Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH BUSI AKTIS DALAM KONSUMSI BAHAN BAKAR

PADA MESIN 4K

Tim Peneliti

Imam Salim Akbar 5202416087

Wisnu Rizqi A 52024160

Enggar Budi 52024160

Bagus Zain 52024160

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEEGERI SEMARANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bidang keteknikan yang saat ini mengalami kemajuan pesat adalah bidang

otomotif. Sebagai salah satu cabang ilmu keteknikan, bidang otomotif memiliki arti

penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal transportasi. Sebagai bentuk

penyesuaian mobilitas manusia yang tinggi sebagai pengguna, mengharuskan transportasi

yang ada saat ini untuk dapat berkembang, dan mengalami perbaikan. Selain arti penting

transportasi bagi kehidupan, dampak serta perkembangan yang saat ini gencar dilakukan

perlu dikaji sehingga perkembangan yang ada juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan

yang nantinya berdampak pada lingkungan. Pengkajian yang ada tidak selalu diharuskan

dari aspek luar seperti fasilitas dan dukungan pengembang, namun juga aspek dari dalam,

seperti peninjauan sistem dan teknologi yang digunakan, yang mana dalam bidang

otomotif dan transportasi dikenal sebagai engine system.

Engine system secara lengkapnya dibagi menjadi beberapa proses. Salah satu proses

yang terpenting yaitu adalah proses pengapian (ignition). Seperti yang telah diketahui,

terdapat dua jenis sistem pengapian dalam sistem engine, yaitu elektronik dan

konvensional.
Berdasarkan permasalahan dan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan peninjauan

pengaruh jumlah busi aktif pada sistem pengapian konvensional tehadap kinerja mesin

yang pada penelitian ini akan ditinjau dari segi konsumsi bahan bakar. Peninjauan

pengaruh jumlah busi terhadap kinerja mesin dilakukan selain dari penejelasan di atas,

namun juga dilakukan karena ditemukan fenomena busi pembakaran yang mati pada saat

mesin mobil dalam kondisi menyala.

Peninjauan dan simulasi pada penelitian ini dilakukan dengan perlakuan busi yang

aktif pada mesin Toyota tipe 5K. Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pertalite.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah utama yang akan dikaji

dalam penelitian ini memiliki bebrapa rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pengaruh jumlah busi aktif terhadap konsumsi bahan bakar dan

rpm mesin.

2. Manakah silinder yang memiliki performa terbaik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain untuk:

1. Mengetahui pengaruh busi aktif terhadap konsumsi bahan bakar, putaran mesin.

2. Mengetahui performa silinder terbaik

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul -Pengaruh Busi Aktif terhadap Konsumsi Bahan Bakar

dan Putaran Mesin dapat memberikan pemahaman lebih baik dalam bidang otomotif dan

permesinan. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi pembanding dari

penelitian sistem pengapian, memberikan konstribusi pada bidang pendidikan sebagai

media pembelajaran bagi mahasiswa, dan pada dunia otomotif..


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Proses Bahan Bakar Terbakar

Lesmana (2009) menyatakan, campuran bahan bakar-udara didalam silinder motor

bensin harus sesuai dengan syarat busi tidak terbakar terlebih dahulu sebelum busi

memercikkan bunga api, dimana busi memercikkan bunga api pada saat beberapa derajat

engkol sebelum torak mencapai TMA. Campuran bahan bakar-udara disekitar percikan

bunga api mula-mula terbakar. Kemudian nyala api merambat kesegala arah dengan

kecepatan yang sangat tinggi, menyalakan campuran yang dilaluinya sehingga tekanan

gas didalam silinder naik, sesuai dengan jumlah bahan bakar yang terbakar.

2.2 Bahan Bakar Minyak Pertalite

Pertalite jenis bahan bakar keluaran terbaru oleh perusahaan minyak PT

Pertamina. Oleh Purnomohadi selaku Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional

Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas). Bensin jenis baru Pertalite memiliki kadar

oktan lebih tinggi dari premium dan lebih rendah dari Pertamax.

2.3 Sistem Pengapian

Gambar1. Sistem Pengapian

Sistem pengapian adalah rangkaian mekatronika yang digunakan untuk menyalurkan energi
listrik bertegangan tinggi, dengan input bertegangan rendah ke busi untuk dikonversi menjadi
percikan api. Prinsip yang digunakan pada sistem pengapian, adalah perubahan energi dari
energi listrik menjadi percikan api. Pada dasarnya, energi listrik diubah ke bentuk energi
kalor, namun karena beda potensial antara kedua kutub cukup besar maka akan timbul
loncatan elektron.

Fungsi sistem pengapian itu hanya satu, yakni membakar campuran udara dan bensin
yang telah dikompresi (saat akhir langkah kompresi) hanya pada mesin bensin.

Gambar2. Proses Pembakaran

Dalam siklus mesin bensin 4 tak, terdapat langkah hisap, langkah kompresi, langkah
usaha dan langkah buang. Busi, hanya akan menyala saat campuran bensin dan udara
terkompresi. Ini terjadi saat akhir langkah kompresi ketika piston mencapai TMA. Dengan
demikian, bisa disimpulkan jika sistem pengapian tidak bekerja secara konstan, melainkan
secara interval.

Gambar3. Pengapian Konvensional

Ada beberapa macam sistem pengapian. Antara lain ;


1. Pengapian konvensional

Sesuai namanya, pengapian konvensional adalah sistem yang bekerja secara


konvenional menggunakan kontak mekanik untuk menentukan interval busi menyala.

2. Pengapian transistor

Sistem ini, juga dikatakan sebagai pengapian elektronik karena sudah menggunakan
transistor sebagai pengganti kontak mekanik. Pengertian sistem pengapian transistor adalah
mekanisme perubahan listrik menjadi api, dengan bantuan transistor yang bertugas sebagai
saklar elektronik yang memutuskan arus primer coil. Meski demikian, secara umum skema
pengapian transistor hampir sama dengan pengapian konvensional.

3. Pengapian DLI

Sistem pengapian DLI adalah skema pengapian yang tidak dilengkapi dengan
distributor. Distributor sendiri adalah komponen untuk membagikan arus tegangan tinggi dari
coil. Sistem pengapian ini yang paling banyak ditemui pada mobil EFI saat ini.

4. Pengapian CDI

Pengapian CDI adalah sistem pengapian pada sepeda motor yang menggunakan
capasitor sebagai sumber pembangkit induksi pada coil.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah Peertalite

3.2 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam peelitian ini :

1. Engine stand

merupakan media belajar yang berupa engine yang dirangkai diatas stand dan

dalam kondisi dapat dioperasikan seperti halnya di kendaraan. Pada penelitian ini Engine

Stand yang digunakan adalah Engine Stand Toyota 5K.

Ganbar4. Engine Stand

2. Set Tool Box

Set tool box dalam penelitian ini berisi bebrapa perlengkapan atau kunci di dunia

otomotif
Gambar5. Tool Box

3. Buret dan Stopwatch

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret dengan kapasitas 50ml yang

selain digunakan sebagai penampung bahan bakar, namun juga sebagai alat ukur dalam

menguji konsumsi bahan bakar. Aplikasi untuk menghitung konsumsi bahan bakar, dalam

penelitian ini menggunkan aplikasi stop watch dari Handphone.

Gambar6. Buret
5. Baterai

merupakan komponen untuk memberikan sumber tenaga listrik yang cukup pada

sebuah peralatan misalnya untuk menghidupkan mobil (starter) serta melayani proses

pada sistem pengapian hingga melayani penerangan lampu dan kebutuhan lainnya pada

mobil atau motor. Pada penelitian ini aki yang digunakan adalah aki GS Astra Premium
N50Z dengan spesifikasi 12V 65AH.

Gambar7. Baterai

6. Tachometer

Tachometer adalah sebuah alat pengujian yang didesain untuk mengukur

kecepatan rotasi dari sebuah objek. Tachometer yang digunakan adalah jenis hand

tachometer merk Krisbow KW06 303.

Gambar 8. Tachometer
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengambilan data dengan parameter memvariasikan busi aktif

terhadap parameter lainnya, seperti putaran mesin, konsumsi bahan bakar selanjutnya

data-data tersebut diolah dan dianalisis. Untuk setiap variasi busi aktif dilakukan diambil

data sebanyak 2 kali dan atau disesuaikan dengan validasi data yang didapat untuk

pengambilan data selanjutnya. Perlu diketahui, sebelum pengujian dipastikan terlebih

dahulu bagaimana keadaan busi dan rangkaiannya terhadap distributor. Dalam penelitian

ini pengcekkan kondisi busi meliputi beberapa hal.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan

pendekatan secara deskriptif. Melalui pendekatan desktiptif ini, penelitian diarahkan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa

membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Data yang

didapatkan dari hasil penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel 4.1. Data yang

telah diambil dan dimasukkan tabel 4.1. ditampilkan pada tabel 4.2 dengan tambahan

untuk setiap pengujian diberikan data kondisi mesin.

Kondisi mesin pada pengamatan memberikan hasil yang berbeda-beda, karena

adanya variasi aktifasi busi yang nantinya akan berpengaruh terhadap konfigurasi mesin.

Konfigurasi yang dimaksud adalah adanya pengaruh tehadap urutan atau pola firing

order, yang mana jika seharusnya urutan firing order untuk engine dengan 4 silinder

yang digunakan dalam pengujian adalah 1-3-4-2 untuk menghasilkan kerja mesin yang

optimal dan sesuai dengan kerja yang dihasilkan masing-masing silinder. Jika urutan

firing order ini tidak dipenuhi, maka kinerja mesin akan terganggu.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian

KURANG GAWE GRAFIK E MBE ESKRIPSINE

Tabel 4.2. Kondisi Engine selama sesi uji


Busi Aktif Pengamatan Kondisi Mesin
1 2
Semua Stabil Stabil
2,3,4 Mulai kurang stabil Mulai kurang stabil
1,3,4 Mulai kurang stabil Mulai kurang stabil
1,2,4 Mulai kurang stabil Mulai kurang stabil
1,2,3 Mulai kurang stabil Mulai kurang stabil
1,2 Suara brebet dan getaran Suara brebet dan getaran

mesin semakin kuat mesin semakin kuat


1,4 Mesin mati Suara brebet dan getaran

mesin semakin kuat


2,3 Mesin mati Suara brebet dan getaran

mesin semakin kuat


2,4 Suara brebet dan getaran Suara brebet dan getaran

mesin semakin kuat mesin semakin kuat


3,4 Suara brebet dan getaran Suara brebet dan getaran
mesin semakin kuat mesin semakin kuat

BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Terdapat pengaruh variasi busi aktif terhadap konsumsi bahan bakar dan

putaran mesin. Pada saat busi mati atau tidak diaktifkan dapat membebani kinerja mesin

dan dapat di buktikan dari pengujian putaran mesin dan menyebakan mesin pincang hal
tersebut juga dijumpai saat sesi pengujian. Telah diketahui bahwa fungsi busi adalah

untuk membakar bahan bakar yang telah di kompresi atau telah ditekan oleh piston dan

busi akan memercikan bunga api yang akan membakar bahan bakar. Jadi fungsi busi itu

sendiri sangatlah penting dalam gaya dorong piston saat pembakaran dan jika busi salah

satu berhenti bekerja dapat berpengaruh di sistem pembakaran dan berpengaruh terhadap

performa mesin. Fenomena dalam kondisi seperti ini biasanya mesin sedikit tersendat,

dikarenakan saat bahan bakar disemprotkan ke ruang bakar, dan dalam waktu yang

bersamaan terjadi kompresi, namun tidak ada yang membakar dan tidak terjadi ledakan

atau dorongan pembakaran diruang bakar.

2. Saran

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan adapun saran dalam penelitian ini yaitu

Sebelum memulai pengambilan data pastikan terlebih dahulu kondisi mesin beserta cacat

atau kekurangan dalam mesin, sehingga nantinya pada saat pengambilan data dan

pengujian mendapatkan data yang valid.

DAFTAR PUSTAKA

Triyono, Feri. 2012.Komparasi hasil belajar siswa pada kompetensi dasar


menggunakan alat ukur elektronik dengan media alat sebenarnya dan
media animasi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Pratomo, Rinto Yoga. 2008.Analisa Performa Sepeda Motor. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Solikin, Much.2012. Prinsip Kerja Motor dan Pengapian. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai