Anda di halaman 1dari 14

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM

STAATSFUNDAMENTALNORM
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti mata kuliah
Pancasila

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Cahiman ( 171051004 )
2. Yoga Pratama ( 171051007 )
3. Heru Aprianto ( 171051019 )
4. Aldo Fiotama Josyaf ( 171051045 )

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA S-1

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat, hidayah, serta kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan Makalah dengan
baik. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Semoga semuanya mendapat syafaat dari beliau di hari akhir kelak.

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yng bersifat
sistematis,fundamental dan menyeluruh. Maka sila –sila pancasila merupakan
suatu kesatuan yang bulat dan utuh , hirarkis dan sistematis.

Didalam menyelesaikan makalah ini, mendapat bimbingan, petunjuk,


arahan dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril
maupun bantuan materil, oleh karena itu secara khusus mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Orang tua yang sangat mendukung dan membantu dalam pembuatan


makalah ini secara finansial.
2. Dosen pengampu Mata Kuliah Pancasila, Ibu Siti Saudah, S.Pd.,M.Hum.
yang telah memberikan materi.
3. Teman-teman yang telah memberikan semangat dalam penulisan Makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini, disadari bahwa masih ada kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca makalah ini sehingga menjadi lebih sempurna. Semoga dengan saran dan
kritikkan tersebut dapat membuat makalah ini agar lebih baik lagi dan akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 7 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2

1.3 Tujuan................................................................................... 2

1.4 Manfaat................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

2.1 Dasar Filosofis............................................................................ 3


2.2 Pengertian Staats fundamental norm.......................................... 5
2.3 Staats Fundamental Norm Menurut Teori Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky.................................................................................... 7
2.4 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara......... 8

BAB III PENUTUP............................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................... 10

3.2 Saran........................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum Indonesia yang pada hakikatnya merupakan suatu pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang meliputi suasana
kebatinan serta watak dari bangsa Indonesia. Kemudian mengenai Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum ini dijelaskan kembali dalam Ketetapan
MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan pada Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “sumber
hukum dasar nasional adalah Pancasila”. Dengan terbentuknya UU No.10 tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sebagaimana yang
termuat dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa “Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum Negara”, dengan tegas
menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sebagai
berikut:
“Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila
sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara,
sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila”.
Sebelum membicarakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum, adalah penting untuk mengintrodusir terlebih dahulu konsep
tentang staats fundamental norm yang merupakan landasan penting bagi lahirnya
konsep Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Staats fundamental
norm (norma fundamental negara) merupakan istilah yang digunakan Hans
Nawiasky dengan teorinya tentang Jenjang Norma Hukum (Die theorie von
stufenordnung der rechtsnormen) sebagai pengembangan dari teori Hans Kelsen
tentang Jenjang Norma (stufentheorie).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian Latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti :

a) Bagaimana dasar filosofis dari pancasila.


b) Apa arti dari staats fundamental norm ?.
c) Bagaimana Staats Fundamental Norm Menurut Teori Hans Kelsen dan
Hans Nawiasky ?.
d) Bagaimana Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara ?.

1.3 Tujuan
a) Mengetahui dasar filosofis dari pancasila.
b) Mengetahui arti dari staats fundamental norm.
c) Memahami Staats Fundamental Norm Menurut Teori Hans Kelsen dan
Hans Nawiasky.
d) Memahami Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara.

1.4 Manfaat
a) Menambah wawasan atau pengetahuan pembaca.
b) Memahami lebih mendalam tentang staats fundamental norm.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Filosofis


Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila –sila pancasila merupakan suatu kesatuan
yang bulat dan utuh , hirarkis dan sistematis.

Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila, dijelaskan


sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat mengandung makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,kerakyatan, dan
keadilan.negara yang didirikan oleh itu berdasarkan pada kodrat bahwa manusia
sebagai warga Negara yang hidup berkedudukan kodrat manusia sebagai makluk
Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama). Negara yang merupakan
persekutuhan hidup manusia sebagai makhluk than yang maha esa, pada
hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua).untuk
mewujudkan suatu Negara sebagai suatu organisasi hidup manusia harus
membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga).negara harus
bersifat demokratis, hak serta kekuatan rakyat harus dijamin, baik sebagai
individu maupun secara bersama (hakikat sila keempat).untuk mewujudkan tujuan
Negara untuk mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga , sehingga
untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dijamin berdasarkan suatu
prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama ( kehidupan social)
(hakikat sila ke lima).

Dalam hubungannya dengan pengertiannya nilai sebagaimana tersebut di


atas maka pancasila tergolong nilai kerohanian, akan tetapi nilai kerohanian yang
mengakui adanya nilai material dan nilai vital karena pada hakikatnya menurut
pancasila bahwa warga Negara adalah jasmani rohani. Hal ini dapat dibuktikan

3
pada nilai-nialai pancasila yang tersusun secara hirarkis pyramidal yang bulat dan
utuh.

Selain itu secara kualitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah bersifat


objektif dan juga subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah bersifat
universal yaitu ketuhanan , kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Jika suatu Negara menggunakan prinsip filosofi bahwa Negara berketuhanan ,
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan, maka Negara
tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari niilai-nilai pancasila.

Nilai-nilai pancasila bersifat objektif yaitu;

1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya


yang tedalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan
abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik adat kebiasaan ,
kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menurut ilmu
hokum memenuhi syarat sebagai pokok fundamental Negara sehingga
merupakan suatu sumber hokum positif diindonesia. Sebagai
konsekuensinya jikalau nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 itu di ubah maka sama halnya dengan pembubaran
Negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung dalam ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No V/MPR/1973. Jo. Tap.
No.IX/MPR/1978.

Sebaliknya nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan bahwa


keberadaan nilai-nilai pancasila tergantng pada bangsa Indonesia sendiri.
Pengertiannya adalah:

4
1. nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga dapat
sebagai kausa materialis yang merupakan hasil pemikiran , pinilaian
kritis, serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2. nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup sebagai jati diri
bangsa yang diyakini kebenarannya ,kebaikan , keadilan dan
kebijaksanaan dalam bernegara.
3. nilai-nilai pancasila terkandung tujuh nilai kerokhanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai
religious.
Nilai-nilai pancasila menjadi landasan bangsa Indonesia, dasar
serta motivasi atas segala perbuatan baik kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2.2 Pengertian Staats fundamental norm


Staats fundamental norm merupakan suatu hal yang sangat berarti jika kita
memaknai dengan benar. Pertama yang harus dijelaskan adalah mulai dari Norma
Dasar.
Dalam teorinya hukum norma dasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
norma dasar dalam arti formil dan dalam arti materil. Dalam arti formil dapat
dikenal melalui bentuknya sehingga dapat berlaku dan ditaati. Contohnya,
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945 yang dibacakan oleh Presiden
pertama Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 telah disahkan pula
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
 Dengan adanya fakta tersebut telah membuktikan bahwa proklamasi dan
UUD RI 1945 mempunyai bentuk sehingga dapat ditaati oleh seluruh rakyat
sehingga juga membuktikan bahwa hal tersebut merupakan norma dasar secara
formil.
Norma dasar secara materiil menunjuk pada isi atau materi bahwa seluruh
peraturan yang ada di suatu negara tersebut tidak boleh bertentangan dengan
norma dasar tersebut. Negara Indonesia juga mempunyai norma dasar secara

5
materiil yaitu Pancasila itu sendiri, dan nilai Pancasila telah dirumusakan dan
disahkan sebagai dasar negara dan dimuat dalam pembukaan UUD RI 1945, oleh
karena itu pembukaan dasar UUD RI 1945 memberikan peran sebagai staats
fundamental norm.
Dalam penjelasannya secara etimologi staats fundamental norm berasal
dari bahasa Belanda yang terdiri dari staat = Negara, fundamental yang paling
mendasar  dan norm = norma. Jadi, bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
adalah pokok kaidah negara yang fundamental.
staats fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi
pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu
negara. Posisi hukum dari suatu staats fundamental norm adalah sebagai syarat
bagi berlakunya suatu konstitusi. staats fundamental norm juga ada terlebih
dahulu dari konstitusi suatu negara.
Secara definisi staats fundamental norm juga menyebutkan bahwa dalam
tata tertib hukum dapat diadakan pembagian secaara berjenjang dan ternyata UUD
RI bukanlah merupakan tertib hukum yang tertinggi sebab diatas UUD RI masih
ada dasar pokok bagi UUD RI yang memiliki sifat hakekat yang tetap, kuat, tidak
berubah dan tidak boleh diubah oleh siapapun termasuk juga Majelis
Pemusyawaratan Rakyat (MPR). Persyaratan untuk dapat disebut dengan Staat
Fundamental Norm, ada dua yaitu ;

1. Syarat Formil bahwa staat fundamental Norm harus dibentuk oleh


pembentuk Negara.
2. Syarat selanjutnya bahwa staat fundamental norm isinya harus memuat
tujuan negara, asas politik negara, falsafah negara dan merupakan sumber
hukum bagi UUD nya.

Dalam Kedudukannya norma dasar tersebut digunakan menjadi landasan


dibentuknya aturan-aturan hukum yang berlaku dalam suatu Negara.  Dengan
dibentuknya hukum maka akan terwujud ketertiban dalam masyarakat dan
bernegara. Kedudukan norma dasar materiil yang disebut staat fundamental norm
menjadikan isinya menajadi sumber dari segala hukum.

6
2.3 Staats Fundamental Norm Menurut Teori Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky

Hans Nawiasky menyempurnakan teori yang dikembangkan oleh gurunya,


Hans Kelsen. Hans Kelsen mengembangkan teori Hirearki Norma Hukum
(stufentheorie Kelsen) bahwa “norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan
berlapis-lapis dalam suatu hirearki tata susunan, dimana suatu norma yang lebih
rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, demikian
seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan
bersifat hipothesis dan fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm).”

Hans Nawinsky mengembangkan teori tersebut dan membuat Tata


Susunan Norma Hukum Negara (die Stufenordnung der Rechtsnormen) dalam
empat tingkatan:

a) Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara) atau Grundnorm


(menurut teori Kelsen)
b) Staatsgrundgezets (Aturan Dasar/Pokok Negara)
c) Formell Gezets (UU Formal)
d) Verordnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana dan Aturan
Otonomi).

Menurut teori Kelsen-Nawiansky grundnorm atau staatsfundamentalnorm


adalah sesuatu yang abstrak, diasumsikan (presupposed), tidak tertulis; ia tidak
ditetapkan (gesetz), tetapi diasumsikan, tidak termasuk tatanan hukum positif,
berada di luar namun menjadi dasar keberlakuan tertinggi bagi tatanan hukum
positif, sifatnya meta-juristic.

Menurut Nawiasky, norma tertinggi yang disebut oleh Kelsen sebagai


norma dasar (basic norm)  dalam suatu negara sebaiknya tidak disebut
sebagai staats grundnorm melainkan Staats fundamental norm, atau norma
fundamental negara. Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-ubah, sedangkan
norma tertinggi berubah misalnya dengan cara kudeta atau revolusi.

7
Berdasarkan teori Nawiasky tersebut, kita dapat membandingkannya
dengan teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia.
struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky.
Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah:
a) Staats fundamental norm : Pancasila,Pembukaan UUD 1945.
b) Staats grund gesetz : Batang Tubuh UUD 1945,Tap MPR, dan
Konvensi Ketatanegaraan
c) Formell gesetz : Undang-Undang.
d) Verordnung en Autonome Satzung : Secara hierarkis mulai dari Peraturan
Pemerintah hingga KeputusanGubernur, Bupati atau Walikota.

Pendapat Nawiasky tersebut sebenarnya sejalan dengan pandangan Kelsen.


Kelsen juga menyatakan bahwa konstitusi memang dibuat sulit untuk diubah
karena dengan demikian menjadi berbeda dengan norma hukum biasa.

2.4 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara


Nilai-nilai pancsila sebagai dasar merupakan sumber hukum dari segala
sumber. Adapun pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang merupakan derives nilai-nilai pancasila.

Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah


Negara persatuan, yaitu Negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun
perseorangan.hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.

Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa Negara henda meujudkan sutu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara berkewajban mewujudkan
kesejahteraan umum bagiseluruh rakyat Indonesia.pokok pikiran ini sebagai
penjabaran kelima.

Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat.


Berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Yang merupakan
Negara demokrasi. Ini merupakan penjabaran sila keempat.

8
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas
ketuhanan yang maha esa menurut asar kemanusiaan yang adil dan beradab. Yang
berarti menjunjung tinggi peradaban semua agama dala suatu Negara. Ini
penjabaran sila pertama dan sila kedua.

Dapat disimpulkan bahwa keempat pokok diatas merupakan perwujudtan


nilai-nilai pancasila. Dengan perkataan lain bahwa penjabaran sila-sila pancasila
dalam peraturan perndang-undangan bukanlah secara langsung dari sila-sila
pancasila melainkan, melalui pembukaan UUD 1945. Dalam pengertian ini maka
pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara Indonesia terutama
pelaksana dan penyelanggara Negara.

Selain itu, juga merupakan landasan moral dan etik dalam Negara. Yang
ditegaskan dalam pokok pikiran keempat yang menyatakan bahwa Negara
berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa menurut asar kemanusiaan yang adil
dan beradab. Yang berarti menjunjung tinggi peradaban semua agama dala suatu
Negara.oleh karena itu pokok pikiran ini merupakan suatu dasaryang fundamental
moral dlam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu dasar fundamental
moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus meliputi moralitas para
penyellenggara Negara dan seluruh warga Negara.

Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia dalam era reformasi dewasa ini
harus bersifat rendah hati untuk mawas diri dalam upaya untuk memperbaiki
kondisi Dan nasib bangsa ini hendaklah didasarkan pada moralitas yang tertuang
pada pokok pikiran yang keempat tersebut yaitu moral ketuhanan dan
kemanusiian agar kesengsaraan rakyat tidak semakin bertambah.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan
dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum
nasional Indonesia.

Nilai-nilai pancasila menjadi landasan bangsa Indonesia, dasar serta


motivasi atas segala perbuatan baik kehidupan berbangsa dan bernegara.

staats fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi


pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu
negara. Posisi hukum dari suatu staats fundamental norm adalah sebagai syarat
bagi berlakunya suatu konstitusi. staats fundamental norm juga ada terlebih
dahulu dari konstitusi suatu negara. Dalam Kedudukannya norma dasar tersebut
digunakan menjadi landasan dibentuknya aturan-aturan hukum yang berlaku
dalam suatu Negara.  Dengan dibentuknya hukum maka akan terwujud ketertiban
dalam masyarakat dan bernegara.

3.2 Saran
Mudah-mudahan dalam penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Dan dalam penulisan makalah ini
mungkin masih banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu kami selaku
penulis mohon saran dan masukanya, karena dengan saran dan masukan itu akan
menjadikan penulisan makalah selanjutnya akan semakin baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Edisi kesembilan 2008.


Paradigma.Yogyakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Norma_Fundamental_Negara#Teori_Kelsen-
Nawiansky. Diakses, 7 Maret 2018, Pukul 16.00 WIB.

https://banyak-infoku.blogspot.com/2016/05/staats-fundamental-norm.html.
Diakses, 7 Maret 2018, Pukul 16.15 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai