Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HEMORAGIC FEVER
(DHF)
Oleh :
DENPASAR
2020
Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes
aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah
adanya kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi
system komplemen. Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a &
C5a,dua peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine & suatu
merupakan mediator yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya
permeabilitas dari dinding pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui
endotel dinding tersebut. Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yg amat sangat berbeda akan terlihat, apabila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan type virus dengue yg lainnya.
Dan DHF dapat terjadi apabila seorang yg telah terinfeksi pertama kali, mendapat
infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini bisa menyebabkan
adanya suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan adanya
konsentrasi yg kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yg tinggi .
Hal pertama yg akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yg
menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa mual,
nyeri otot, dan merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan kelainan yg
mungkin saja muncul pada system retikuloendotelial seperti adanya pembesaran
pada kelenjar-kelenjar getah bening, hati & limpa. Ruam pada DHF disebabkan
lantara adanya kongesti pembuluh darah dibawah kulit bisa pembesaran hati
(Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa (Splenomegali).Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya volume plasma, sehingga
terjadi hipotensi, dan hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta efusi juga
adanya renjatan (syok).
PATHWAY
Menggigit manusia
Virus masuk
aliran darah
Komplemen antigen
Peningkatan asam andibodi meningkat Suhu tubuh meningkat
lambung
Pelepasan peptida
Pembebasan histamin
Mual, Hipertermia
muntah
Defisit Nutrisi
Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Plasma banyak
mengumpul pada
Hb turun Kebocoran plasma jaringan interstisial tubuh
Perdarahan ektraseluler
Nutrisi dan O2 ke Odema
jaringan menurun
Hipovolemik
Menekan
Tubuh lemas syaraf C
Energy berkurang
Nyeri Akut
Intoleransi
aktivitas
4. Manifestasi Klinis
1) Suhu tubuh meningkat tiba-tiba / demam tinggi selama 2-7 hari
2) Terjadi perarahan di bawah kulit seperti petekia, ekimosis, hematoma
3) Epiktasis, hematemesis, melena dan hematurja
4) Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare,konstipasi
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
6) Sakit kelapa
7) Pembengkakan sekitar mata
8) Pembesaran hati, limfe dan kelenjar getah bening
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
5. Penatalaksanaan
1) DHF Tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th dan
pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF Dengan Renjatan
- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20–
30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
6. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
8. Resiko Perdarahan
Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
Catat banyak, warna dari perdarahan
Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
9. Peningkatan suhu tubuh
Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
Beri minum banyak
Berikan kompres
7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF adalah :
1) Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi.
(1) Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) IgG dengue positif (dengue blood)
2) Trombositipenia
3) Hemoglobin meningkat >20%
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hipokalemia
6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
8) Waktu perdarahan memanjang
9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-
40mmHg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga
terkena DHF adalah:
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (N test)
4) IgM Elisa (Mac. Elisa)
5) IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test
(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua
bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml.
4. Pemeriksaan radiology
1) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
2) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.
2. Diagnosa
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditantai dengan
peningkatan suhu tubuh yang mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke- 7 dan anak semakin lemah, kulit terlihat kemerahan, adanya bintik – bintik
merah (Ptchiae) , turgor kulit kering, mukosa bibir kering, pasien lemah,
pasien pucat, kulit teraba hangat, timbulnya keringat dingin , Trombosit
menurun, ttv lemah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditantai dengan
pembesaran hati (hepatomegali), nyeri ulu hati, adanya nyeri otot, sendi dan
tulang.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan pasien tampak lemah,
mukosa bibir kering, pasien mengalami penurunan berat badan, mengalami
mual, muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, nyeri saat menelan
sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditantai dengan
pasien tampak lemah, turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, adanya
sianosis, akral dingin, biasanya terjadi perdarahan pada gusi dan rongga mulut,
telinga, hidung.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan energy dalam tubuh berkurang
3. Rencana Tindakan
DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Hipertermia 1. Identifikasi penyebab
Setelah dilakukan
berhubungan dengan hipertermia pada pasien
tindakan keperawatan
proses infeksi virus 2. Monitor suhu tubuh pasien
selama ...x 24 jam
dengue 3. Sediakan lingkungan yang
diharapkan suhu
dingin untuk pasien
tubuh pasien kembali
4. Longgarkan atau lepaskan
normal dengan kiteria
hasil : pakaian pasien
5. Basahi dan kipasi
1. Suhu tubuh pasien
permukaan tubuh pasien
kembali normal
( missal: kompres dingin
dengan rentang
pada leher, dada, abdomen,
0 0
( 36 C -37,5 C) aksila)
2. Warna Kulit 6. Kolaborasi pemberian
pasien kembali cairan & elektrolit
normal intravena, jika perlu
6. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(misal: terapi pijat,
kompres hangat / dingin)
8. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(missal: pereda nyeri,
antlemetik) jika perlu
5. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih (missal:
bangun dari tempat
tidur)
6. Kolaborasi dengan
keluarga dan perawat
untuk membantu pasien
latihan bangun dari
tempat tidur
4. Implementasi
(Implementasi terlampir pada asuhan keperawatan)
5. Evaluasi
No dx Evaluasi hasil
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T
DENGAN DIAGNOSA DENGUE HAEMORRHAGIC FAVER (DHF)
DI RUANG ABIMANYU
RSUP SANGLAH
TANGGAL 2-5 DESEMBER 2020
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. T
No Rekam Medis 22071620
Tempat/ tanggal lahir : Denpasar,1 Desember
2016 Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Indonesia
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Indonesia
Agama : Hindu
Nama Ayah/ Ibu/ wali : Ny. M
Pendidikan ayah/ibu/wali : SMA
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Ibu Rumah Tangga
Alamat/ no telp : Denpasar/ 14045
Diagnosa medis : Dengue Haemorrhagic Faver (DHF)
Tanggal MRS : 3 Desember 2020
Postnatal
• Usaha nafas : Dengan bantuan (tidak)
Tanpa bantuan (iya)
• Kebutuhan resusitasi : baik
• Apgar skor : 10
• Bayi langsung menangis : iya
• Tangisan bayi :kuat
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir : injeksi Vitamin K, salep mata
• Trauma lahir : Ada ( ) Tidak (√ )
• Narkosis : Ada ( ) Tidak (√ )
• Keluarnya urin/ BAB : Ada (√ ) Tidak ( )
• Respon fisiologis atau prilaku yang bermakna : bayi langsung menangis
sesaat setelah dilahirkan.
c. Penyakit yang pernah diderita : demam, batuk dan pilek
d. Hospitalisasi : anak belum pernah menjalani hospitalisasi
e. Operasi : anak belum pernah menjalani operasi
f. Injuri/ kecelakaan : anak belum pernah mengalami kecelakaan
g. Alergi : anak tidak memiliki alergi terhadap
makanan, minuman, ataupun obat
h. Imunisasi : lengkap
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang selama
pertumbuhannya tetapi mengalami penurunan berat badan dari 25kg menjadi 23kg.
VI. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DDST II dan lampirkan)
a. Sosial :An.T sudah bisa gosok gigi tanpa bantuan tetapi masih didampingi orangtua
b. Motorik halus : An.T sudah bisa memilih garis yang lebih panjang, menggambar orang, dan
menggoyangkan ibu jari
c. Bahasa : An. T sudah mampu mengetahui 3 kata sifat, menyebutkan warna yang
ditunjuk, dan mengartikan 5 kata
d. Motorik kasar : An. T sudah bisa berdiri dengan satu kaki selama 4 detik, berdiri dengan satu
kaki selama 3 detik, dan sudah bisa melompat dengan 1 kaki
b. Lingkungan rumah :
Lingkungan rumah pasien bersih, sanitasi adekuat, terdapat pepohonan rindang di area
belakang rumah.
c. Penyakit keluarga :
Keterangan
Laki-Laki
Perempuan
Garis Pernikahan
Garis Keturunan
Tinggal 1 Rumah
Pasien
c. Aktifitas
Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anaknya aktif beraktifitas, bersekolah dan
bermain.
Saat sakit, ibu pasien mengatakan anaknya lebih banyak tidur dan lemas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergatung total
Saat Sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien tidur siang 2 jam, sedangkan pada malam hari pasien
tidur dari pukul 22.00 – 05.00 wita atau sama dengan 7 jam dan terkadang terbangun
ketika pasien ingin buang air kecil
e. Eliminas
i BAB
Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan biasanya pasien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan, tidak ada darah, tidak ada lendir.
Saat sakit
Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, tidak ada darah, tidak ada lendir.
BAK
Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan biasanya pasien BAK 3-4 kali sehari atau sama dengan 500
cc/ 24 jam, warna urine kuning jernih, dengan pancaran kuat, tidak ada darah, tidak
ada rasa nyeri.
Saat Sakit
Ibu pasien mengatakan pasien biasanya BAK 5 kali atau sama dengan 650 cc/24 jam
dengan warna kuning, tidak ada rasa nyeri saat berkemih.
f. Pola hubungan
Ibu pasien mengatakan pola peran hubungan anaknya dengan anggota keluarga inti,
saudara dan anggota keluarga lainnya, teman sebaya dan teman diluar rumah berjalan
baik, ibu pasien mengatakan An. T merupakan tipekel anak yang ramah dan ceria.
g. Koping
Ibu pasie mengatakan berusaha tampak tegar dan selalu memberikan semangat pada
anaknya agar kuat selama menjalani pengobatan dan mengikuti setiap prsedur. An. T
meski menjalani perawatan namun sudah tampak mulai menyesuikan dengan
lingkungan sekitar, An. T sangat kooperatif dalam setiap prosedur yang dilakukan.
h. Kognitif dan persepsi
Seluruh panca indra An. T berfungsi dengan baik tampak adanya hambatan atau
gangguan.
i. Konsep diri
Citra Tubuh
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan pada structur tubuhnya,
dan tidak memiliki riwayat pembedahan terkait perubahan structur tubuh, ibu
pasien mengatakan anaknya sangat menyukai bagian kakinya karena digunakan
untuk bermain bola dan berlari bersama teman-temannya.
Ideal Diri
Ibu pasien berharap anaknya bisa cepat sembuh dan kembali ke sekolah dan
bermain dengan teman-temannya seperti sebelumnya.
Harga Diri
An. T mengatakan tidak malu meski menjalani perawatan karena disini banyak
menemukan teman-teman baru.
Identitas Diri
An. T merupakan pertama dari pasangan suami istri ini.
Peran Diri
An. T memiliki peran sebagai seorang anak tunggal dan belum dilibatkan dalam
peran-peran penting di dalam keluarga dikarena usia yang masih muda.
j. Seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan dan pasien belum mengalami menstruasi.
k. Nilai
An. T mengikuti kepercayaan atau agama orang tuanya yaitu agam hindu, dan dalam
keseharian An. T sudah mampu menerapkan keyakinan secara mandiri setelah
sebelumnya dalam bimbingan orang tua.
b. Kulit
Inspeksi : kulit terlihat kemerahan dan adanya bintik – bintik merah (Ptchiae) di area
lengan.
Palpasi : tidak teraba adanya edema, turgor kulit tidak elastis, kulit teraba hangat, tidak
ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
c. Kepala
Inspeksi : distribusi rambut merata, warna rambut hitam merata, tidak tampak adanya
ketombe, atau rambut rontok, tidak adanya lesi, pada area wajah pasien
tampak berkeringat.
Palpasi : tidak teraba adanya nodul, tidak adanya rambut rontok, tidak teraba celah
pada area sutura, tidak adanya nyeri tekan ataupun lessi.
d. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, sklera putih, reflek pupil baik, konjungtiva an
anemis. Palpasi : Refleksi otot mata baik.
e. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak adanya kelainan pada area kartilago, tidak
tampak adanya serumen, tidak adanya othematoma, tidak adanya kelainan
bentuk seperti microta atau protruding.
Palpasi : aurikula paten, tidak teraba adanya nodul, tidak ada lessi atau edema pada
area telinga, tidak adanya nyeri tekan.
f. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak adanya septum defect, terlihat adanya rambut
haus pada area dalam hidung, hidung mancung, tidak tampak adanya lesi
atau nodul yang tampak, adanya keluaran cairan darah.
Palpasi : sinus teraba paten, tidak teraba adanya nodul, lessi atau nyeri tekan.
g. Mulut
Inspeksi : bentuk bibir simetris atas dan bawah, mukosa bibir tampak kering, adanya
stomatitis, tidak adanya labiosisis, palatosisis, ataupun genatosisis, struktur
gigi : gigi susu dan sudah lengkap, tidak adanya pendarahan pada area
labio atau gusi.
h. Leher
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada bentuk leher, tidak tampak adanya pembesaran
vena jugularis, pigmentasi merata, tidak adanya nodul yang tampak atau
lessi, pada area leher pasien tampak berkeringat.
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak adanya nyeri tekan,
nadi carotis teraba kuat reguller, tidak teraba adanya nodul.
i. Dada
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, dada kanan dan kiri tampak simetris, tidak
ada lesi, tidak ada cekungan dan penggembungan.
Palpasi : Iktus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra ICS 5.
Perkusi : Suara perkusi jantung Dulness.
Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 tunggal reguler, tidak terdaopat suara tambahan.
Paru-Paru
Inspeksi : Perkembangan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak
terdapat adanya kelainan bentuk pada dada.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, teraba adanya ictus
cordis Perkusi : suara perkusi paru sonor
Auskultasi : suara asuskultasi paru Vesikuler
j. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat adanya lesi, tidak tampak adanya asites, umbilikal
mendelep.
Auskultasi : terdengar suara bising usus 12x /
menit Perkusi : terdengar suara timpani.
Palpasi : tidak teraba adanya distensi.
k. Genetalia
Tidak terkaji.
l. Ekstrimitas
Atas : Bentuk kedua tangan simetris, tidak terdapat lesi, tidak teraba adanya edema,
akral teraba hangat, tangan kanan terpasang infus, CRT kurang dari 3 detik.
Bawah : Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, akral hangat, refleks patella positif, tidak
terdapat varises.
Viremia
DO :
Saat pengkajian didapat hasil Merangsang hipotalamus
pengukuran: anterior
menjadi 23 kg,
Peningkatan permeabilitas
N:100x/menit dinding pembuluh darah
S : 38,6° C
Kebocoran plasma
Perdarahan
ektraseluler
Hipovolemik
XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses terjadinya penyakit ditandai dengan pasien
mengalami demam sejak 4 hari yang lalu, hasil pengukuran suhu pasien 38,6°C, kulit
terlihat kemerahan, adanya bintik – bintik merah (Ptchiae) di area lengan pasien, turgor
kulit pasien tidak elastis, mukosa bibir pasien tampak kering, pasien tampak lemah, pasien
tampak pucat, kulit teraba hangat, di area wajah dan leher pasien tampak berkeringat,
Trombosit : 80.000 / mm3 (170.000- 380.000/mm3), N : 100 x/menit.
2. Hipovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai dengan Ibu pasien
mengatakan anaknya baru mau minum 2 gelas air berkisar 400 ml, pasien tampak lemah,
turgor kulit pasien tidak elastis, mukosa bibir pasien tampak kering, berat badan pasien
mengalami penurunan dari 25 kg menjadi 23 kg, N : 100x/menit, S : 38,6° C,
XIV. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Nama/
Kep TTD
1 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu dan tanda – tanda
keperawatan selama 3 x 24 jam vital lainnya, serta monitor warna
diharapkan hipertermi yang kulit pasien.
dialami pasien dapat teratasi. 2. Monitor asupan dan keluaran,
Dengan kriteria hasil: sadari perubahan kehilangan cairan
1. Suhu tubuh pasien kembali yang tidak dirasakan.
normal (36,5°C – 37,5°C) 3. Berikan kompres dingin (daerah
2. Tidak terjadi kemerahan axilan & lipatan paha)
pada kulit pasien 4. Mencatat asupan dan keluaran
3. Pasien mengetahui tentang pasien.
penyebab demamnya. 5. Anjurkan pasien untuk banyak
4. Tubuh pasien tidak teraba minum.
panas. 6. Memberikan penjelasan tentang
5. Bibir pasien tampak lembab penyebab deman atau peningkatan
kembali. suhu.
7. Anjurkan pasien untuk tidak
memakai selimut dan pakaian
tebal.
8. Kolaborasikan dengan dokter terkait
pemberian cairan intravena atau
obat paracetamol 500 cc
08.30
2. Ds : pasien tampak lemas
wita Memonitor membran mukosa,
turgor kulit, dan respon haus Do : pasien tampak lemah,
membrane mukosa pucat,
turgor kulit tidak elastic,
pasien selalu merasa haus
Memberikan penjelasan tentang
09.00 1 Ds : pasien dan keluarga
penyebab deman atau peningkatan memahami penjelasan
wita
suhu. yang telah diberikan
oleh perawat.
Do : pasien tampak sudah
mengerti dan
memahami informasi
yang telah diberikan
oleh perawat tentang
penyakitnya.
2
14.10 Memonitor kadar hematokrit dan Ds : -
wita urine output pasien. Do : urine output sebanyak
600 ml
14.30
Memonitor asupan dan keluaran, Ds : paisen mengatakan
wita
2 minum 8 gelas dan
sadari perubahan kehilangan cairan
BAK sebanyak 5 kali
yang tidak dirasakan.
Do : pengluaran pasien
seimbang dengan
pemasukan cairan yang
diberikan
Ds : pasien mengatakan
18.00 sudah banyak minum
1 Menganjurkan pasien untuk banyak Do : pasien tampak mampu
wita
minum. minum 8 gelas atau
sama dengan 1000 cc
Ds : pasien mengatakan
19.00 Memonitor tanda – tanda vital lemas
wita 2 Do : hasil TTV pasien
pasien. : TD : 100/ 70 mmhg
Nadi : 100 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38,6o C
Ds : -
20.00
2 Do : pasien tampak lemah,
wita Mendelegasikan pemberian terapi
mukosa bibir kering,
cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai dan turgor kulit tidak
indikasi. elastic
2
21.00
wita
21.30
wita
Mendelegasikan pemberian terapi Ds : -
22.00 2
wita cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai Do : pasien tampak lemah,
mukosa bibir kering,
indikasi. dan turgor kulit tidak
elastic
Ds : pasien mengatakan
Menganjurkan pasien untuk banyak sudah minum 8 gelas
09.30
air
wita 1 minum.
Do : pasien tampak banyak
minum air yaitu 8 gelas
air atau sama dengan
1000 cc
14.00 Mendelegasikan pemberian cairan Ds : pasien mengatakan
wita intravena atau obat paracetamol 500 badannya amsih panas
Do : suhu tubuh pasien
cc 38,5oC pasien tampak
masih panas
Ds : paisen mengatakan
minum 8 gelas dan
19.00 Menganjurkan pasien untuk tidak BAK sebanyak 5 kali
wita
1 memakai selimut dan pakaian tebal. Do : pengluaran pasien
seimbang dengan
pemasukan cairan yang
diberikan
Ds : pasien mengatakan
mengerti dan
mendengarkan intruksi
dari perawat
Do : pasien tampak
mengerti dan
melakukan intruksi
yang diberitahu oleh
perawat
20.00 2 Ds : pasien mengatakan
wita Memonitor membran mukosa, turgor masih masih sering
kulit, dan respon haus haus
Do : pasien tampak masih
lemas, mukosa bibir
kering masih sedikit
kering, turgor kulit
tidak elastic
21.00
2 Menganjurkan pasien untuk banyak
wita Ds : pasien mengatakan
minum. sudah banyak minum
Do : pasien tampak mampu
minum 8 gelas atau
sama dengan 1000 cc
Ds : pasien mengatakan
14.10 Mendelegasikan pemberian cairan badannya sudah terasa
1
wita intravena atau obat paracetamol lebih baik
500 cc Do : suhu tubuh pasien
37,5oC , adanya
penurunan suhu tubuh
15.00 1
Memberikan kompres dingin (daerah Ds : pasien mengatakan
wita
axilan & lipatan paha) badannya sudah lebih
baik
Do : pasien tampak lebih
baik suhu tubuh pasien
37, 5 oC
16.00 Memonitor kadar hematokrit dan Ds : -
wita urine output pasien. Do : hasil kadar hematokrit
2 yaitu 40 %
19.00
1 Menganjurkan pasien untuk tidak Ds : pasien mengatakan
wita mengerti dan
memakai selimut dan pakaian tebal. mendengarkan intruksi
dari perawat
Do : pasien tampak
mengerti dan
melakukan intruksi
yang diberitahu oleh
perawat
20.00
wita Memonitor membran mukosa, Ds : pasien mengatakan
2 turgor kulit, dan respon haus sering minum
Do : pasien tampak lebih
baik, membrane
mukosa pasien lembab,
turgor kulit elastic
21.00
2 Menganjurkan pasien untuk banyak Ds : pasien mengatakan
wita
minum. sudah banyak minum
Do : pasien tampak mampu
minum 8 gelas atau
sama dengan 1000 cc
22.40 1
wita Memberikan kompres dingin Ds : pasien mengatakan
(daerah axilan & lipatan paha) keadaannya sudah
membaik
Do : pasien tampak tidak
panas lagi dengan suhu
tubuh 37 oC
XVII. EVALUASI
No Hari/Tanggal/Jam NO Evaluasi hasil Nama/Paraf
DX
1 5 Desember 2020 1 S : ibu pasien mengatakan anaknya
09.00 wita sudah tidak panas lagi.
O : suhu tubuh pasien 37oC, kulit
sudah tidak terlihat kemerahan,
bintik – bintik merah (Ptchiae)
di area tangan pasien sudah
berkurang, turgor kulit pasien
elastis, mukosa bibir pasien
tampak lembab
N : 100 x/menit
A : masalah teratasi
N : 100x/menit
S : 37° C
RR : 24 x/ mnt
TD : 100/ 80 mmhg
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien