Anda di halaman 1dari 3

PENGAUDITAN 2

Case 1.2 WorldCom: The Revenue Recognition Principle

Fiko Syahrul Salam (29547)

Annisa Oktaviani (30167)

Maria Alfiana Eden (30259)

Sekar Kinasih (30422)

Rahmadiana Dwita P. (30565)

SEKOLAH TINGGI ILMU AKUNTANSI KELUARGA PAHLAWAN NEGARA

TAHUN AJARAN 2021/2022


I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

WorldCom merupakan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai macam produk


di seluruh dunia seperti data, Internet, komunikasi telepon, layanan telekonfrens melalui video,
sampai penjualan kartu telepon prabayar untuk sambungan internasional.Pada saat Worldcom
menjadi suatu perusahaan yang melejit, disisi lain ia terbebani utang yang sangat banyak. Hal ini
bisa terjadi dikarenakan adanya penipuan dalam laporan akuntansi WorldCom, yang akhirnya
berdampak pada masyarakat banyak dan public. Hal ini bias terjadi dikarenakan WorldCom
sedang dalam keadaan yang di ujung tanduk dengan kata lain pailit. Oleh karena itu akuntannya
memalsukan laporan agar para pemegang saham dalam WorldCom tetap menilai bahwa
perusahaan dalam keadaan baik, dan menunjukan kontribusi yang baik. Padahal di balik semua
itu WorldCom dalam masa pailit.Dan setelah kasus ini terungkap, WorldCom dapat dikatakan
sebagai kasus  kebangkrutan terbesar selama sejarah.

II. PEMBAHASAN

Menjalankan suatu profesi akuntan dalam suatu perusahaan seharusnya memiliki suatu etika –
etika yang benar. Pengertian dari etika sendiri adalah seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi Oleh karena
itu menjadi seorang Akuntan yang professional harus memiliki kode – kode etik yang harus
diikuti dan dituruti. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan
dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam
pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.Dan seharusnya Kode etik akuntan Indonesia ini
terdiri dari beberapa bagian penting, seperti:

(1). Prinsip Etika, Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan
berlaku bagi seluruh anggota.

(2). Aturan Etika, Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat
anggota Himpunan yang bersangkutan.

(3). Interpretasi Aturan Etika, Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan
oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Dilihat dari pengertian Etika yang sebenarnya, maka kasus WorldCom ini justru berbading
terbalik dengan apa yang seharusnya dituruti oleh seorang akuntan. Pada kasus WorldCom,
Akuntan ini justru membuat suatu laporan keuangan yang  menyesatkan dan tentu akibatnya
dapat merugikan publik. Karena dengan adanya penggelembungan pendapatan dalam perusahaan
mengakibatkan harga saham menjadi tinggi sekali, jauh di atas harga yang sebenarnya. Hal ini
mengakibatkan para pembeli saham yang baru pasti merugi, dan sebaliknya, para pemegang
saham yang sudah ada akan menjual saham mereka dan akan meraih keuntungan yang luar biasa.
Dari sini dapat dilihat bahwa kasus ini sangat berbading terbalik dengan apa yang seharusnya
dilakukan oleh akuntan yang professional.

Pokok permasalahan dari kasus WorldCom adalah suatu penipuan atas dana yang berjumlah US$
3,9 miliar yang seharusnya dibukukan sebagai pengeluaran, Justru oleh auditor yang ditunjuk
WorldCom dibukukan sebagai pendapatan. Adalah KAP Arthur Andersen yang berada di balik
manipulasi laporan keuangan Worldcom. Arthur Andersen diduga mengetahui proses
pembukuan atas biaya operasional ke dalam pos investasi serta menyetujui laporan keuangan
palsu WorldCom. Sehingga perusahaan telekomunikasi tersebut mengalami kelebihan
pendapatan (overstated) yang seharusnya justru merugi.

III. PEMBAHASAN & OPINI

Dari kasus ini dapat dikatakan bahwa WorldCom sekadar contoh dari sebuah peradaban yang
menempatkan ilmu akuntansi menghamba kepada kepentingan pemilik modal (stockholder). Di
sini, kisi dan ruang akuntansi sebagai media transparansi dan pertanggungjawaban dipelintir
untuk satu alasan: menguntungkan bagi pemilik modal.

Dan untuk menjadi seorang akuntan yang professional, seharusnya haruslah melakukan
pekerjaan secara professional juga, yang tidak mengambil keuntungan dari pekerjaannya, serta
tidak memiliki tujuan – tujuan khusus dari pekerjaanya. Selain itu menjadi seorang akuntan
haruslah berpegang pada kode etik yang ada, yang tidak tergoyah akan banyaknya uang, dan
suapan dari bermacam – macam pihak lain.

Dan solusi untuk masalah ini, seharusnya Akuntan profesional harus membuat penilaian dan
nilai-nilai yang mencakup ekspektasi publik, yang menyertai munculnya akuntabilitas dan
kerangka kerja pengelolaan. Standar dan seksi aturan main yang baru dimunculkan untuk
memandu akuntan profesional dan memastikan tidak adanya kepentingan diri sendiri, dan atau
salah paham dalam pemikiran independen profesional atau yang menunjukkan bahwa terdapat
kekurangan independensi. Selain itu dari pihak perusahaan seharusnya menegakan keadilan,
dengan cara memberikam sanksi kepada pihak – pihak yang telah melakukan suatu kesalahan
dalam perusahaan. Oleh karena itu dari pihak perusahaan sendiri harus melakukan suatu
transparansi atas kegiatan yang terjadi dalam perusahaan antar sesama karyawan, atasan dengan
bawahan, atau dengan masyarakat bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai