Anda di halaman 1dari 5

Nasib Pedagang Ikan Kering Dilanda

Pandemi Covid-19

Rizki Saputera
30 Oktober 2020

TERAS7.COM – Iwak Karing atau Ikan Kering merupakan salah satu lauk yang cukup
digemari oleh masyarakat Banjar dan menjadi favorit.
Salah satu sentral Ikan Kering di Kabupaten Banjar berada di Desa Sungai Batang,
Kecamatan Martapura Barat.

Berbeda dengan Ikan Kering yang biasanya adalah ikan laut, namun di Desa Sungai
Batang bahan Ikan Kering ini adalah ikan tawar.
Desa Sungai Batang sendiri mayoritas warganya bekerja sebagai petani, sehingga
ikan tawar ini bisa dengan mudah dicari di lahan persawahan, rawa-rawa dan sungai
di sekitar desa ini.

Salah satu penjual Ikan Kering, Pani (33) pada Jumat (30/10) mengungkapkan ada
beberapa ikan tawar yang kerap kali digunakan sebagai bahan baku Ikan Kering
khas Banjar ini.

“Diantaranya ikan Sepat, Sepat Siam, Haruan (Gabus), Papuyu (Betok), dan
Saluang. Ikan tersebut dibersihkan dulu sisiknya, baru dibuang isi perutnya,”
jelasnya.

Setelah dibersihkan, kemudian ikan tadi dibersihkan lagi dengan air, baru diberi
garam dan dijemur dibawah panas matahari sampai kering.
“Tapi bila tak sempat misalnya terlalu sore, biasanya kami simpan. Besoknya baru
kita rendam lalu bilas dulu selama beberapa kali, baru diberi garam dan dijemur.
Biasanya 2 hari dijemur untuk mendapatkan Ikan Kering yang bagus,” kata Pani.

Bahan ikan tawar sendiri lanjutnya didapatkan dari warga lain yang mencari ikan,
perhari bisa mengolah mulai dari 10 kg ikan hingga 50 kg ikan setiap harinya.

“Setiap hari kalau ada ikan biasanya langsung kita buat jadi Ikan Kering. Dari 50 kg
ikan basah, biasanya saat menjadi ikan kering menjadi 20 kg saja. Kalau ikan
haruan, bisa sampai 30-40 kg. Biasanya habis terjual dalam sehari kalau ada yang
memborong untuk dijual ke daerah lain,” ujarnya.

Ikan Kering yang dijual di depan rumahnya yang berada di Jalan Martapura Lama ini
biasanya dijual dengan harga 35-40 ribu rupiah per kg.

“Kalau harga ikan sedang murah sekali, biasanya sekitar 25 ribu rupiah per kg, kalau
harga ikan mahal biasanya sampai 40 ribu. Kalau ada yang membeli dari kita dan
menjual ke daerah lain, biasanya harganya naik sampai 60 ribu per kg,” terang Pani.

Namun pandemi Covid-19 yang melanda Kabupaten Banjar membuat penjualan


Ikan Kering yang dirintis Pani sejak 2013 lalu ini mengalami penurunan penjualan.

“Sebelum saya ikut jualan Ikan Kering sendiri sudah ramai dan sejak 2015 cukup
banyak yang juga ikut berjualan. Tapi sejak ada Corona, penjualan cukup turun
sampai setengah dari penjualan sebelumnya,” ungkapnya.

Padahal Desa Sungai Batang termasuk daerah wisata religi, dimana ada Mesjid
Jami Syekh Abdul Hamid dan makam Datu Syekh Abdul Hamid Abulung, juga
menjadi jalan alternatif dari Banjarmasin menuju Martapura.

Bantuan pemerintah untuk mereka sendiri masih nihil untuk saat ini, hanya pernah
ada bantuan berupa alat jemur, wadah ikan dan lain-lain yang didapatkan bertahun-
tahun lalu.

“Kalau bantuan pelatihan sempat ada, tapi untuk pembuat Ikan Kering yang lain.
Mereka sempat mengikuti pelatihan untuk mengolah Ikan Kering menjadi ikan sepat
balado, tapi untuk saya sendiri belum pernah,” sebutnya.
Pani berharap pemerintah memberikan bantuan berupa alat karena banyak sudah
yang tidak layak pakai.

“Kita berharap bantuan misalnya alat jemur supaya bisa lebih banyak, juga boks es
supaya kita bisa menyimpan ikan yang belum sempat dijemur agar awet,” harapnya.

Sementara itu penjual Ikan Kering yang lain, yakni Nurjannah (52) salah satu warga
Desa Sungai Batang juga mengungkapkan ikan yang dijualnya ini buatannya sendiri
secara tradisional.

“Untuk ikannya biasanya kita mencari sendiri atau membeli dari orang lain,”
sebutnya.

Nurjannah pun mengungkapkan sebelum pandemi, ikan kering buatannya sering


cepat habis diserbu oleh pengguna jalan dan penziarah yang singgah untuk
membeli.
Namun sejak pandemi Covid-19 melanda, penjualan ikan kering buatannya juga
menurun.

Bantuan dari Pemerintah pun hingga saat ini belum ada, kecuali tempat menjemur
ikan dari Dinas Perikanan.

“Belum ada bantuan modal dan perhatian dari pemerintah, kalaupun ada bantuan
pun masih berupa hutang, makanya tidak kami ambil karena kami tidak berani
berhutang,” tutupnya.

Anda mungkin juga menyukai