemo, 2013.
www.republik.com

Muhamad Nurul, Yasin, “Hubungan


Tingkat pengetahuan Ibu tentang
ISPA dan luas ventilasi eumah
dengan kejadian ISPA pada balita”,
Pemalang, 2010.

Notoatmodjo, Soekidjo, “Pendidikan dan


perilaku kesehatan masyarakat”,
Renka Cipta, Jakarta, 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo, “Promosi


Kesehatan dan Ilmu Perilaku”,
Renka Cipta, Jakarta, 2007.

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 411

Anda mungkin juga menyukai