Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGUE

HEMORAGIC FEVER
(DHF)

Oleh :

DEDY AGASTINA GATSU


209012483

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM

PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR
2020
Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif &
Hardhi, 2015).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,
2015).

2. Etiologi

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam


berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk
yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang
menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah
setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi
demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari
negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki
antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et
al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).

3. Patofisiologi
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes
aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah
adanya kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi
system komplemen. Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a &
C5a,dua peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine & suatu
merupakan mediator yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya
permeabilitas dari dinding pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui
endotel dinding tersebut. Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yg amat sangat berbeda akan terlihat, apabila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan type virus dengue yg lainnya.
Dan DHF dapat terjadi apabila seorang yg telah terinfeksi pertama kali, mendapat
infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini bisa menyebabkan
adanya suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan adanya
konsentrasi yg kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yg tinggi .
Hal pertama yg akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yg
menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa mual,
nyeri otot, dan merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan kelainan yg
mungkin saja muncul pada system retikuloendotelial seperti adanya pembesaran
pada kelenjar-kelenjar getah bening, hati & limpa. Ruam pada DHF disebabkan
lantara adanya kongesti pembuluh darah dibawah kulit bisa pembesaran hati
(Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa (Splenomegali).Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya volume plasma, sehingga
terjadi hipotensi, dan hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta efusi juga
adanya renjatan (syok).
PATHWAY

Nyamuk mengandung virus dengue

Menggigit manusia

Virus masuk
aliran darah

Mekanisme tubuh Merangsang


untuk melawan hipotalamus
Viremia
virus anterior

Komplemen antigen
Peningkatan asam andibodi meningkat Suhu tubuh meningkat
lambung
Pelepasan peptida

Pembebasan histamin
Mual, Hipertermia
muntah

Defisit Nutrisi
Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Plasma banyak
mengumpul pada
Hb turun Kebocoran plasma jaringan interstisial tubuh
Perdarahan ektraseluler
Nutrisi dan O2 ke Odema
jaringan menurun
Hipovolemik
Menekan
Tubuh lemas syaraf C

Energy berkurang
Nyeri Akut
Intoleransi
aktivitas
4. Manifestasi Klinis
1) Suhu tubuh meningkat tiba-tiba / demam tinggi selama 2-7 hari
2) Terjadi perarahan di bawah kulit seperti petekia, ekimosis, hematoma
3) Epiktasis, hematemesis, melena dan hematurja
4) Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare,konstipasi
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
6) Sakit kelapa
7) Pembengkakan sekitar mata
8) Pembesaran hati, limfe dan kelenjar getah bening
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)

5. Penatalaksanaan
1) DHF Tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th dan
pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF Dengan Renjatan
- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20–
30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

6. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
8. Resiko Perdarahan
 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
 Catat banyak, warna dari perdarahan
 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
9. Peningkatan suhu tubuh
 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
 Beri minum banyak
 Berikan kompres

7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF adalah :
1) Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.

4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.

8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi.
(1) Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) IgG dengue positif (dengue blood)
2) Trombositipenia
3) Hemoglobin meningkat >20%
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hipokalemia
6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
8) Waktu perdarahan memanjang
9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-
40mmHg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga
terkena DHF adalah:
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (N test)
4) IgM Elisa (Mac. Elisa)
5) IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test
(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua
bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml.
4. Pemeriksaan radiology
1) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
2) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
(Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah
Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah
Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah
Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu
makan berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah
Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.

m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, danperkusi


dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau
(grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalahsebgai
berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
( pada Grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditantai dengan
peningkatan suhu tubuh yang mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke- 7 dan anak semakin lemah, kulit terlihat kemerahan, adanya bintik – bintik
merah (Ptchiae) , turgor kulit kering, mukosa bibir kering, pasien lemah,
pasien pucat, kulit teraba hangat, timbulnya keringat dingin , Trombosit
menurun, ttv lemah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditantai dengan
pembesaran hati (hepatomegali), nyeri ulu hati, adanya nyeri otot, sendi dan
tulang.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan pasien tampak lemah,
mukosa bibir kering, pasien mengalami penurunan berat badan, mengalami
mual, muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, nyeri saat menelan
sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditantai dengan
pasien tampak lemah, turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, adanya
sianosis, akral dingin, biasanya terjadi perdarahan pada gusi dan rongga mulut,
telinga, hidung.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan energy dalam tubuh berkurang

3. Rencana Tindakan

DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Hipertermia 1. Identifikasi penyebab
Setelah dilakukan
berhubungan dengan hipertermia pada pasien
tindakan keperawatan
proses infeksi virus 2. Monitor suhu tubuh pasien
selama ...x 24 jam
dengue 3. Sediakan lingkungan yang
diharapkan suhu
dingin untuk pasien
tubuh pasien kembali
4. Longgarkan atau lepaskan
normal dengan kiteria
hasil : pakaian pasien
5. Basahi dan kipasi
1. Suhu tubuh pasien
permukaan tubuh pasien
kembali normal
( missal: kompres dingin
dengan rentang
pada leher, dada, abdomen,
0 0
( 36 C -37,5 C) aksila)
2. Warna Kulit 6. Kolaborasi pemberian
pasien kembali cairan & elektrolit
normal intravena, jika perlu

2. Nyeri akut 1. Identifikasi lokasi,


Setelah dilakukan
berhubungan karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas,
dengan agen cedera selama ...x 24 jam intensitas nyeri
biologis
diharapkan nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
pasien dapat teratasi
dengan kiteria hasil : 3. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
1. Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri
dapat teratasi (missal: terapi pijat,
kompres hangat / dingin)
2. Ekspresi wajah
4. Fasilitasi istirahat dan
Pasien tidak
tidur
meringis
5. Pertimbangkan jenis dan
3. Pasien tidak sumber nyeri dalam
merasa gelisah pemilihan strategi
meredakan nyeri

6. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri

7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

8. Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat

9. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(misal: terapi pijat,
kompres hangat / dingin)

10. Kolaborasi pemberian


analgetic, jika perlu

3. Ketidakseimbangan 1. Identifikasi status nutrisi


Setelah dilakukan
nutrisi kurang dari pasien
tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh
selama ...x 24 jam 2. Monitor asupan makanan
berhubungan
diharapkan defisit
dengan intake 3. Monitor berat badan
nutrisi dapat terpenuhi
nutrisi yang tidak pasien
dengan kiteria hasil :
adekuat
4. Lakukan oral hygiene
1. Mampu
sebelum makan , jika
menghabiskan
porsi makanan perlu

2. Tidak ada 5. Berikan makanan yang


penurunan berat tinggi serat untuk
badan mencegah terjadinya
konstipasi
3. Berat badan ideal
sesuai dengan 6. Fasilitasi untuk
tinggi badan menentukan pedoman diet

4. Menunjukan ( missal: piramida

peningkatan fungsi makanan )

pengecap dari 7. Ajarkan pasien diet yang


menelan diprogramkan (missal :
Diet makan lunak)

8. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(missal: pereda nyeri,
antlemetik) jika perlu

4. Hipovolemia Setelah dilakukan 1. Monitor intake output


berhubungan tindakan keperawatan cairan pasien
dengan kekurangan selama ...x 24 jam
2. Hitung kebutuhan cairan
intake cairan diharapkan cairan tubuh pasien
pasien dapat terpenuhi
3. Berikan asupan cairan
dengan kiteria hasil :
oral
1. Mempertahankan
output urin sesuai 4. Anjurkan memperbanyak
dengan usia dan BB asupan cairan oral
pasien ( missal : air putih )
2. Tidak ada tanda- tanda
5. Kolaborasi pemberian
dehidrasi , elastis
cairan IV isotonis
turgor kulit baik
3. Membrane mukosa ( missal : NaCL, TL)
lembab
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi defisit tingkat
berhubungan tindakan keperawatan aktivitas (missal: bangun
dengan energy selama ...x 24 jam dari tempat tidur )
dalam tubuh diharapkan energy dalam
2. Libatkan kluarga dalam
berkurang tubuh pasien dapat
aktivitas ,jika perlu
teratasi dengan kiteria
hasil : 3. Fasilitasi focus pada
1. Keluhan lelah pasien kemampuan ( missal:
bisa kembali normal bangun dari tempat
2. Pasien mampu tidur ) , bukan deposit
bangun dari tempat yang dialami
tidur
4. Jelaskan metode dalam
aktivitas sehari-hari,jika
perlu

5. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih (missal:
bangun dari tempat
tidur)

6. Kolaborasi dengan
keluarga dan perawat
untuk membantu pasien
latihan bangun dari
tempat tidur

4. Implementasi
(Implementasi terlampir pada asuhan keperawatan)

5. Evaluasi
No dx Evaluasi hasil

1. Diagnosa hipertermi evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :

1. Suhu tubuh pasien kembali normal dengan rentang ( 360C -37,50C)

2. Warna Kulit pasien kembali normal

2. Diagnosa nyeri akut evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :

1. Keluhan nyeri dapat teratasi

2. Ekspresi wajah Pasien tidak meringis

3. Pasien tidak merasa gelisah

3. Diagnosa defisit nutrisi evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :

1. Mampu menghabiskan porsi makan

2. Tidak ada penurunan berat badan

3. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

4. Menunjukan peningkatan fungsi pengecap dari menelan


1. Diagnosa hipovolemia evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil :
1. Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan BB pasien
2. Tidak ada tanda- tanda dehidrasi , elastis turgor kulit baik
3. Membrane mukosa lembab
5. Diagnosa intoleransi aktivitas evaluasi yang di harapkan memenuhi kriteria hasil
:
1. Keluhan lelah pasien bisa kembali normal
2. Pasien mampu bangun dari tempat tidur
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Prasetyono, D.S. (2013). Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit. Jogjakarta:
FlashBooks.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T
DENGAN DIAGNOSA DENGUE HAEMORRHAGIC FAVER (DHF)
DI RUANG ABIMANYU
RSUP SANGLAH
TANGGAL 2-5 DESEMBER 2020

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. T
No Rekam Medis 22071620
Tempat/ tanggal lahir : Denpasar,1 Desember
2016 Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Indonesia
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Indonesia

Agama : Hindu
Nama Ayah/ Ibu/ wali : Ny. M
Pendidikan ayah/ibu/wali : SMA
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Ibu Rumah Tangga
Alamat/ no telp : Denpasar/ 14045
Diagnosa medis : Dengue Haemorrhagic Faver (DHF)
Tanggal MRS : 3 Desember 2020

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan anaknya Panas sejak 4 hari yang lalu

III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Ibu pasien mengatakan anaknya panas sejak 4 hari yang lalu, tidak mampu makan, terdapat bintik-
bintik kemerahan pada lengan, dan mengeluh pusing. Ibu pasien mengatakan mimisan 1x dan
muntah 2x saat dirumah

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : (tidak)
Ibu minum minuman keras : (tidak)
b. Intra dan post natal
Intranatal
• Lama persalinan : 2 jam
• Saat persalinan : matur
• Komplikasi persalinan : tidak ada komplikasi dalam persalinan
• Terapi yang diberikan : Injeksi Oksitosin 2 ampul
• Cara melahirkan : Pervaginam normal (√)
Dengan vakum ekstraksi (tidak)
Operasi caesar (tidak)

• Tempat melahirkan : Rumah Sakit (√ )


Rumah Bersalin (tidak)
Rumah (tidak)

Postnatal
• Usaha nafas : Dengan bantuan (tidak)
Tanpa bantuan (iya)
• Kebutuhan resusitasi : baik
• Apgar skor : 10
• Bayi langsung menangis : iya
• Tangisan bayi :kuat
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir : injeksi Vitamin K, salep mata
• Trauma lahir : Ada ( ) Tidak (√ )
• Narkosis : Ada ( ) Tidak (√ )
• Keluarnya urin/ BAB : Ada (√ ) Tidak ( )
• Respon fisiologis atau prilaku yang bermakna : bayi langsung menangis
sesaat setelah dilahirkan.
c. Penyakit yang pernah diderita : demam, batuk dan pilek
d. Hospitalisasi : anak belum pernah menjalani hospitalisasi
e. Operasi : anak belum pernah menjalani operasi
f. Injuri/ kecelakaan : anak belum pernah mengalami kecelakaan
g. Alergi : anak tidak memiliki alergi terhadap
makanan, minuman, ataupun obat
h. Imunisasi : lengkap

V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang selama
pertumbuhannya tetapi mengalami penurunan berat badan dari 25kg menjadi 23kg.
VI. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DDST II dan lampirkan)
a. Sosial :An.T sudah bisa gosok gigi tanpa bantuan tetapi masih didampingi orangtua
b. Motorik halus : An.T sudah bisa memilih garis yang lebih panjang, menggambar orang, dan
menggoyangkan ibu jari
c. Bahasa : An. T sudah mampu mengetahui 3 kata sifat, menyebutkan warna yang
ditunjuk, dan mengartikan 5 kata
d. Motorik kasar : An. T sudah bisa berdiri dengan satu kaki selama 4 detik, berdiri dengan satu
kaki selama 3 detik, dan sudah bisa melompat dengan 1 kaki

VII. RIWAYAT SOSIAL


a. Pengasuh : anak diasuh oleh kedua orang tuanya.
b. Pembawaan secara umum : anak tampak murah senyum dan ramah.
c. Hubungan dengan anggota keluarga : anak merupakan anak pertama, hubungan
anak terjalin baik dengan keluarga
d. Hubungan dengan teman sebaya : terjalin dengan baik

VIII. RIWAYAT KELUARGA


a. Sosial ekonomi :

Keluarga merupakan tergolong keluarga yang mampu

b. Lingkungan rumah :

Lingkungan rumah pasien bersih, sanitasi adekuat, terdapat pepohonan rindang di area
belakang rumah.
c. Penyakit keluarga :

Ibu pasien mengatakan, tidak ada penyakit keluarga.


Genogram

Keterangan

Laki-Laki

Perempuan

Garis Pernikahan

Garis Keturunan

Tinggal 1 Rumah

Pasien

IX. POLA KESEHATAN


a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Ibu pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit An. T hanya menjalani
perawatan di rumah saja yaitu beristirahat dan diberikan penurun panas serta
dikompres yang tersedia di rumah. Dikarenakan kondisinya yang tak kunjung
membaik pasien langsung dilarikan ke Rumah Sakit Sanglah. Ibu pasien mengatakan
sehat menurutnya dimana saat melihat anaknya dapat bermain, belajar, bersosialisasi
dengan teman sebayanya tanpa adanya hambatan atau kesulitan dan dapat dengan
ceria. Sedangkan sakit menurut ibu pasien dimana saat anaknya menjadi pribadi yag
pendiam tidak nafsu makan dan hanya berbaring diatas tempat tidur.

b. Nutrisi (makanan dan cairan)


 Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya biasa makan 3x sehari dengan porsi lengkap nasi,
lauk dan sayur, An. D mampu menghabiskan porsi penuh seluruh makannya (400
mg) dan biasa minum ± 8 gelas perhari (900 ml) perharinya. Hasil dari analisa
status nutrisi:
A: BB : 25 kg, TB: 126 cm ; LK: 50 cm, LD: 50cm, LL: 15 cm, LP: 50 cm, IMT :
15,74 (Normal).
B: Ibu pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan anaknya terkait dengan
status nutrisi
C: Keadaan klinis baik, ceria, raut wajah segar, dapat bermain dan bersosialisasi
baik dengan baik dan dengan teman sebaya dilingkungan sekitarnya
D: Ibu pasien mengatakan tidak pernah menganjurkan anaknya untuk menjalani
diet apapun
E: Keadaan lingkunga bersih, sanitasi adekuat, terdapat pepohonan rindang di
belakang rumah.
 Saat sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan sejak 4 hari kemarin, disertai
mual dan sempat muntah 2x sejak kemarin pagi berkisar 600 cc, saat diberikan
makan hanya mampu menghabiskan ½ (200 mg) porsi makannya, pasien baru mau
minum 2 gelas air berkisar 400 ml. Hasil dari analisa status nutrisi :
A: BB: 23 kg, TB: 126 cm, LK: 50 cm, LD: 50 cm, LL: 20 cm, LP: 65 cm, IMT :
13,95
B: Hasil dari laboratorium menunjukan hasil: Trombosit= 80.000
C: Pasien tampak lemah, mukosa bibir kering, pasien tampak pucat, disertai adanya
mual muntah.
D: Pasien mendapatkan diet bubur
E: Lingkungan bersih, sanitasi dan ventilasi adekuat tidak disertai adanya bau-bau yag
menyengat.

c. Aktifitas
 Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anaknya aktif beraktifitas, bersekolah dan
bermain.
 Saat sakit, ibu pasien mengatakan anaknya lebih banyak tidur dan lemas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergatung total

d. Tidur dan istirahat


Sebelum Sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien tidur siang 1 jam, sedangkan pada malam hari pasien
tidur dari pukul 22.00 – 05.00 wita atau sama dengan 7 jam dan terkadang terbangun
ketika pasien ingin buang air kecil

Saat Sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien tidur siang 2 jam, sedangkan pada malam hari pasien
tidur dari pukul 22.00 – 05.00 wita atau sama dengan 7 jam dan terkadang terbangun
ketika pasien ingin buang air kecil
e. Eliminas
i BAB
 Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan biasanya pasien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan, tidak ada darah, tidak ada lendir.
 Saat sakit
Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, tidak ada darah, tidak ada lendir.

BAK
 Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan biasanya pasien BAK 3-4 kali sehari atau sama dengan 500
cc/ 24 jam, warna urine kuning jernih, dengan pancaran kuat, tidak ada darah, tidak
ada rasa nyeri.
 Saat Sakit
Ibu pasien mengatakan pasien biasanya BAK 5 kali atau sama dengan 650 cc/24 jam
dengan warna kuning, tidak ada rasa nyeri saat berkemih.

f. Pola hubungan
Ibu pasien mengatakan pola peran hubungan anaknya dengan anggota keluarga inti,
saudara dan anggota keluarga lainnya, teman sebaya dan teman diluar rumah berjalan
baik, ibu pasien mengatakan An. T merupakan tipekel anak yang ramah dan ceria.

g. Koping
Ibu pasie mengatakan berusaha tampak tegar dan selalu memberikan semangat pada
anaknya agar kuat selama menjalani pengobatan dan mengikuti setiap prsedur. An. T
meski menjalani perawatan namun sudah tampak mulai menyesuikan dengan
lingkungan sekitar, An. T sangat kooperatif dalam setiap prosedur yang dilakukan.
h. Kognitif dan persepsi
Seluruh panca indra An. T berfungsi dengan baik tampak adanya hambatan atau
gangguan.

i. Konsep diri
 Citra Tubuh
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan pada structur tubuhnya,
dan tidak memiliki riwayat pembedahan terkait perubahan structur tubuh, ibu
pasien mengatakan anaknya sangat menyukai bagian kakinya karena digunakan
untuk bermain bola dan berlari bersama teman-temannya.
 Ideal Diri
Ibu pasien berharap anaknya bisa cepat sembuh dan kembali ke sekolah dan
bermain dengan teman-temannya seperti sebelumnya.
 Harga Diri
An. T mengatakan tidak malu meski menjalani perawatan karena disini banyak
menemukan teman-teman baru.
 Identitas Diri
An. T merupakan pertama dari pasangan suami istri ini.
 Peran Diri
An. T memiliki peran sebagai seorang anak tunggal dan belum dilibatkan dalam
peran-peran penting di dalam keluarga dikarena usia yang masih muda.

j. Seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan dan pasien belum mengalami menstruasi.

k. Nilai
An. T mengikuti kepercayaan atau agama orang tuanya yaitu agam hindu, dan dalam
keseharian An. T sudah mampu menerapkan keyakinan secara mandiri setelah
sebelumnya dalam bimbingan orang tua.

X. PEMERIKSAAN FISIK (inspeksi – auskultasi)


a. Keadaan umum : pasien tampak lemah.
Tingkat kesadaran : komposmentis
TD : 90/ 55 mmhg Nadi : 100 x/menit RR : 24x/menit
BB : 22 kg TB : 126 cm Suhu badan : 38,6 o C
LLA : 20 cm LK : 50 cm LP : 52 cm

b. Kulit
Inspeksi : kulit terlihat kemerahan dan adanya bintik – bintik merah (Ptchiae) di area
lengan.
Palpasi : tidak teraba adanya edema, turgor kulit tidak elastis, kulit teraba hangat, tidak
ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
c. Kepala
Inspeksi : distribusi rambut merata, warna rambut hitam merata, tidak tampak adanya
ketombe, atau rambut rontok, tidak adanya lesi, pada area wajah pasien
tampak berkeringat.
Palpasi : tidak teraba adanya nodul, tidak adanya rambut rontok, tidak teraba celah
pada area sutura, tidak adanya nyeri tekan ataupun lessi.
d. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, sklera putih, reflek pupil baik, konjungtiva an
anemis. Palpasi : Refleksi otot mata baik.

e. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak adanya kelainan pada area kartilago, tidak
tampak adanya serumen, tidak adanya othematoma, tidak adanya kelainan
bentuk seperti microta atau protruding.
Palpasi : aurikula paten, tidak teraba adanya nodul, tidak ada lessi atau edema pada
area telinga, tidak adanya nyeri tekan.

f. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak adanya septum defect, terlihat adanya rambut
haus pada area dalam hidung, hidung mancung, tidak tampak adanya lesi
atau nodul yang tampak, adanya keluaran cairan darah.
Palpasi : sinus teraba paten, tidak teraba adanya nodul, lessi atau nyeri tekan.

g. Mulut
Inspeksi : bentuk bibir simetris atas dan bawah, mukosa bibir tampak kering, adanya
stomatitis, tidak adanya labiosisis, palatosisis, ataupun genatosisis, struktur
gigi : gigi susu dan sudah lengkap, tidak adanya pendarahan pada area
labio atau gusi.
h. Leher
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada bentuk leher, tidak tampak adanya pembesaran
vena jugularis, pigmentasi merata, tidak adanya nodul yang tampak atau
lessi, pada area leher pasien tampak berkeringat.
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak adanya nyeri tekan,
nadi carotis teraba kuat reguller, tidak teraba adanya nodul.

i. Dada
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, dada kanan dan kiri tampak simetris, tidak
ada lesi, tidak ada cekungan dan penggembungan.
Palpasi : Iktus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra ICS 5.
Perkusi : Suara perkusi jantung Dulness.
Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 tunggal reguler, tidak terdaopat suara tambahan.
Paru-Paru
Inspeksi : Perkembangan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak
terdapat adanya kelainan bentuk pada dada.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, teraba adanya ictus
cordis Perkusi : suara perkusi paru sonor
Auskultasi : suara asuskultasi paru Vesikuler

j. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat adanya lesi, tidak tampak adanya asites, umbilikal
mendelep.
Auskultasi : terdengar suara bising usus 12x /
menit Perkusi : terdengar suara timpani.
Palpasi : tidak teraba adanya distensi.

k. Genetalia
Tidak terkaji.
l. Ekstrimitas
Atas : Bentuk kedua tangan simetris, tidak terdapat lesi, tidak teraba adanya edema,
akral teraba hangat, tangan kanan terpasang infus, CRT kurang dari 3 detik.
Bawah : Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, akral hangat, refleks patella positif, tidak
terdapat varises.

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


PENUNJANG Hasil pemeriksaan didapat:

Trombosit : 80.000 / mm3 (170.000- 380.000/mm3)

XII. TERAPI YANG DIPEROLEH

No Tanggal Jenis obat Cara Indikasi & konttra


pemberian indikasi
1 02 oktober Terapi NaCl 0,9 % 1000 ml/12 Injeksi Mengganti cairan
2018 jam intravena
2 02 oktober Ranitidine 2-4 mg/kg/hari IV atau oral Mengurangi rasa
2018 mual
3 02 Oktober Paracetamol 500 cc ,1 kali/ 24 IV Menurunkan panas
2018 jam
ANALISIS DATA
DATA MASALAH/ PROBLEM PENYEBAB/ ETIOLOGI
DS : Termoregulasi tidak efektif Nyamuk mengandung virus
dengue
Ibu pasien mengatakan anaknya
mengalami demam yang naik
Menggigit manusia
turun sejak 4 hari yang lalu, suhu
tubuh anaknya mencapai 38°C –
Virus masuk aliran darah
38,5°C

Viremia
DO :
Saat pengkajian didapat hasil Merangsang hipotalamus
pengukuran: anterior

 suhu pasien 38,6°C,


Suhu tubuh meningkat
 kulit terlihat kemerahan,
adanya bintik – bintik merah Termoregulasi tidak efektif

(Ptchiae) di area lenganpasien

 turgor kulit pasien tidak


elastis, mukosa bibir pasien
tampak kering

 pasien tampak lemah, pasien


tampak pucat, kulit teraba
hangat.

 Trombosit :80.000 / mm3


(170.000- 380.000/mm3)
N : 100 x/menit
DS : Hipovolemi Nyamuk mengandung virus
dengue
Ibu pasien mengatakan anaknya
baru mau minum 2 gelas air
Menggigit manusia
berkisar 400 ml, dan anaknya
merasa mual dan sempat muntah
Virus masuk aliran darah
dari kemarin pagi 2x berkisar 600
cc, dan pasien sempat mimisan 1x
Viremia

DO : Pasien tampak lemah, turgor Komplemen antigen andibodi


meningkat
kulit pasien tidak elastis, mukosa
bibir pasien tampak kering, pasien Pelepasan peptida
tampak pucat, berat badan pasien
mengalami penurunan dari 25 kg Pembebasan histamin

menjadi 23 kg,
Peningkatan permeabilitas
N:100x/menit dinding pembuluh darah
S : 38,6° C
Kebocoran plasma

Perdarahan

ektraseluler

Hipovolemik
XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses terjadinya penyakit ditandai dengan pasien
mengalami demam sejak 4 hari yang lalu, hasil pengukuran suhu pasien 38,6°C, kulit
terlihat kemerahan, adanya bintik – bintik merah (Ptchiae) di area lengan pasien, turgor
kulit pasien tidak elastis, mukosa bibir pasien tampak kering, pasien tampak lemah, pasien
tampak pucat, kulit teraba hangat, di area wajah dan leher pasien tampak berkeringat,
Trombosit : 80.000 / mm3 (170.000- 380.000/mm3), N : 100 x/menit.
2. Hipovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai dengan Ibu pasien
mengatakan anaknya baru mau minum 2 gelas air berkisar 400 ml, pasien tampak lemah,

turgor kulit pasien tidak elastis, mukosa bibir pasien tampak kering, berat badan pasien
mengalami penurunan dari 25 kg menjadi 23 kg, N : 100x/menit, S : 38,6° C,
XIV. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Nama/
Kep TTD
1 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu dan tanda – tanda
keperawatan selama 3 x 24 jam vital lainnya, serta monitor warna
diharapkan hipertermi yang kulit pasien.
dialami pasien dapat teratasi. 2. Monitor asupan dan keluaran,
Dengan kriteria hasil: sadari perubahan kehilangan cairan
1. Suhu tubuh pasien kembali yang tidak dirasakan.
normal (36,5°C – 37,5°C) 3. Berikan kompres dingin (daerah
2. Tidak terjadi kemerahan axilan & lipatan paha)
pada kulit pasien 4. Mencatat asupan dan keluaran
3. Pasien mengetahui tentang pasien.
penyebab demamnya. 5. Anjurkan pasien untuk banyak
4. Tubuh pasien tidak teraba minum.
panas. 6. Memberikan penjelasan tentang
5. Bibir pasien tampak lembab penyebab deman atau peningkatan
kembali. suhu.
7. Anjurkan pasien untuk tidak
memakai selimut dan pakaian
tebal.
8. Kolaborasikan dengan dokter terkait
pemberian cairan intravena atau
obat paracetamol 500 cc

2 2 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda – tanda vital pasien.


keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Monitor membran mukosa, turgor
diharapkan masalah kekurangan kulit, dan respon haus.
volume cairan teratasi dengan 3. Monitor kadar hematokrit danurine
kriteria hasil : output pasien.
4. Berikan terapi cairan yang tepat
1. Mempertahankan urine output
sesuai dengan resep dokter.
sesuai dengan usia dan BB
5. Anjurkan pasien untuk banyak
normal
minum.
2. Tekanan darah, nadi, suhu
6. Kolaborasikan dengan dokter
tubuh dalam batas normal.
terkait pemberian terapi cairan Iv
3. Kadar hematokrit dalam batas
NaCL 0,9 % yang sesuai indikasi.
normal.
4. Tidak ada tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
XVI. IMPLEMENTASI
TGL No. Implementasi Evaluasi Nama/
JAM Dx TTD
3 Desember 1 Memonitor suhu dan tanda – tanda Ds : pasien mengatakan
lemas
vital lainnya, serta memonitor
2020 Do : hasil TTV pasien :
08.00 warna kulit pasien. TD : 100/ 70 mmhg
wita Nadi : 100 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38,6 o C

08.30
2. Ds : pasien tampak lemas
wita Memonitor membran mukosa,
turgor kulit, dan respon haus Do : pasien tampak lemah,
membrane mukosa pucat,
turgor kulit tidak elastic,
pasien selalu merasa haus
Memberikan penjelasan tentang
09.00 1 Ds : pasien dan keluarga
penyebab deman atau peningkatan memahami penjelasan
wita
suhu. yang telah diberikan
oleh perawat.
Do : pasien tampak sudah
mengerti dan
memahami informasi
yang telah diberikan
oleh perawat tentang
penyakitnya.

Menganjurkan pasien untuk banyak Ds : pasien mengatakan


09.30 1 sudah minum 8 gelas
minum.
wita air
Do : pasien tampak banyak
minum air yaitu 8 gelas
air atau sama dengan
1000 cc

11.00 2 Mendelegasikan pemberian terapi Ds : -


wita Do : pasien tampak lemah,
cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai mukosa bibir kering,
indikasi. dan turgor kulit tidak
elastic

12.00 2 Mendelegasikan pemberian cairan


Ds : pasien mengatakan
wita intravena atau obat paracetamol badannya amsih panas
500 cc Do : suhu tubuh
pasien 38,6oC
13.00
wita Mendelegasikan pemberian obat Ds : pasien mengatakan
1
antipiretik ranitidine 2 mg masih merasakan mual
dan masih muntah
Do : pasien tampak masih
mual dan muntah

Memberikan kompres dingin


14.00 1 Ds : pasien mengatakan
(daerah axilan & lipatan paha)
wita masih merasakan panas
Do : pasien tampak masih
panas dengan suhu
tubuh 38,6oC

2
14.10 Memonitor kadar hematokrit dan Ds : -
wita urine output pasien. Do : urine output sebanyak
600 ml

14.30
Memonitor asupan dan keluaran, Ds : paisen mengatakan
wita
2 minum 8 gelas dan
sadari perubahan kehilangan cairan
BAK sebanyak 5 kali
yang tidak dirasakan.
Do : pengluaran pasien
seimbang dengan
pemasukan cairan yang
diberikan

15.00 Menganjurkan pasien untuk tidak


wita 1 Ds : pasien mengatakan
memakai selimut dan pakaian tebal. mengerti dan
mendengarkan intruksi
dari perawat
Do : pasien tampak
mengerti dan
melakukan intruksi
yang diberitahu oleh
perawat
16.00 Memonitor membran mukosa, turgor Ds : pasien mengatakan
wita 1 kulit, dan respon haus masih masih sering haus
Do : pasien tampak lemas,
mukosa bibir kering,
turgor kulit tidak elastic

Ds : pasien mengatakan
18.00 sudah banyak minum
1 Menganjurkan pasien untuk banyak Do : pasien tampak mampu
wita
minum. minum 8 gelas atau
sama dengan 1000 cc

Ds : pasien mengatakan
19.00 Memonitor tanda – tanda vital lemas
wita 2 Do : hasil TTV pasien
pasien. : TD : 100/ 70 mmhg
Nadi : 100 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38,6o C

Ds : -
20.00
2 Do : pasien tampak lemah,
wita Mendelegasikan pemberian terapi
mukosa bibir kering,
cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai dan turgor kulit tidak
indikasi. elastic

2
21.00
wita

21.30
wita
Mendelegasikan pemberian terapi Ds : -
22.00 2
wita cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai Do : pasien tampak lemah,
mukosa bibir kering,
indikasi. dan turgor kulit tidak
elastic

22.10 Mendelegasikan pemberian cairan


1 Ds : pasien mengatakan
wita
intravena atau obat paracetamol badannya amsih panas
500 cc Do : suhu tubuh pasien
38,6oC
pasien tampak masih
panas

22.30 1 Memberikan kompres dingin Ds : pasien mengatakan


wita
(daerah axilan & lipatan paha) masih merasakan panas
Do : pasien tampak masih
panas dengan suhu
tubuh 38,6 oC

4 1 Memonitor suhu dan tanda – tanda Ds : pasien mengatakan


Desem vital lainnya, serta memonitor lemas
ber Do : hasil TTV pasien
2020 warna kulit pasien.
: TD : 100/ 80 mmhg
08.00 Nadi : 100 x/menit
wita
RR : 24x/menit
Suhu : 38,2o C
08.30 2 Memonitor membran mukosa, Ds : pasien tampak lemas
Do : pasien tampak lemah,
wita turgor kulit, dan respon haus
membrane mukosa
pucat, turgor kulit tidak
elastic, pasien selalu
merasa haus

1 Memberikan tentang Ds : pasien dan keluarga


penjelasan
09.00
penyebab deman atau peningkatan memahami penjelasan
wita
yang telah diberikan
suhu. oleh perawat.
Do : pasien tampak sudah
mengerti dan
memahami informasi
yang telah diberikan
oleh perawat tentang
penyakitnya.

Ds : pasien mengatakan
Menganjurkan pasien untuk banyak sudah minum 8 gelas
09.30
air
wita 1 minum.
Do : pasien tampak banyak
minum air yaitu 8 gelas
air atau sama dengan
1000 cc
14.00 Mendelegasikan pemberian cairan Ds : pasien mengatakan
wita intravena atau obat paracetamol 500 badannya amsih panas
Do : suhu tubuh pasien
cc 38,5oC pasien tampak
masih panas

15.00 Memberikan kompres dingin Ds : pasien mengatakan


wita 1
(daerah axilan & lipatan paha) masih merasakan mual
dan masih muntah
Do : pasien tampak masih
mual dan muntah

16.00 Ds : pasien mengatakan


wita Memonitor kadar hematokrit dan masih merasakan panas
2 urine output pasien. Do : pasien tampak masih
panas dengan suhu
tubuh 38,2 oC

18.00 Memonitor asupan dan keluaran,


wita 1
sadari perubahan kehilangan cairan
Ds : -
yang tidak dirasakan.
Do : hasil kadar hematokrit
yaitu 44 %

Ds : paisen mengatakan
minum 8 gelas dan
19.00 Menganjurkan pasien untuk tidak BAK sebanyak 5 kali
wita
1 memakai selimut dan pakaian tebal. Do : pengluaran pasien
seimbang dengan
pemasukan cairan yang
diberikan

Ds : pasien mengatakan
mengerti dan
mendengarkan intruksi
dari perawat
Do : pasien tampak
mengerti dan
melakukan intruksi
yang diberitahu oleh
perawat
20.00 2 Ds : pasien mengatakan
wita Memonitor membran mukosa, turgor masih masih sering
kulit, dan respon haus haus
Do : pasien tampak masih
lemas, mukosa bibir
kering masih sedikit
kering, turgor kulit
tidak elastic
21.00
2 Menganjurkan pasien untuk banyak
wita Ds : pasien mengatakan
minum. sudah banyak minum
Do : pasien tampak mampu
minum 8 gelas atau
sama dengan 1000 cc

2 Memonitor tanda – tanda vital Ds : pasien mengatakan


21.30 lemas
wita pasien. Do : hasil TTV pasien
: TD : 100/ 80 mmhg
Nadi : 100 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38,2o C

2 Mendelegasikan pemberian terapi Ds : -


22.00 Do : pasien tampak masih
wita cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai
lemah, mukosa bibir
indikasi. masih kering, dan
turgor kulit tidakelastic

1 Mendelegasikan pemberian cairan Ds : pasien mengatakan


22.10 badannya masih panas
intravena atau obat paracetamol
wita Do : suhu tubuh pasien
500 cc
38,2oC pasien tampak
masih panas
Memberikan kompres dingin
22.40 1 (daerah axilan & lipatan paha) Ds : pasien mengatakan
wita masih merasakan panas
Do : pasien tampak masih
panas dengan suhu
tubuh 38 oC

5 1 Memonitor suhu dan tanda – tanda Ds : pasien mengatakan


Desem vital lainnya, serta memonitor lemas
ber Do : hasil TTV pasien
warna kulit pasien.
2020 : TD : 100/ 80 mmhg
08.00 Nadi : 100 x/menit
wita
RR : 24x/menit
Suhu : 38 o C

Ds : pasien tampak lemas Do


08.30 2 Memonitor membran mukosa,
: pasien tampak lemah,
wita turgor kulit, dan respon haus membrane mukosa
lembab, turgor kulit
elastic
Memberikan penjelasan tentang
09.00 Ds : pasien dan keluarga
penyebab deman atau peningkatan
wita 1 memahami penjelasan
suhu. yang telah diberikan
oleh perawat.
Do : pasien tampak sudah
mengerti dan
memahami informasi
yang telah diberikan
oleh perawat tentang
penyakitnya.

Menganjurkan pasien untuk banyak Ds : pasien mengatakan


09.30 sudah minum 8 gelas
wita minum. air
1
Do : pasien tampak banyak
minum air yaitu 8 gelas
air atau sama dengan
1000 cc
Ds : -
14.00
Mendelegasikan pemberian terapi Do : pasien tampak masih
wita 2 lemas, mukosa bibir
cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai
lembab, dan turgor
indikasi. kulit elastic

Ds : pasien mengatakan
14.10 Mendelegasikan pemberian cairan badannya sudah terasa
1
wita intravena atau obat paracetamol lebih baik
500 cc Do : suhu tubuh pasien
37,5oC , adanya
penurunan suhu tubuh

15.00 1
Memberikan kompres dingin (daerah Ds : pasien mengatakan
wita
axilan & lipatan paha) badannya sudah lebih
baik
Do : pasien tampak lebih
baik suhu tubuh pasien
37, 5 oC
16.00 Memonitor kadar hematokrit dan Ds : -
wita urine output pasien. Do : hasil kadar hematokrit
2 yaitu 40 %

18.00 Memonitor asupan dan keluaran, Ds : paisen mengatakan


wita minum 8 gelas dan
1 sadari perubahan kehilangan cairan
BAK sebanyak 5 kali
yang tidak dirasakan. Do : pengluaran pasien
seimbang dengan
pemasukan cairan yang
diberikan

19.00
1 Menganjurkan pasien untuk tidak Ds : pasien mengatakan
wita mengerti dan
memakai selimut dan pakaian tebal. mendengarkan intruksi
dari perawat
Do : pasien tampak
mengerti dan
melakukan intruksi
yang diberitahu oleh
perawat

20.00
wita Memonitor membran mukosa, Ds : pasien mengatakan
2 turgor kulit, dan respon haus sering minum
Do : pasien tampak lebih
baik, membrane
mukosa pasien lembab,
turgor kulit elastic

21.00
2 Menganjurkan pasien untuk banyak Ds : pasien mengatakan
wita
minum. sudah banyak minum
Do : pasien tampak mampu
minum 8 gelas atau
sama dengan 1000 cc

21.30 Ds : pasien mengatakan


2 Memonitor tanda – tanda vital
wita merasa lebih baik
pasien. Do : hasil TTV pasien
: TD : 100/ 80 mmhg
Nadi : 100 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 37 o C

2 Mendelegasikan pemberian terapi Ds : -


22.00 Do : pasien tampak lebih
cairan Iv NaCL 0,9 % yang sesuai
wita segar, mukosa bibir
indikasi. lembab, dan turgor
kulit elastic

22.10 1 Mendelegasikan pemberian cairan Ds : pasien mengatakan


wita intravena atau obat paracetamol badannya tidak panas
500 cc lagi
Do : suhu tubuh pasien 37oC
pasien tampak sudah
lebih baik

22.40 1
wita Memberikan kompres dingin Ds : pasien mengatakan
(daerah axilan & lipatan paha) keadaannya sudah
membaik
Do : pasien tampak tidak
panas lagi dengan suhu
tubuh 37 oC

XVII. EVALUASI
No Hari/Tanggal/Jam NO Evaluasi hasil Nama/Paraf
DX
1 5 Desember 2020 1 S : ibu pasien mengatakan anaknya
09.00 wita sudah tidak panas lagi.
O : suhu tubuh pasien 37oC, kulit
sudah tidak terlihat kemerahan,
bintik – bintik merah (Ptchiae)
di area tangan pasien sudah
berkurang, turgor kulit pasien
elastis, mukosa bibir pasien
tampak lembab
N : 100 x/menit
A : masalah teratasi

P : pertahankan kondisi pasien


2 5 Desember 2020 2 S : ibu pasien mengatakan anaknya
09.00 wita sudah mau minum banyak yaitu
8 gelas / hari
O : Pasien tampak lebih segar ,
turgor kulit pasien elastis,
mukosa bibir pasien lembab
TTV :

N : 100x/menit
S : 37° C
RR : 24 x/ mnt
TD : 100/ 80 mmhg
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai