Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BIOLOGI

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PADA SISTEM


EKSKRESI

Guru Pembimbing:
Iik Sri Sulasmi, S.Pd. M.Si
Disusun Oleh
- Abdul Hafiz Zaidan - Ingger Najwa Anjani
- Dian Putri Mei Cica - Nabila Anandita
- Cindy Fatika Sari - Safira Zahra Aprianti
- Farhan Adin S. - Sabrina Rizkiani Azzahra
Kata Pengantar 

Marilah kita panjatkan segala puji syukur kehadirat Allah swt. Tuhan Yang Maha
Esa yang mana telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah yang
berujudul ‘Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Ekskresi’ dapat terselesaikan. 

Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepadan nabi besar Muhammad saw.
Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang seperti saat ini. 

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca agar
dalam penulisan makalah yang selanjutnya akan dapat lebih baik lagi.

Jambi, 7 januari 2019  

Penyusun 

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................
BAB II
SISTEM EKRESI PADA MANUSIA......................................................................................
A. PARU-PARU..........................................................................................................
B. GINJAL...................................................................................................................
C. KULIT.....................................................................................................................
D. USUS BESAR (KOLON).......................................................................................
E. HATI.......................................................................................................................
BAB III
SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN.....................................................................................
A. SISTEM EKSKRESI PADA CACING..................................................................
B. SISTEM EKSKRESI PADA BELALANG............................................................

BAB IV
KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM EKSKRESI MANUSIA, SERTA
KAITANYA DENGAN TEKNOLOGI....................................................................................
A. GANGGUAN PADA SISTEM EKSKRESI...........................................................
B. TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN SISTEM
EKSKRESI..............................................................................................................

BAB V
PENUTUP.................................................................................................................................
KESIMPULAN.............................................................................................................
BAB 1 
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dalam tubuh makhluk hidup berlangsung berbagai proses metabolisme, seperti
respirasi, sintesis protein, dan perombakan zat-zat. Namun selain itu, metabolisme juga
menghasilkan zat-zat yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Oleh Karena itu tubuh kita
memiliki system ekskresi guna mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme. System ekskresi
yang dimiliki makhlluk hidup berbeda-beda sesuai dengan tingkatan dan kenveksitas
makhluk hidup.
Sistem ekskresi merupakan system pembuangan zat-zat sisa pada makhluk hidup
seperti karbon dioksida, urea, racun, dan lainnya. Organisme multiselular memiliki proses
ekskresi yang lebih kompleks. Pada system ekskresi ini, sisa mtabolisme dapat diserap,
kemudian diproses dan akhirnya dikeluarkan melalui alat ekskresi.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, terdapat beberapa rumusan masalah :
1. Apa pengertian dari sistem ekskresi?
2. Bagaimanakah sistem ekskresi yang terjadi pada manusia?
3. Bagaimanakah sistem ekskresi yang terjadi pada hewan?
4. Apa gangguan yang dapat terjadi pada sistem ekskresi?
5. Apa contoh teknologi yang berkaitan dengan kesehatan sistem ekskresi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem ekskresi.
2. Untuk dapat menjelaskan bagaimana sistem ekskresi yang terjadi pada manusia.
3. Untuk dapat menjelaskan bagaimana sistem ekskresi yang terjadi pada hewan.
4. Untuk mengetahui gangguan yang dapat terjadi pada sistem ekskresi.
5. Untuk dapat menyebutkan contoh teknologi yang berkaitan dengan kesehatan sistem
ekskresi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sistem Ekskresi pada Manusia


a. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama pada sistem pernapasan manusia yang juga
berfungsi sebagai organ ekskresi karena mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dan air
(H2O). Organ ini terdiri dari dua pasang yang masing-masing bagiannya mempunyai
ciri yang berbeda. Paru-paru orang dewasa memiliki berat sekitar 325-550 gram dan
paru-paru kanan memiliki berat sekitar 375-700 gram. Paru-paru kiri terdiri dari dua
bagian (lobus) sedangkan yang kanan memiliki tiga bagian (lobus) yang berbeda.
Maka dari itu, paru-paru kanan mempunyai ukuran dan berat yang lebih besar
ketimbang dengan paru-paru kiri.

1) Bronkus
Bronkus adalah batang percabangan dari tenggorokan atau trakea yang
menghubungkan paru-paru sebelah kanan dengan paru-paru sebelah kiri.
Bronkus sebelah kiri lebih besar dan memiliki panjang sekitar 5cm.
Sedangkan bronkus sebelah kanan berukuran lebih lebar, pendek, dan lebih
lurus. Bronkus tersusun oleh tulang rawan, otot polos, dan lapisan mukosa.
Tulang rawan berfungsi sebagai jaringan penyusun rangka pada bronkus otot
polos yang berguna untuk bernapas secara otomatis tanpa disadari. Lapisan
mukosa menghasilkan lender untuk melindungi paru-paru dari partikel asing
seperti debu atau kotoran.

2) Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus yang berada di dalam
alveolus. Bronkiolus berfungsi sebagai jalan masuknya udara menuju
alveolus. Bronkiolus mempunyai diameter sekitar 1 mm atau bahkan lebih
kecil yang bisa berubah sesuai tekanan udara yang masuk. Pelebaran atau
pembengkakan diameter bronkiolus yang disebabkan oleh rangsangan
hormone epinephrine dan saraf simpatik disebut dengan bronkodilasi.
Sedangkan penyempitan diameter yang disebebkan oleh rangsangan histamine
dan saraf parasimpatis disebut dengan bronkokonstriksi.
Struktur jaringan pada bronkiolus tersusun atas sel epitel kuboid bersilia
(jaringan epitelium berbentuk kubus bersilia) serta otot polos. Bronkiolus
dapat terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut dengan
terminal. Terminal bronkiolus memiliki diameter 0,5 mm dan di dalamnya
terdapat duktus alveolus. Terminal bronkiolus merupakan tempat berakhirnya
perjalanan udara, di mana udara selanjutnya akan mengalami pertukaran di
dalam alveolus.

3) Alveolus
Alveolus adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara gas oksidengn
dengan gas karbondioksida secara difusi, di mana oksigen akan masuk dan
karbondioksida akan dikeluarkan. Struktur alveolus tersusun atas selaput tipis
dan banyak terdapat kapiler darah. Di dalam alveolus, darah akan mengambil
oksigen dari udara dan melepaskan karbondioksida ke udara. Bentuk jamak
dari alveolus disebut dengan alveoli, dengan kata lain alveoli terdiri dari
banyak alveolus.
Pada umumnya, alveolus atau gelembung udara memiliki diameter yang
berkisar antara 0,2-0,3 mm. alveolus pada paru-paru manusia memiliki jumlah
keseluruhan yaitu mencapai 700 juta buah dan luas paru-paru jika
dibentangkan yaitu mencapai 90 m2. Ukuran alveolus bervariasi berdasarkan
lokasi atau letak di dalam paru-paru. Alveolus terdiri dari sel-sel epitel dan
endothelium.
Sel epitel pada alveolus dibagi menjadi dua tipe
i. Sel epitel squamosal yang berfungsi sebagai proses pertukaran udara.
Sel ini berukuran besar dan datar.
ii. Sel pneumosit yang tidak termasuk dalam proses pertukaran udara di
paru-paru. Sel epitel ini menghasilkan zat surfaktan yang berguna
untuk mencegah alveolus mengalami kolaps dan melapisi alveolus.

4) Pleura
Pleura adalah selaput yang melapisi paru-paru. Struktur pleura yaitu halus,
licin, dan berbentuk seperti kantong. Pleura berfungsi untuk mlindungi paru-
paru dari gesekan atau mengurangi gesekan selama proses respirasi. Pleura
terdiri atas dua lapisan tipis, yaitu pleura visceral dan pleura parietal. Pleura
visceral yaitu pleura bagian dalam yang melapisi langsung paru-paru. Sedangkan
pleura parietal, yaitu selaput pleura bagian luar yang menempel pada rongga dada. Di
antara kedua lapisan tersebut, terdapat sedikit cairan yang mengandung
glikosaminoglikan.

5) Trakea
Trakea merupakan bagian paru-paru yang menghubungkan laring dengan
bronkus. Struktur trakea yaitu berbentuk tabung dengan panjang sekitar 5
inch. Trakea terdiri dari tulang rawan hialin yang dilapisi oleh sel epitel
bersilia dan berbentuk seperti huruf C. Trakea berfungsi sebagai saluran
pernapasan. Silia pada sel epitel berfungsi untuk menyaring udara yang akan
masuk ke paru-paru, serta menangkap partikel asing dan membawanya ke
faring agar bisa masuk ke system pencernaan.
6) Diafragma
Diafragma merupakan otot utama yang memisahkan paru-paru dan
jantung dengan organ perut (limpa, lambung, usus, dan hati) atau menjadi
pembatas antara rongga dada dengna perut. Diafragma berbentuk seperti
kubah otot dan terletak di bawah rongga dada. Diafragma berfungsi dalam
proses pernapasan perut.

A. Ginjal
Ginjal merupakan komponen utama penyusun sistem ekskresi manusia yaitu
urin. Manusia memiliki sepasang ginjal berukuran sekitar 10 cm. Letak ginjal di
rongga perut sebelah kiri dan kanan ruas-ruas tulang pinggang. Ginjal berfungsi untuk
menyaring zat-zat sisa metabolisme dari dalam darah, mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh, mengeskresikan gula darah yang melebihi kadar normal
dan mengatur keseimbangan kadar asam, basa, dan garam di dalam tubuh.

1. Struktur Ginjal
Secara umum, ginjal terbagi atas tiga bagian yaitu Korteks (kulit ginjal), Medula
(sumsum ginjal), dan Pelvis Renalis (rongga ginjal).
a) Korteks (Kulit Ginjal)
Korteks ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dan zat
terlarut dalam tubuh, yaitu dengna melakukan penyaringan darah,
kemudian menyerap kembali (reabsorpsi) zay yang diperlukan oleh tubuh,
dan membuang bahan yang berlebihan atau tidak berguna melalui urin.
Pada korteks ginjal terdapat nefron yang merupakan unit struktural dan
fungsional ginjal. Umumnya 1 ginjal memiliki 1 juta nefron. Nefron terdiri
atas badan Malphigi dan tubulus. Badan Malphigi dibentuk oleh
glomerulus dan kapsula Bowman. Ginjal memiliki tiga tubulus, yaitu
Tubulus Kontortus Proksimal, Tubulus Kontortus Distal, dan Tubulus
Kolektivus.
b) Medula
Medula adalah bagian ginjal yang letaknya berada paling dalam
dan termasuk salah satu bagian dari sistem ekskresi pada ginjal. Medula
berbentuk kerucut atau renal pyramid di mana terletak lengkung Henle.
Medula terdiri dari 8-12 piramida renalis yang menjadi bagian utama pada
medula. Fungsi dari piramida renalis itu yaitu sebagai penyalur sisa hasil
filter dari tubulus kolektivus kekaliks. Pembuluh darah kapiler dari
kapsula Bowman semuanya berkumpul di medula. Kemudian di dalam
medula akan mengalami terjadinya proses augmentasi dan reabsorpsi yang
disebabkan oleh tubulus distal dan tubulus proksimal.

c) Pelvis Renalis
Pelvis Renalis berfungsi sebagai tempat penampungan urin dan
membawa urin tersebut ke ureter. Urin dari ureter akan dibawa ke
kandung kemih dan disimpan sementara pada kandung kemih sampai
waktunya dikeluarkan melalui uretra.

a. Pembentukan Urine
a) Filtrasi (Penyaringan)
Filtrasi terjadi di badan Malphigi yang terdiri dari kapsula Bowman dan
glomerulus. Glomerulus menyaring air, garam, glukosa, asam amino, urea,
dan limbah lainnya untuk melewati kapsula Bowman. Hasil filtrasi ini
mengahasilkan filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini
mengandung air, protein, glukosa, asam amino, urea, dam ion anorganik.
Glukosa, ion anorganik, dan asam amino masih diperlukan tubuh.

b) Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)


Urine primer mengalami tahap reabsorpsi di dalam tubulus kontortus
proksimal dan lengkung Henle. Tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium di
seluruh tubulus ginjal. Pertama, urine primer masuk dari glomerulus ke
kontortus proksimal, kemudain mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung
Henle. Zat-zat yang direabsorpsi sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion
Na+, air, dan ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang.
Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus.
Kandungan urine sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam
tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak
digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.

c) Augmentasi (Pengeluaran)
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran
pengumpul (tubulus kolektivas). Di tubulus ini, masih terjadi penyerapan
kembali air, garam NaCl, dan urea sehingga terbentuk urine yang harus
dibung dari tubuh. Dari tubulus pengumpul, urine memasuki pelvis renalis,
lalu mengalir menuju ureter menuju kandung kemih. Ketika kandung kemih
penuh, orang akan merasakan keinginan untuk buang air kecil.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Urine


a) Jumlah Air yang Diminum
Apabila kita banyak minum, maka konsentrasi protein darah akan turun,
sehingga tekanan koloid protein juga akan menurun. Hal ini menyebabkan
tekanan filtrasi menjadi kurang efektif.

b) Saraf
Rangsangan saraf renalis menyebabkan menyempitnya pembuluh darah
yang menuju glomerulus. Akibatnya, air dan darah ke glomerulus berkurang
sehingga tekanan darah juga menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan prosses
filtrasi menjadi kurang efektif.
c) Hormon Antidiuretik (ADH)
ADH adalah hormon yang memengaruhi penyerapan air oleh dinding
tubulus. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis posterior. Apabila kadar ADH
dalam darah naik, maka penyrapan air oleh dinding tubulus meningkat. Hal ini
menyebabkan jumlah urine yang terbentuk sedikit. Begitu juga sebaliknya.

d) Kadar Garam
Kadar garam yang harus berlebih/tinggi dikeluarkan dari darah supaya
tekanan osmotiknya tetap.

e) Penyakit Diabetes Melitus


Seseorang yang menderita penyakit diabetes mellitus pengeluaran
glukosanya diikuti pula oleh kenaikan volume urine.

B. Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh kita. Berat kulit sekitar 16% dari berat
tubuh kita. Mannusia termasuk mamalia sehingga kulitnya ditumbuhi oleh rambut.
Kulit merupakan salah satu organ ekskresi manusia karena berfungsi untuk
mengekskresikan zat-zat sisa berupa keringat. Selain sebagai organ ekskresi, kulit
juga mempunyai beberapa fungsi lainnya, antara lain :

 Melindungi tubuh dari berbagai macam pathogen atau organisme-organisme


beracun dan penyebab infeksi.
 Melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan mekanis seperti trauma atau
kerusakan yang disebabkan oleh sumber-sumber yang kurang terlihat.
 Menerima ransangan sensorik dari lingkungan eksternal.
 Melindungi tubuh dari dehidrasi.
 Pengatur suhu tubuh.
 Sebagai indera peraba.
 Sebagai tempat penimbunan lemak tubuh.
Kulit terdiri atas tiga lapis, yaitu lapisan luar yang disebut epidermis, lapisan dalam yang
disebut dermis, lapisan kulit terbawah yang disebut hipodermis.

1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar. Lapisan yang disebut
juga dengan kulit ari ini merupakan lapisan kulit yang tahan air yang memiliki
ketebalan yang berbeda-beda.
Epidermis merupakan lapisan kulit yang tidak memiliki pembuluh darah. Lapisan
ini tersusun atas beberapa sel utama, yaitu :
a) Sel Merkel, yaitu sel epidermis local yang terletak di lapisan basal epidermis
dan selubung epitel folikel rambut yang berfungsi sebagai reseptor sensorik.
b) Sel Keratinosit, yaitu sejenis sel yang ditemukan di lapisan terluar kulit yang
bertugas menghasilkan keratin, yaitu protein pembentuk kulit, rambut, dan
kuku.
c) Melanosit, yaitu sel-sel yang terdapat pada epidermis yang bertanggung jawab
untuk memproduksi melanin, yaitu zat yang memberikan warna pada kulit.
d) Sel Langerhans, yaitu sel-sel yang terdapat dalam penile epthelium yang
berperan penting dalam proses imunologi kulit.
Epidermis kulit terbagi atas 4 lapisan, yaitu :

a) Stratum Korneum (lapisan tanduk), lapisan teratas dan menutupi semua


lapisan epiderma. Berfungsi untuk mrnghalangi serta melindungi jarring yang
ada di bawahnya dari infeksi, dehidrasi, stress mekanik, maupun paparan
bahan kimia.
b) Stratum Lusidum (lapisan bening), terletak di bawah lapisan tanduk yang
menghubungkan stratum korneum dengan stratum granulosum. Dapat terlihat
dengan jelas di telapak tanagn dan kaki.
c) Stratum Granulosum (lapisan granular), lapisan epidermis yang mengandung
pigmen. Pigmen tersebut dinamakan melanin.
d) Stratum Germinativum, merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.
Terdiri atas stratum spinosum dan stratum basale. Lapisan ini selalu
mengalami pertumbuhan membentuk sel-sel kulit yang baru kea rah luar.

Epidermis tidak dilalui oleh pembuluh darah. Dengan adanya epidermis, kulit
menjadi kedap air sehingga air dari luar tubuh tidak dapat masuk ke dalam tubuh.

2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kulit yang berada di bawah lapisan epidermis
yang keduanya terhubung oleh suatu membrane yang dinamakan membrane basal.
Lapisan ini lebih tebal daripada lapisan epidermis. Dermis tersusun atas beberapa
komponen structural seperti kolagen, serat elastis, dan matrix ekstrafibrillar, yaitu
zat ektraseluler yang terdiri dari glukosaminoglikan, proteoglikan, serta
glikoprotein. Pada lapisan dermis terdapat akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar
minyak, pembuluh darah, sel-sel otot polos, dan serabut saraf. Kelenjar minyak
berfungsi untuk menghasilkan minyak yang berperan penting untuk mencegah
kekeringan pada kulit dan rambut. Apabila kita banyak mengeluarkan keringat,
maka kita akan banyak kehilangan air. Faktor yang memengaruhi jumlah keringat,
antara lain:
a) Aktivitas tubuh. Apabila aktivitas tubuh semakin meningkat, maka tubuh akan
lebih banyak mengeluarkan keringat.
b) Goncangan emosi. Apabila kita mengalami keresahan, maka tubuh akan lebih
banyak mengeluarkan keringat.
c) Rangsangan saraf. Apabila aemosi kita sedang naik, maka akan merangsang
saraf simpatis yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Adanya
penyempitan ini akan mengurangi jumlah keringat yang dikeluarkan.

3. Hipodermis
Hipodermis merupakan bagian yang terletak di bawah dermis. Merupakan
lapisan yang banyak mengandung lemak yang bertindak sebagai cadangan
makanana, melindungi tubuh dari benturan, serta menahan panas pada tubuh. Di
dalam lapisan ini terdapat pembuluh darah, limfa, serta saraf yang sejajar dengan
permukaan kulit.
Secara umum, fungsinya antara lain :
a) Membantu menyangga tubuh bagian dalam terhadap adanya benturan.
b) Memberikan bentuk pada tubuh.
c) Sebagai penyedia cadangan makanan.
d) Membantu mempertahankan suhu tubuh.
C. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsinya sebagai alat pencernaan dan juga sebagai alat ekskresi. Fungsi
utama dari organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar ukurannya lebih besar
dibandingkan dengan usus kecil, karena itu usus besar dibagi menjadi enam bagian
yang berbeda.

1. Sekum

Sekum merupakan bagian usus besar yang menghubungkan antara usus


besar dan juga bagian kolon usus besar. Sekum bernuknya seperti kantung kecil.
Sekum tersambung ke bagian usus kecil dan disambungkan oleh katup. Fungsi
katup itu adalah sebagai pengintrol bahan yang menuju ke usus besar. Saat
bahan tersebut masuk ke dalam sekum, kantung sekum akan mengembang
kemudian melakukan pemindahan makanan yang tidak dpat dicerna usus,
vitamin, dan juga air masuk ke dalam usus besar.

Fungsi sekum pada usus besar adalah berfungsi untuk melakukan


penyerapan air dan juga garam yang tersisa di dalam usus ketika pencernaan
selesai dan juga penyerapan selesai. Sekum juga berfungsi untuk mencampur
cairan dan garamtersebut bersamaan dengan zat pelumas dan juga lendir. Berikut
ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan sekum, yaitu :

 Sekum terletak di bagian kanan bawah perut.


 Sekum disebut juga dengan Dieja Caecum di mana nama tesebut berasal
dari kata Latin artinya Caecus adalah buta sedangkan Dieja adalah
kantung sehingga jika disambungkan bernama kantung buta.
 Feses yang berasal dari ileum akan masuk ke dalam sekum melalui katup
bernama iloesekal dan feses akan keluar usus melalui persimpangan
cecocolic.
 Sekum akan disekati oleh usus buntu.
 Dinding pada lapisan eternal sekum akan terdapat selaput lendir yang tebal
dan berfungsi sebagai penyerapan air dan juga garam mineral.
 Di bawah lapisan lendir sekum terdapat lapisan jaringan otot yang bisa
menghasilkan gerakan berputar dan juga gerakan meremas.

2. Usus Buntu

Usus buntu merupakan tonjolan kecil di dalam usus besar dan dijadikan
sebagai antibodi di dalam tubuh manusia. Sayangnya perkembangan zaman yang
semakin maju membuat usus buntu dipandang sebagai sumber penyakit, terlihat
banyak penyakit usus buntu yang diderita sebagian orang.

Fungsi usus buntu antara lain sebagai sistem kekebalan tubuh, sehingga
dipercaya jika usus buntu diambil, sistem kekebalan tubuh manusia akan
menurun. Berperan sebagai sekresi imunoglobin.

3. Kolon

Kolon merupakan bagian terbesar pada bagian usus besar. Kolon


terhubung pada bagian sekum yang terletak pada perut kanan bagian bawah.
Kolon terdiri dari beberapa macam, antara lain :
a) Kolon Asenden
Permulaan usus besr dimulai dari kolon asenden, sebab kolon itu
terletak di dasar perut kanan bagian bawah, kemudian bergerak ke hati.
Kolon asenden berakhir di samping hati. Fungsi kolon asenden adalah
sebagai penyerap air dan juga penyerap nutrisi yang belum sepenuhnya di
serap oleh bagian usus halus.

b) Kolon Transversum
Kolon transversum terletak di bagian kanan perut kemudian ke kiri
bagian perut. Kolon transversum juga melekat pada bagian perut.
Pelekatan usus besar transversum dilakukan oleh sekelompok jaringan
yang disebut omentum. Kolon transversum menuju ke bagian bawah limpa
dan berakhir pada kolon bernama desenden.

c) Kolon Desenden
kolon ini adalah bagian kolon transversum bagian bawah dan
berubah menjadi kolon desenden. Kolon ini letaknya ada di sisi peerut
bagian kiri. Pergerakan dari kolon desenden berakhir pada kolon sigmoid.

d) Kolon Sigmoid
Kolon ini letaknya di sisi kiri bagian bawah perut. jika dilihat,
kolon sigmoid akan membentuk huruf S dan tersambung dengan kolon
desenden dan juga bagian rektum. Bagian kolon ini dilapisi dengan
jaringan masa otot yang kuat sehingga usus memiliki kekuatan untuk
mendorong limbah menuju ke bagian rektum.

4. Rektum

Di rektum ini sisa hasil pencernaan manusia dibentuk dalam feses.


Rektum juga akan menyimpan feses tersebut sampai feses dikeluarkan melalui
anus. Rektum ini dilapisi mukosa yang tebal dna juga terdapat pembuluh darah di
dalamnya.

Rektum berfungsi sebagai penyimpanan sementara limbah pencernaan


sebelum dieluarkan melalui anus. Feses yang dikeluarkan oleh rektum
mengandung cairan yang berasal dari pencernaan, mengandung bakteri dan juga
serat.

 Rektum tersusun atas dinding otot yang mampu menahan kotoran.


 Ekspansi yang ada di rektum membuat sinyal yang dikirimkan ke bagian-
bagian otak untuk menyuruh manusia melakukan buang air besar.
 Rektum memiliki panjang sekitar 13-15 cm. Rektum dan anus memiliki
banyak pembuluh darah ehingga rentan untuk terkena bengkak dn juga
meradang.

Fungsi utama usus besar antara lain :

 Penyerapan air. Ketika kita makan dan selang 24 jam setelah waktu
makan, makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus halus akan bergerak
menuju ke bagian usus besar.
 Penyerap vitamin. Banyak bakteri yang bersifat baik ada di bagian usus
besar. Bakteri itu memiliki fungsi untuk mencerna gula yang tidak dapat
dicerna oleh bagian usus halus dan menguraikan serat menjadi asam
lemak.
 Menguragi kadar keasaman dan mencegah infeksi. Lsrutn alkali akan
diciptakan di usus besar di mana larutan alkali itu berfungsi untuk
membantu dalam mengurangi kadar akeasaman dan menjadi penyeimbang
kadar keasaman di dalam usus besar.
 Menghasilkan antibodi yang berfungsi untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Usus besar yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi
adalah bagian usus buntu yang tersambung dengan sekum.
D. Hati
Hati terletak di dalam tubuh manusia di dalam diafragma dalam rongga perut di
sebelah kanan atau lebih tepatnya di sebelah kanan atas abdomen. Hati berwarna
merah cokelat, memiliki berat kurang lebih 1,47 kg, memiliki banyak pembuluh darah
yang lunak. Berikut merupakan struktur hati :
a) Lobus Kanan dan Lobus Kiri. Di lobus kanan dan lobus kiri ini merupakan tempat
proses utama pada hati. Di sini dihasilkan empedu yang berfungsi sebagai
penawar racun.
b) Lobulus, yang terletak di dalam lobus. Di dalam hati terdapat sekitar 50.000
sampai dengan 100.000 lobus dan setiap lobus terdiri dari vena sentral yang
dikelilingi sel-sel hati kecil.
c) Vena Sentralis, terdapat di bagian pusat dari lobulus.
d) Vena Hepatica, pembuluh darah ini berfungsi dalam mekanisme peredaran darah
yaitu untuk mengangkut darah yang telah disaring oleh hati menuju ke vena cava
inferior.
e) Lakuna merupakan sekat yang memisahkan antara lobulus yang satu dengan
lobulus yang lainnya.
f) Kantung empedu, berfungsi sebagai reservoir penyimpangan untuk empedu.
Fungsi dari hati dalam sistem ekskresi, yaitu :

 Menetralkan racun atau detoksifikasi. Hal ini akan membuat tubuh


terhindar dari racun-racun yang berada di dalam tubuh manusia. Racun
yang diserap oleh hati nantinya akan dibuang melalui urine. Jika hati sudah
tidak berfungsi lagi, maka racun-racun tersebut tidak mampu dibuang atau
dinetralkan oleh tubuh, dan akan menimbulkan banyak penyakit.
 Merombak sel-sel darah merah yang sudah tua. Hasil perombakan sel
darah merah itu yaitu globin, zat besi, dan heme. Untuk zat besi dan globin
akan diproses ulang untuk menghasilkan hemoglobin yang baru, yang
dapat digunakan oleh tubuh kembali. Sedangkan untuk heme, akan diubah
menjadi bilirubin dan biliverdin yang nantinya akan dioksidasi di usus
menjadi urobilin yang berguna sebagai zat warna urine dan feses.
 Menghasilakn empedu. Empedu ini menghasilkan asam empedu yang
berfungsi untuk membantu penyerapan usus dan vitamin A, D, E, K yang
larut dalam lemak. Nantinya empedu yang terbentuk akan disimpan di
dalam kantong empedu. Empedu ini merupakan getah hasil dari
perombakan sel darah merah yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu
garam empedu dan zat warna empedu. Selain itu, empedu mengandung
kolesterol dan juga garam mineral.
 Mensintesis beberapa zat. Hal ini dikarenakan hati mengeluarkan beberapa
enzim.
 Metabolisme dan menyimpan karbohidrat, digunakan sebagai cadangan
untuk memenuhi kebutuhan glukosa dalam darah.
 Menghasilkan urea dan amonia.

BAB III

Sistem Ekskresi pada Hewan

Umumnya hewan invertebrata belum memiliki sistem ekskresi yang khusus. Yang
hidup di laut, umumnya melakukan proses ekskresi melalui selaput permukaan tubuhnya.
Lain halnya dengan hewan vertebrata, mereka memiliki alat ekskresi utama, yaitu ginjal.
Struktur ginjal yang paling primitif adalah holonefros. Tipe ginjal dibedkan menjadi 4,
yaitu Pronefros (berkembang pada fase embrio atau larva), Mesonefros (perubahan dari
Pronefros), Metanefros (perubahan dari Mesonefros), Opistonefros (terdapat pada
Cyclostomata, Pisces, dan Amphibia)

A. Sistem Ekskresi pada Cacing

Platyhelminthes dan Annelida merupakan hewan invertebrata yang sudah


memiliki alat ekskresi khusus.

a) Sistem Ekskresi pada Platyhelminthes


Alat ekskresi Platyhelminthes seperti pada Plnaria berupa sel-sel rambur
getar. Karena rambut getar ini tampak seperti nyala api, maka sel-sel ini
dinamakan flame cell (sel api). Cairan tubuh yang melewati sel api akan disaring,
sedangkan zat-zat sisa akan diserap oleh sel api. Di dalam sel api ini terdapat
rambut getar (silia). Gerakan silia ini akan mendorong sisa ke arah saluran
gabungan. Selanjutnya melalui saluran gabungan, akan dikeluarkan dari tubuhnya
melalui lubang ekskresi yang terdapat pada permukaan tubuh.
b) Sistem Ekskresi pada Annelida
Contohnya adalah cacing tanah. Alat ekskresi pada cacing tanah berupa
nefridia atau bisa juga disebut dengan nefridium dengan jumlah yang banyak
tergantung jumlah segmen yang terdapat pada tubuh cacing tanah tersebut.
Satu nefridia terdiri atas beberapa bagian meliputi :
a. Nefrostoma, berupa corong bersilia yang bertugas untuk menyerap air beserta
zat sisa maupun zat yang masih dibutuhkan dari rongga tubuh cacing tanah dari
segmen tubuh depannya.
b. Tubulus atau tubula nefridia, berupa pipa panjang yang dipenuhi oleh kapiler
darah yang berfungsi sebagai tempat reabsorpsi zat yang masih yang berguna.
c. Kantung kemih, berupa pipa dengan ukuran yang lebih besar adri tubulusnya
yang kemudian berfungsi untuk menampung urine sebelum dikeluarkan dari
tubuh.
d. Nefridiofor, berupa lubang sebagai tempat untuk pengeluaran urine ke
lingkungan.

Proses ekskresi pada cacing tanah dimulai dari masuknya air beserta zat
sisa serta zat yang masih berguna karena dihisap oleh nefrostoma, kemudian air
tersebut dialirkan ke tubulus nefrdia di segemen tubuh belakangnya. Pada tubulus
nefridia ini terjadi reabsorpsi zat yang masih berguna bagi tubh dan zat yang
masih berguna tersebut akan dikembalikan ke kapiler darah. Sedangkan zat sisa
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan mengalir sampai ke kandung kemih untuk
dikumpulkan sementara waktu. Setelah kandung kemih penuh dengan urine, maka
urine akan dibuang ke lingkungan lewat lubang nefridiofor.

B. Sistem Ekskresi pada Belalang


Contoh hewan yang termasuk insekta adalah belalang. Alat ekskresinya
disebut pembuluh Malpighi yang melekat pada salah satu atau kedua ujung usus.
Pembuluh Malpighi ini berbentuk seperti kumpulan benang-benang halus yang
berwarna putih dengan sedikit kuning di pinggirnya. Selain pembuluh Malpighi,
belalang juga memiliki alat ekskresi yang disebut dengan trakea. Fungsi dari trakea
ini hampir sama dengan paru-paru pada manusia atau hewan vertebrata lainnya.

Zat-zat sisa metabolisme berupa senyawa nitrogen yang berasal dari cairan
tubuh. Di dalam darah akan diubah menjadi asam urat. Asam urat ini kemudian akan
diserap pembuluh Malpighi, selanjutnya diteruskan ke usus di dalam rektum. Lalu
akan terjadi penyerapan air yang berlebihan sebelum dikeluarkan dari tubuh yang
menyebabkan kotoran serangga berbentuk butiran-butiran.

BAB IV

Kelainan dan Penyakit pada Sistem Ekskresi Manusai Serta Kaitannya dengan
Teknologi

A. GANGGUAN PADA SISTEM EKSKRESI


a. Gangguan Pada Ginjal
Jenis-jenis gangguan akibat kerusakan salah satu bagian ginjal adalah sebagai
berikut:
1). NEFRITIS
= kerusakan pada bagian glomerulus ginjal Akibat infeksi kuman, umumnya bakteri
Streptococcus. nefritis akut banyak diderita oleh anak-anak dan remaja disebabkan
oleh infeksi penyakit menular. sedangkan nefritis kronis banyk diderita oleh orang
tua. 

2). SISTITIS
= Radang pada membran mukosa yang melapisi kantung kemih disebabkan karena
infeksi bakteri atau Peradangan pada ginjal yang meluas ke kantung kemih. 

3). BATU GINJAL


= Terjadi karena adanya penundaan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran
ginjal, atau Kantung kemih. Batu berbentuk kristal yang tidak dapat larut. 

4). ALBUMINURIA
= Penyakit yang ditunjukkan oleh adanya molekul albumin dan protein lainnya  dalam
Urine. 

5). POLIURIA
= poliuria ialah urine yang dikeluarkan Oleh tubuh sangat banyak dan Encer. Terjadi
karena sangat rendahnya atau gagalnya Nefron untuk melakukan reabsorpsi. 

6). OLIGURIA
= oliguria ialah urine Yang dihasilkan sangat sedikit bahkan Kadang sama sekali tidak
menghasilkan Urine. Disebabkan oleh kerusakan ginjal secara total. 

7). DIABETES MELLITUS (kencing manis)


= Memiliki kadar glukosa darah yang sangatTinggi. Sehingga dinding pipa nefron
tidak mampu lagi menyerap lagi seluruh glukosa. Disebabkan oleh kekurangan
hormon insulin yang dihasilkan olehKelenjar pankreas. 

8). DIABETES INSIPIDUS


= Terjadi karena kekurangan hormon Antidiuretik (ADH) Sehingga jumlah Urine
dapat naik 20 - 30 kali lipat dari jumlah Urine normal.

b. Gangguan pada Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat adalah kelenjar yang mengelilingi leher kandung kemih dan salutan uretra.
Kelenjar prostat hanya terdapat pada pria dan umumnya menyerang pria pada umur 50 tahun
keatas. Ada tiga gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan prostat membengkak yaitu,
kanker prostat, benign prostatic hyperplasia (BPH) alias pembesaran prostat jinak, dan
prostatis. Kelenjar prostat pria akan terus berkembang sepanjang hidupnya. Itu sebabnya pria-
pria usia lanjut lebih berisiko mengalami pembesaran prostat. Kanker prostat terjadi ketika sel
prostat berkembang di luar kendali sehingga membentuk tumor yang mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya. Mutasi DNA dapat menyebabkan sel prostat bertumbuh ganas dan
membelah diri lebih cepat dibanding sel normal, sehingga menjadikannya sel kanker, namun
penyebab mutasi DNA sel kanker belum diketahui pasti,pada umumnya dipicu oleh faktor
penuaan. Perkembangannya dapat dipercepat dengan gaya hidup tidak sehat, misalnya jarang
berolahraga, merokok, dan pola makan tinggi lemak yang dapat memicu obesitas.Benign
prostatic hyperplasia (BPH), yang lebih dikenal sebagai pembesaran prostat jinak, juga
merupakan kondisi prostat yang membesar akibat pertumbuhan sel prostat yang berlebihan.
Bedanya, BPH adalah jenis tumor non-kanker. Walau penyebab benign prostatic hyperplasia
masih belum diketahui pasti, dipercaya bahwa perubahan dalam keseimbangan hormon dan
faktor pertumbuhan sel dapat menyebabkan pembengkakan prostat. 

prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada kelenjar prostat.Prostatitis biasanya


disebabkan oleh infeksi bakteri, yang bisa berasal dari infeksi saluran kemih atau dari penyakit
menular seksual. Namun pada beberapa kasus, penyebab prostatitis tidak dapat diketahui
dengan pasti.Kelenjar prostat berfungsi mengeluarkan cairan yang menyuburkan dan
melindungi sperma. normalnya ukuran prostat sebesar biji kenari dan akan semakin besar
seiring bertambahnya usia. Gejala yang ditimbukan pada penderita kanker prostat, BPH, dan
prostatis pun hampir sama.

      Berikut beberapa gejala penyakit yang sering ditimbulkan pada gangguan kelenjar prostat.

* Sering buang air kecil, terutama di malam hari

* Desakan kuat untuk buang air kecil

* Sulit untuk memulai atau menghentikan aliran urin

* Tidak mampu untuk buang air kecil


* Aliran urin yang lemah atau berkurang

* Aliran urin yang putus-putus

* Perasaan bahwa kandung kemih belum sepenuhnya kosong

* Rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil

* Darah di urin (hematuria) atau air mani

* Rasa sakit saat ejakulasi

* Demam tinggi diatas 38 derajat celcius

* Tubuh pegal linu

Pembengkakan prostat akibat kanker biasanya lebih tampak terlihat di bagian sisi prostat,
sedangkan prostat yang bengkak akibat BPH lebih terlihat di bagian tengah. 

Pengobatan Prostatis dan BPH dapat dengan pemberian obat-obatan seperti antibiotik untuk
membasmi kuman penyebab radang, pemberian obat anti nyeri, dan obat untuk melemaskan
otot kandung kemih.

Pengobatan kanker tergantung dari derajat pertumbuhan kanker dan kondisi kesehatan Anda.
Secara umum penanganan kanker prostat bisa dengan terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi,
dan pembedahan untuk mengangkat kelenjar prostat.

kesehatan prostat dapat dijaga dengan banyak mengonsumsi buah dan sayur, pilih makanan
yang kaya vitamin dan mineral, rutin berolahraga, dan mempertahankan berat badan ideal.

c. Gangguan pada kulit

     Gangguan pada kulit yang dapat mengganggu proses ekskresi adalah sebagai berikut.

1. Jerawat

        Jerawat merupakan gangguan umum yang bersifat kronis pada kelenjar minyak, pori-pori
terhubung ke kelenjar oleh kanal yang disebut folikel. Ketika folikel kulit tersumbat, maka
timbulah jerawat.U mumnya dialami pada masa remaja atau pubertas. Jerawat dapat berupa
bintil merah ringan hingga jerawat kistik yang nyeri. Jerawat dapat dicegah dengan rajin
mencuci muka, konsumsi asupan makanan yang sehat, menghindari penggunaan kosmetik
berlebihan

2. Eksim

        Eksim merupakan penyakit kulit kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal dan
kemudian hilang untuk beberapa waktu. Penyakit ini dipengaruhi oleh bakat alergi yang
diturunkan secara genetik dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan alergi. Eksim membuat kulit menjadi meradang, gatal, kering, pecah-pecah.
Eksim dapat dicegah dengan menghindari pengunaan sabun yang mengadung zat kimia
berbahaya, hindari pengunaan pakaian yang membuat kulit terasa gatal, dan menjaga
kebersihan lingkungan

3. Skabies

         Penyakit kulit menular yang disebabkan oleh penyusupan tungau kecil ke dalam lapisan
kulit luar yang dapat menimbulkan ruam kulit yang sangat gatal dan dapat menimbulkan
koreng. Skabies dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan badan

4. Panu

Ditandai dengan bercak pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat yang disebabkan
oleh jamur yang termasuk dalam genus malassezia. Bercak-bercak yang terjadi pada kulit Anda
tidak hanya berwarna putih, bisa berwarna apa saja, biasanya panu terdapat pada bagian atas
dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipatan paha, dan muka. Panu dapat dicegah dengan
cara rutin mengganti pakaian yang penuh keringat dan debu.

5. Kutu air

Kutu air merupakan salah satu jenis infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur yang
bernama bernama trichophyton rubum. Biasanya ditandai dengan keluhan gatal , dengan
kemerahan kulit, lecet atau luka. Kutu air dapat dicegah dengan menjaga kebersihan tubuh.

d. Gangguan pada Hati


Hati (liver) merupakan organ terbesar yang dimiliki manusia . Hati berperan dalam menetralisir
racun, sintesis protein, dan pembekuan darah. Hati juga berperan sebagai organ yang
memproduksi empedu untuk pencernaan.

Berbagai macam kondisi kondisi dan penyakit dapat mengganggu fungsi hati. Jenis-jenis
gangguan hati tersebut antara lain:

* Penyakit kuning

* kondisi kulit dan mata yang menguning dikenal dengan penyakit kuning. Padahal kondisi ini
sebenarnya merupakan gejala dari gangguan hati yang ditandai dengan perubahan warna
kuning pada kulit dan mata. Hal ini disebabkan oleh kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam
aliran darah yang melebihi rentang normal. Tingkat bilirubin menjadi tinggi karena terjadi
kelainan sel atau peradangan pada hati.

* KolestasisKolestasis merupakan kondisi terhambatnya cairan empedu. Cairan empedu


dihasilkan hati guna membantu proses pencernaan. Aliran empedu yang terhambat ini
menyebabkan penumpukan bilirubin.

* Sirosis

* Sirosis merupakan kondisi terbentuknya luka atau jaringan parut di hati yang bersifat kronis.
Kerusakan pada hati yang mengalami sirosis tidak bisa diperbaiki. Kondisi ini bisa
menyebabkan kegagalan hati. Kebiasaan minum minuman beralkohol, infeksi virus Hepatitis B
dan C merupakan penyebab paling umum dari sirosis 

* Hepatitis APenyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis A. Virus ini menyebabkan
peradangan hati. Cara penularannya adalah melalui feses, air, dan makanan yang
terkontaminasi. Kontak fisik dengan penderita melalui hubungan seks juga dapat meningkatkan
risiko tertular hepatitis A.

* Hepatitis BHepatitis B merupakan infeksi hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B
yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh, atau luka yang terbuka. Ibu hamil yang menderita
hepatitis B juga dapat menularkannya kepada janin di dalam kandungan. Hati yang terinfeksi
akan mengalami luka, kegagalan hati, dan bahkan kanker jika tidak ditangani secepatnya.
* Hepatitis CVirus Hepatitis C dapat menular melalui darah. Hepatitis C membuat hati
mengalami pembengkakan. Kondisi kronis dari infeksi virus ini membuat hati mengalami
sirosis, kegagalan hati, dan kanker hati.

* Kanker hati

* Kanker hati terjadi ketika sel hati mengalami mutasi sehingga tumbuh secara tidak terkendali.
Dalam beberapa kasus, infeksi kronis akibat virus hepatitis B dan C menyebabkan kanker hati.

Gangguan hati bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, hindari kontak
langsung dengan darah maupun cairan tubuh penderita hepatitis. Pastikan juga mendapatkan
vaksinasi hepatitis sebagai langkah efektif mencegah penyakit ini.

2.Teknologi yang Berkaitan dengan Kesehatan Sistem   

   Ekskresi

           Beberapa  contoh teknologi yang berkaitan dengan kesehatan sistem eksresi adalah
transpalasi ginjal, cangkok kulit, dan Hemodialisis 

transpalasi ginjal

Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal pasien dengan ginjal lain yang berasal dari
orang yang hidup atau yang sudah meninggal. Transplantsi ginjal menjadi terapi pilihan untuk
sebagian besar pasien yang menderita gagal ginjal dan penyakit ginjal stadium akhir dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Ada serangkaian tes yang harus dilewati
pasien untuk memastikan tubuhnya cocok dengan ginjal dari pendonor. Selain itu, pasien juga
dianjurkan untuk berhenti merokok, membatasi minuman beralkohol, berolahraga sesuai
anjuran dokter, rutin berkonsultasi dengan dokter, dan mengonsumsi obat-obatan dan makanan
sesuai dengan saran.
BAB III
PENUTUP

Dari penulisan makalah yang telah kami buat tentang struktur sel dan fungsi pada
sistem ekskresi dapat disimpulkan bahwa ekskresi merupakan proses pengeluaran zat
hasil metabolisme dan zat sisa tubuh lainnya yang sudah tidak digunakan oleh tubuh,
dapat dikeluarkan bersama urine, keringat, atau pada proses pernapasan. Zat sisa
metabolisme ini harus dikeluarkan karena bersifat racun. 

Alat ekskresi pada manusia adalah paru-paru, ginjal, kulit, usus besar, dan hati.
Sedangkan alat ekskresi pada invertebrata secara umum berupa saluran malphigi (pada
belalang), nefridium (pada cacing tanah), dan sel api atau flame cell (pada Planaria). Pada
vertebrata sudah memiliki ginjal seperti manusia drngan struktur yang sempurna,
walaupun masih terdapat perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Ada beberapa tipe
ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefors. 

Anda mungkin juga menyukai