Anda di halaman 1dari 5

PROSIDING SAMASTA

Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia


MERDEKA BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEBAGAI MANIFESTASI DAN REAKTUALISASI LIBERAL ARTS
(Sebuah Gagasan)
Arif BudiWurianto *)
arifbuwurianto@gmail.com

ABSTRAK

Istilah Liberal Arts berasal dari kata “artes liberales” yang sering digunakan di Eropa pada abad
pertengahan adalah kelompok ilmu yang dianggap sebagai ilmu-ilmu yang penting untuk dipelajari
setiap orang, tidak memandang jurusan yang mementingkan kemampuan berpikir kritis. Pelajaran-
pelajaran yang termasuk dalam liberal arts salah satunya adalah pelajaran-pelajaran ilmu budaya
dasar/humanities yang mencakup seni, bahasa, sejarah, dan filosofi, termasuk di dalamnya adalah
Bahasa dan Sastra. Di Indonesia diajarkan sejak SD sampai SMA/SMK. Namun dalam proses
pemelajarannya selama ini dapat dikatakan pembelajaran yang mengabaikan prinsip-prinsip
humanisme, pembelajaran yang mengekang, mendikte, menghafal, dan tidak sama sekali mengajarkan
apresiasi, empati, dan mempu menumbuhkan humanisasi. Semenjak diberlakukan pengajaran model
instruksional berbasis sistemik, guru disibukkan disibukkan standar-standar administrasi, nilai
kelulusan, administrasi rencana pembelajaran yang rumit dan tidak merdeka membelajarkan.
Demikian pula dampaknya pada siswa dalam menjalankan proses belajar Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bahasa dan Sastra ( termasuk Drama di dalamnya) mempunyai substansi yang
memerdekaan manusia untuk belajar, karena di dalamnya selain Objek material dan formal mapun
virtual, terdapat pula Subjek yang melingkupi kemampuan sensoris, dan proses kreatif. Dalam
berinovasi merdeka belajar dalam Bahasa dan Sastra Indonesia sesungguhnya menumbuhkan pesan
dialogis yang tidak saja terbatas pada relasi guru dan murid di sekolah, tetapi juga lingkup yang
lebih luas, dialog menjadi penghantar menuju “more life” (kehidupan yang lebih kaya) dalam
mencapai tujuan belajar.

Kata Kunci : Liberal Arts, Bahasa, Sastra, Proses Kreatif, Dialogis.

PENDAHULUAN banyak keharusan dalam menyusunnya


Salah satu hal yang baru dalam sehingga cenderung terlalu administratif dan
pendidikan di Indonesia di era Mendikbud bertele-tele. Seharusnya guru yang berada
Nadiem adalah Merdeka Belajar. Merdeka dalam Kompetensi guru di level apapun, tanpa
belajar adalah kemerdekaan berpikir. Dan ada proses penerjemahan dari kompeten depan
terutama esensi kemerdekaan berpikir harus ada kelas mengendalikan pembelajaran sesuai
di guru. Tanpa terjadi sebuah perubahan dan dengan kondisi belajar dan kemampuan
tindakan pada guru, tidak mungkin bisa terjadi /kompetensi guru dalam mengampu sebuah
pada diri si murid. Pertanyaan mendasar adalah mata pelajaran, termasuk Bahasa dan Sastra
bagaimana guru selama ini ? Dalam beberapa Indonesia.
decade apakah guru tidak merdeka? Yang jelas Sebagaimana dalam sebuah kesempatan
tampak dalam manajemen belajar mengajar, Menteri mengatakan : "Tanpa guru melalui
banyak sistem yang membayangi guru. Hal proses interpretasi, refleksi dan proses
yang nyata bagaimana selama ini guru harus pemikiran secara mandiri, bagaimana menilai
membuat RPP yang sangat kaku, tersentral, dan kompetensinya, bagaimana menerjemahkan

20 | Juni 2020
Arif Budi Wurianto: Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai Manifestasi dan Reaktualisasi Liberal Arts (Sebuah Gagasan)

kompetensi dasar, ini menjadi suatu Rencana tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik," siswa.
Sedangkan yang terjadi selama ini RPP disusun
secara instruktif, dan sistemik. Hal ini Merdeka Belajar Manifestasi dan
berlangsung selama bertahun-tahun dan
pembelajaran menjadi semacm mesin tanpa ada Reaktualisasi Liberal Arts
kebebasan guru untuk melakukan interpretasi Dalam sejarah pengetahuan dan pendidikan,
dan refleksi yang lebih memberikan nilai dikenal adanya berbagai pengelompokan
belajar bagi siswa. Dengan demikian merdeka belajar bedasarkan disiplin ilmunya. Salah
belajar diartikan pada kemerdekaan berpikir. satunya ilmu bahasa, ilmu susastra yang
Belajar ilmu pengetahuan adalah berpikir. How terkelompok dalam pendidikan Liberal Arts.
to Think? Pada semua bidang disiplin ilmu Istilah Liberal Arts berasal dari kata “artes
tentunya. Ditinjau dari macam atau jenis liberales” yang sering digunakan di Eropa pada
ilmunya, ada disiplin ilmu yang menekankan abad pertengahan adalah kelompok ilmu yang
pada berpikir, berfilsafat, mengkritisi dan dianggap sebagai ilmu-ilmu yang penting untuk
berpikir dengan kritis, ada pula bidang disiplin dipelajari setiap orang, tidak memandang
ilmu selain berpikir juga pada keterampilan dan jurusan yang mementingkan kemampuan
sikap. berpikir kritis. Pelajaran-pelajaran yang
Merdeka belajar mengimplikasikan termasuk dalam liberal arts salah satunya
kedudukan belajar, berpikir, berfilsafat dan adalah pelajaran-pelajaran ilmu budaya
mencari pengetahuan. Belajar harus didudukkan dasar/humanities yang mencakup seni, bahasa,
dalam kerangka sosio-kultural tempat siswa sejarah, dan filosofi, termasuk di dalamnya
belajar dan berpikir kritis tentangnya. Without adalah Bahasa dan Sastra. Namun
philosophy, science looses its social directions. kedudukannya saling berhubungan dengan ilmu
Without science, philosophy sees to be socially sosial yang lain.
unrelevant”. Dalam kerangka filsafat keilmuan Secara sederhana liberal arts education
dan pembidangan keilmuan, masing-masing berarti mempelajari berbagaite bidang ilmu
disiplin ilmu harus ditempatkan pada yang berbeda sekaligus. Merdeka belajar dalam
kedudukannya. Dalam perkembangan ilmu berkonteks liberal arts akan memberikan
pengetahuan setiap cabang ilmu akan saling pengalaman intelektual. Intelektual adalah
menyapa, sehingga muncul Inter-Disiplin, kekuatan berpikir dari mengetahui sesuatu yang
yang mempunyai pengertian sebagai belum diketahui. Mencari sesuatu yang belum
pengetahuan yang didapat dari paduan beberapa diketahui secara lebih lanjut dapat disebut
cabang ilmu pengetahuan, Multi-Disiplin, dengan mencari kebenaran. Jadi membangun
merupakan pengertian suatu penelitian atau kekuatan inteletual adalah menjadikan
pendidikan yang melibatkan lebih dari satu kekuatan pikiran yang menggambarkan
cabang ilmu pengetahuan dengan masing- potensi dan bakat manusia yang dapat
masing disiplin yang berdiri sendiri, Trans- digerakkan oleh kemampuan berpikir, baik
Disiplin sebagai pengertian dari suatu kerangka yang disadari maupun tidak disadari, untuk
teori yang mencakup lebih dari satu cabang mencari terus tentang kebenaran. Lebih lanjut
ilmu pengetahuan, dan Lintas-Disiplin yang bagaimana Guru mampu menginterpretasikan
diartikan sebagai pengetahuan yang melampaui materi pelajaran, merefleksikan arah belajar dan
batas dari cabang ilmu pengetahuan tertentu mengembangkan materi yang sesuai kebutuhan
tanpa bermaksud menciptakan cabang ilmu adalah upaya-upaya membangun intelektual
pengetahuan baru. Merdeka Belajar secara mandiri dan bertanggungjawab.
dikembangkan secara otonom dan fleksibel Melalui reaktualisasi liberal arts
sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, sebagai salah satu wujud merdeka belajar akan

21 | J u n i 2 0 2 0
Arif Budi Wurianto: Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai Manifestasi dan Reaktualisasi Liberal Arts (Sebuah Gagasan)

diperoleh pengembangan kekuatan education”. Peserta didik harus meningkatkan


intelektual, dan menciptakan literasi yang harkat dan martabat manusia ; konsep bahwa
lebih luas pada diri siswa. Siswa akan manusia merupakan “binatang” yang
mempunyai kemampuan literasi intelektual “rasional” yang berusaha meningkatkan harkat
(mencari kebenaran pengetahuan) moral dan martabatnya melalui penggunaan dan
(mampu berperilaku baik dengan bertingkah penyempurnaan nalarnya melalui
laku berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara pengetahuan.
hati, nasihat dan nilai-nilai yang berlaku dalam Liberal yang akan menjadi bekal
masyarakat. Merdeka belajar sebagai kepada mereka dalam dunia kerja dan dalam
reaktualisasi Liberal arts memberikan menempuh karier profesional atau karier ilmiah
penguatan esensi bahwa belajar untuk yang lebih tinggi. Demikianlah hal ini tercakup
mendapatkan pengetahuan. Konsep juga dalam Bahasa dan Sastra Indonesia
pengetahuan untuk pengetahuan. Peserta sebagai dasar pengerahuan/filsafat
didik harus bebas ; peserta didik pada liberal art bahasa/filsafat seni sastra yang mampu
harus bebas (merdeka), jika mereka terbelenggu menopang penguasaan ilmu pengetahuan yang
dalam kebebasan belajarnya, mereka harus lain. Hal ini beralasan karena liberal art juga
dibebaskan. Bebas berfikiran merdeka adalah mencakup keseluruhan dimensi kemanusiaan
keluar dari tekanan yang membelenggu proses secara utuh, yakni manusia sebagai mahluk
belajar dan memperoleh pengetahuan karena yang menalar, berinteraksi dan berkembang,
aturan-aturan dalam pendidikan yang instruktif dan menciptakan individu yang bebas, mandiri,
dan sistemik. Dalam model pengetahuan dan bertanggung jawab.
Liberal Arts terjadi Dialog. Selama ini orientasi pendidikan di
Secara alamiah manusia itu bebas, dan Indonesia diorientasikan pada tujuan, hasil
secara alamiah pula manusia itu memiliki sifat (produk) dan kompetensi. Namun pendidikan
sosial, supaya berkembang sepenuhnya sebagai dalam Liberal Arts tidak diarahkan pada sebuah
“binatang sosial” maka manusia harus hasil (produk), tetapi untuk membangun
berperanserta dalam kehidupan sosial. Syarat kemampuan manusia yang akan diubah
peranserta individu dalam kehidupan sosial sebagai upaya intelektual termasuk berpikir
adanya dialog. Peserta didik harus dilibatkan kritis dan kemampuan untuk berkomunikasi
dalam proses komunikasi tanpa harus secara efektif secara lisan, maupun secara
“sepakat”, tetapi harus mampu “saling tertulis. Di sinilah peranan pelajaran Bahasa
memahami”, tidak peduli meskipun terdapat dan Sastra Indonesia di sekolah. Pelajaran
“perbedaan pendapat”. Dengan demikian Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah melatih
strategi diskusi berperan dan sangat penting. pendidikan multicultural karena melalui belajar
Siswa tidak hanya mampu dan memiliki literasi mandiri, dialog dan diskusi siswa akan
pengatahuan Bahasa dan Sastra Indonesia, berlatih menerima dan mendapatkan banyak
tetapi juga memiliki pengatahuan sosial, sudut pandang yang berbeda.
budaya, dan seni. Pada masa Renaissance di
Eropa, renaissance person adalah seseorang PEMBAHASAN
yang terampil pada beberapa keahlian.seperti : Belajar Merdeka Pelajaran Bahasa dan
Leonardo da Vinci . Dia berpengetahuan tidak Sastra Indonesia di Sekolah
hanya tentang seni, tetapi juga tentang ilmu Penerapan belajar merdeka pada
pengetahuan, anatomi. Merdeka belajar adalah pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus
penemu dan mampu menjelajah ilmu dibarengi dengan perubahan orientasi
pengetahuan /intention. Keuntungan merdeka kurikulum pengalaman belajar, kuantitas dan
belajar bagi siswa adalah mereka mampu kualitas materi r dan Sastra Indonesia, proses-
“mendidik diri mereka sendiri” atau “long life proses pembelajaran dan evaluasi pemb

22 | J u n i 2 0 2 0
Arif Budi Wurianto: Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai Manifestasi dan Reaktualisasi Liberal Arts (Sebuah Gagasan)

materelajaran yang otentik. Reposisi Guru dan idiil untuk bahasa, sastra dan drama. Di
sebagai manager kelas, Guru menata refleksi dalam subjek juga terdapat proses-proses
pembelajarannya, sebagai interpreter materi ajar kreatif. Ada unsur ide dan makna yang
untuk disampaikan secara merdeka, membekali dilatihkan dipahami sebagai pengetahuan.
pengetahuan kritis lewat bahasa dan sastra, Dalam proses kreatif terdapat unsur
menata assessment penilaian dan sudut mimesis/imitasi seperti pada sastra, ada unsur
pandang hubungan guru siswa, pelajaran ekspresi, simulasi dan apresiasi. Sedangan
bahasa, pelajaran sastra , dan analisis content kategori Objek adalah filsafat yang meliputi
materi yang tidak saja secara filsafat bahasa material dan formal. Secara material objek
atau sastra tetapi juga pragmatis dan kajian bahasa dan sastra itu meliputi fungsi
keterampilan yang berguna bagi kehidupan media komunikasi, dan topik-topik atau tema
siswa. bahasan (subject matter). Sementara secara
Hal-hal di bawah ini merupakan upaya formal dapat dikatikan dengan konteks ruang,
Belajar Merdeka Bahasa dan Sastra Indonesia waktu dan struktur bahasa. Dalam konteks
berikut reaktualisasi Liberal Arts. kekinian, kategori filsafati bahasa dan sastra
1. Guru menciptakan “ Daya Magnetisme” dapat dikaitkan secara virtual.
dalam mengajar. Mengajar adalah seni, namun
dalam menciptakan merdeka belajar, dengan 3. Memerdekakan Dalam Proses Kreatif
kompetensi mengajar dan bidang studi guru Belajar yang Kritis. Ini merupakan upaya
harus mampu sebagai daya magnet bagi para menciptakan sebuah blue print atau desain
siswanya dalam proses pembelajaran. Dapat pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada
dikatakan bermula dari depan kelas sampai siswa, selain menekankan pada pemerolehan
terjadi interaksi yang demokratis di kelas dan pengetahuan, keterampilan berpikir kritis dan
siswa berpeluang memerdekakan dirinya penguatan karakter sense and
mencari pengetahuan. Bahasa digunakan baik sensibility,empati, ideasi dan penciptaan
dalam tataran pengetahuan, sikap dan etika purwarupa/prototype. Kelas merdeka adalah
serta secara emotional mampu tercipta bahasa kelas riang gembira yang menajamkan intuisi
yang estetik dalam komunikasi pembelajaran. untuk belajar. Selain diarahkan mendapatkan
Langkah-langkah persuasif dilakukan guru pengetahuan dan sikap kritis, juga penguatan
untuk mengarahkan dan memotivasi siswa indikator aktivitas belajar, interaksi sosial,
untuk berkolaborasi dengan guru, baik di dalam belajar lingkungan, dan bekerja secara merdeka
kelas maupun luar kelas. Ini adalah prinsip dalam proses : say, do, think, dan feel.
atributif yang mendekatan emosional Bagaimana kemampuan mengemukakan
positif (anchoring techniques) antara pendapat (say), merencanakan aktivitas belajar
guru dengan siswa. (do), hal-hal yang diperoleh semasa proses
belajar dalam bentuk berpikir kritis yang
2. Menguatkan nilai filsafati Bahasa dan didialogkan dan didiskusikan sebagai inti dari
Sastra dalam sistem pengetahuan kritis. rasional berpikir dan menguatkan motivasi (
Paham reduksionis ilmu secara ontologis dan Think) serta emosional yang dikelola selama
epistemologis. Dalam filsafat selalu ada proses belajar (feel). Selain itu belajar empati
dualism antara Subjek dan Objek. Dalam yang bertujuan melakukan analisis secara
bidang bahasa, sastra (termasuk Drama) sistematik dan pemahaman situasi. Sedangkan
terdapat kemampuan Sensoris yang harus ideasi adalah produk belajar yang diwujudkan
ditanamkan kepada siswa. Kategori Subjek dalam unjuk kerja, purwarupa, aktivitas dan
dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, bahkan pemikiran praktis/solusi.
terdapat kemampuan sensoris visual seperti
pada pelajaran drama, dan kemampuan auditif

23 | J u n i 2 0 2 0
Arif Budi Wurianto: Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai Manifestasi dan Reaktualisasi Liberal Arts (Sebuah Gagasan)

4. Memerdekakan dalam Assessment mengajarkan bagaimana memerdekakan diri


Pembelajaran. Pelaksanaan penilaian kita sendiri dan merdeka sebagai rakyat, bangsa
merupakan salah satu bagian penting dan Negara. Salah satu prinsip yang diajarkan
pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat beliau adalah ngandel, kandel, kendel, dan
diabaikan. Memerdekakan penilaian dari rasa bandel. Ngandel berarti percaya diri, kandel
tekanan dan frustasi sebagaimana kebijakan berarti tebal dan berisi, kendel berarti berani
struktur UAN dan sejenisnya. Guru sebagai sedangkan bandel berarti pantang menyerah.
manajer pembelajaran mengetahui persis hal Merdeka Belajar Ki Hajar Dewantara
yang diujikan dan bagaimana mengukur proses- mengajarkan untuk menjadi pribadi yang
proses belajar sebagai penilaian otentik baik percaya diri dan berani baik sebagai individu
untuk menilai kognitif, afektif psikomotorik. maupun bagian dari sebuah bangsa. Semua
Sebagaimana penyelenggaraan UN tahun 2021 berawal dari kelas, dari guru, Kolaborasi guru
nantinya akan dirubah menjadi Asesmen dengan siswa, dan sekolah dengan masyarakat.
Kompetensi Minimum dan Survey Karakter Perkembangan jaman turut mewarnai dengan
yang terdiri dari kemampuan bernalar dengan merdeka untuk reformasi dalam menuju
menggunakan bahasa dan sastra (literisasi), kualitas pendidikan yang kompetitif. Bersaing
kemampuan bernalar menggunakan matematika dengan tetap berpijak pada bumi Indonesia.
(numerisasi), dan penguatan pendidikan
karakter. Malang. 17 Romadhon 1441
5. Memerdekakan untuk belajar berbasis sosial 10 Mei 2020
budaya secara integral dan demokratis. Teknik
dan strategi belajar merdeka memungkinkan
guru melakukan inovasi dan terobosan belajar
langsung kepada masyarakat. Sebagai
kelanjutan dari proses berpikir kritis dan
penguatan karakter sense and sensibility,
empati, ideasi dan penciptaan
purwarupa/prototype, guru menginisiasi materi
Bahasa dan Sastra Indonesia yang berbasis
sosial budaya. Bahasa dan sastra Indonesia
merupakan wujud piranti komunikasi dengan
masyarakat Indonesia berikut latar sejarah dan
kebudayaannya. Belajar dari alam, belajar dari
masyarakat dengan merdeka melibatkan
dimensi kearifan lokal sebagai unsur living
culture. Di dalamnya terdapat dimensi sosial
budaya, dimensi metode dan pendekatan yang
mengedepankan kearifan dan kebijaksanaan,
serta dimensi arah dan tujuan yang menekankan
harmoni hidup dan keberlanjutan.

KESIMPULAN
Merdeka dalam belajar merupakan
keberlanjutan dari pedagogi Indonesia warisan
Ki Hajar Dewantara. Selain konsep Tut Wuri
Handayani, Ki Hajar Dewantara juga
mengedepankan pendidikan karakter. Beliau

24 | J u n i 2 0 2 0

Anda mungkin juga menyukai