Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gusti Nyoman Tri Maha Putra

NIM : 1520025049
Pemeriksaan DO (dissolved oxygen) dan BOD (Biological Oxygen Demand) pada Air
Sungai
A. Metode: Titrasi Winkler
B. Prinsip:
1. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen akan mengoksidasi Mn2+ dalam suasana basa membentuk endapan MnO2. Dengan
penambahan alkali iodide dalam suasana asam akan membebaskan iodium. Banyaknya
iodium yang dibebaskan dianalisa dengan metode titrasi iodometris dengan larutan standar
Thiosulfat dan indicator larutan kanji.
2. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pengukuran BOD terdiri dari pengenceran sample, inkubasi selama 5 hari pada suhu 20℃ dan
pengukuran oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Penurunan oksigen terlarut selama
inkubasi menunjukkan banyakknya oksigen yang dibuthkan oleh sample air. Oksigen terlarut
dianalisa dengan menggunakan metode titrasi Winkler.
C. Landasan Teori
1. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut dalam air dapat diperoleh langsung dari udara dengan melalui dua cara
yaitu secara difusi langsung dari udara, dengan melalui pergerakan air yang teratur seperti
gerakan gelombang, air terjun dan perputaran air. Selain itu oksigen terlarut juga dapat diperoleh
dari hasil fotosintesis dari tanaman berklorofil. Pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam
air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu: proses pernafasan (respirasi) baik oleh
hewan maupun tanaman, dan proses penguraian (dekomposisi) bahan organik. Besarnya
kandungan oksigen di dalam air pada suatu perairan sangat menentukan kehidupan organisme
air. Batas-batas toleransi organisme terhadap kadar oksigen tergantung pada jenis organisme
tersebut dalam air. Batas minimum DO air berbeda-beda tergantung dari tingkatan kelasnya,
dimana kelas I sebesar 6 mg/L, kelas II sebesar 4 mg/L, kelas III sebesar 3 mg/L, dan kelas IV
sebesar 0 mg/L (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001).
2. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987). Uji
BOD ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya
terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang
digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang
dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah jika suatu badan air dicemari oleh zat organik.
Bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat
menimbulkan bau busuk pada air. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik
dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Batas
minimum BOD air berbeda-beda tergantung dari tingkatan kelasnya, dimana kelas I sebesar 2
mg/L, kelas II sebesar 3 mg/L, kelas III sebesar 6 mg/L, dan kelas IV sebesar 12 mg/L (Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001).

D. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Labu Erlenmeyer f. Gelas winkler
b. Buret klem dan statif g. Bola hisap
c. Gelas beaker h. Gelas
d. Pipet ukur ukur
e. Pipet tetes
i. Filler kimia
2. Bahan:
a. Sampel air sungai
b. Larutan MnSO4
c. Larutan Alkali Iodide (pereaksi oksigen)
d. Larutan H2SO4
e. Larutan Thiosulfat
f. Indikator larutan amilum (kanji)
E. Prosedur Kerja
1. Isi botol BOD dengan contoh air, usahakan jangan sampai ada gelembung udara, lalu
tutup. Masukan 1 ml MnSO4 dan 1 ml larutan alkali iodide (pereaksi oksigen).
Pemasukkan reagen menggunakan pipet 1 ml yang ujungnya mencapai dasar botol.
Tutup kembali, kemudian aduk dengan cara membolak-balikkan botol samapi larutan
homogen.
2. Diamkan 10 menit sampai terlihat ada endapan coklat pada dasar botol (jika endapan
putih berarti tidak ada O2).
3. Tuangkan sebagian isi botol ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 1 ml asam sulfat
pekat. Aduk dan titrasi secepatnya dengan larutan Thiosulfat 1/80 N, tambahkan
larutan kanji dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Catat volume titran.
4. Tambahkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam larutan yang tersisa di dalam botol BOD.
Tutup dan aduk sampai endapan larut kembali. Larutan akan berwarna kuning coklat.
Titrasi dengan larutan Thiosulfat 1/80 N, dengan menggunakan indicator amilum
seperti diatas.
F. Hasil/Data
Hasil percobaan diperoleh volume Thiosulfat DO0 sebesar 20,3 ml, dan volume Thiosulfat DO 5
sebesar 5,5 ml
G. Perhitungan
1. DO
V Thio x N Thio x 1000 x 8
DO0=
V botol−2
VThio : Erlenmeyer 1= 1,5
Erlenmeyer 2= 1,8
Botol BOD = 17
VTotal = 20,3 ml
1
NThio = = 0,0125 N
80
Vbotol = 330 ml
V Thio x N Thio x 1000 x 8 20,3 x 0,0125 x 1000 x 8
DO0 = =
V botol−2 330−2
DO0 = 6,13 mg/L
2. BOD
V Thio x N Thio x 1000 x 8
DO5=
V botol−2
VThio : Erlenmeyer 1= 0,5
Erlenmeyer 2= 0,5
Botol BOD = 4,5
VTotal = 5,5
1
NThio = = 0,0125 N
80
Vbotol = 330 ml
V Thio x N Thio x 1000 x 8 5,5 x 0,0125 x 1000 x 8
DO5 = =
V botol−2 320−2
DO5 = 1,73 mg/L
BOD = DO0 – DO5
= 6,13 – 1,73
= 4,4 mg/L
H. Pembahasan
Dalam pengukuran DO, terjadi kegagalan dikarenakan larutan Thiosulfat yang
ditambahkan saat proses titrasi terlalu banyak sehingga menyebabkan tidak terjadinya
perubahan warna larutan menjadi berwarna kebiruan saat ditetesi larutan amilum (kanji).
Sebagai gantinya kami memperkirakan volume larutan Thiosulfat yang digunakan sebesar
20,3 ml. Berdasarkan volume yang ditentukan tersebut, DO air sungai yang diukur termasuk
dalam golongan air kelas I. Kandungan DO pada air sungai tersebut tergolong cukup tinggi.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa kualitas air sungai tersebut cukup baik. Pada umumnya,
oksigen yang terlarut dalam perairan umum seperti sungai dibawa oleh aliran air yang
mengaduk-aduk air sehingga mendorong terjadinya proses difusi oksigen ke dalam air.
Berdasarkan nilai BOD yang diperoleh, air sungai tersebut masuk ke dalam golongan air
kelas III. BOD tersebut dapat berasal dari dari adanya bahan organik yang terdapat pada air
sungai yang menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut
secara biologis. Penguraian zat organik merupakan suatu proses alamiah yang terjadi di
badan air seperti sungai.
I. Kesimpulan
 Berdasarkan hasil pengukuran, oksigen terlarut pada air sungai tersebut sebesar 6,13
mg/L yang tergolong dalam golongan air kelas I.
 Berdasarkan hasil pengukuran, BOD air sungai tersebut sebesar 4,4 mg/L yang
tergolong dalam golongan air kelas III.
J. Saran
 Diperlukan ketelitian disaat melakukan keseluruhan kegiatan pengukuran terutama
pada saat melakukan titrasi agar volume Thiosulfat yang dititrasi tidak terlalu banyak
yang berakibat pada gagalnya proses pengukuran.

Daftar Pustaka
G Alerts dan Santika, 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya. 309 hal.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air

Anda mungkin juga menyukai