Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK URINE

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan urin dan urinalisis. Serta jelaskan
perbedaanya! (2 Literatur)
Jawab :
 Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari (Naid,
tadjuddin. 2014)
 Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. (Haryoto, 2015)
 Urinalisis adalah salah satu tes yang sering dimintai oleh para klinis
untuk mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolism
tubuh (Nadi, tadjuddin. 2014)
 Urinalisis adalah salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan pada
pasien dengan LUTS yang terdiri dari pemeriksaan fisik, mikroskopik,
dan kimia (Jamil, Aziz. 2018)

2. Tuliskan dan jelaskan beberapa tujuan urinalisis!


Jawab :
Tujuan urinalisis adalah untuk menunjukkan adanya zat-zat yang dalam
keadaan normal tidak terdapat dalam urin, atau menunjukkan perubahan
kadar zat yang dalam keadaan normal terdapat dalam urin. Tes urin tidak
hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin, tetapi
juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran
empedu, pancreas, cortex adrenal, dll. (Naid, tadjuddin. 2014)

3. Apa yang menyebabkan warna urin berbeda-beda? (2 Literatur)


Jawab :
 Urin memiliki tingkat warna yang berbeda-beda karena dipengaruhi
oleh tingkat konsumsi cairan yang yang diminum. Konsumsi cairan
yang banyak akan menghasilkan wana urin yang bening dan cerah,
sebaliknya kekurangan cairan akan menyebaban warna urin menjadi
pekat (Amani, Rint. 2017)
 Kurangnya konsumsi cairan yang menyebabkan dehidrasi berbahaya
bagi kesehatan. Status atau level dehidrasi tubuh dapat dengan
melihat warna dan volume urin buang air kecil. Warna urin cerah
dengan volume yang banyak menunjukkan level hidrasi yang baik.
Sedangkan warna urin gelap atau keruh dengan volume yang sedikit
menujukkan level dehidrassi yang rendah didalam tubuh. (Ramadhan,
Reza. 2016)

4. Jelaskan prosedur pemeriksaan bau urin, pH urin, dan sedimen urin


(mikroskopik)!
Jawab :
 Bau urin
Pemeriksaan bau urin merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara
makroskopik meliputi pemeriksaan sampel urin dengan melihat warna
urin, bau dan kejernihan (Purwaningsih, Nur. 2018)
 pH urin (Pemeriksaan kimia urin)
untuk pemeriksaan kimia urin, urin ditampung pada hari ke 0, 45 dan
90 setiap pagi hari (Haryoto, 2015)
 Sedimen urin (mikroskopik)
Urine diambil sebanyak 12 ml dan dimasukkan kedalam tabung yang
telah dilengkapi dengan tutup tabung lalu disentrifug selama 5-10
menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm. Setelah itu lapisan sedimen
0,5-1 ml kemudian ditambahkan dengan 1 tetes pewarna
Sternheimer_Malbin dan sedimen disuspensikan. Diletakkan 1 tetes
sedimen dengan menggunakan pipet penetes kamar hitung. Diperiksa
sedimen dibawah mikroskop dengan lenja objektif 40x untuk lapangan
Pandang besar (LPB) dilaporkan jumlah leukosit, eritrosit, dan sel
epitel.
Sedimen didiamkan pada suhu kamar tanpa perlakuan khusus selama
2 jam lalu dilakukan pemeriksaan dengan cara sedimen disuspesikan
kembali dengan mengetukkan jari perlahan pada dinding tabung.
Diteteskan 1 tetes sedimen dibawah mikroskop dengan lensa objektif
40x untuk LPB.
Untuk tes sedimen 3 jam berikutnya, sedimen tetap didiamkan pada
suhu kamar tanpa perlakuan khusus dan dilakukan pemeriksaan
dengan cara sedimen disuspensikan kembali dengan mengetukkan
jari perlahan pada dinding tabung. Diteteskan 1 tetes sedimen dengan
menggunakan pipet tetes dalam kamar hitung. Diperiksa sedimen
dibawah mikroskop dengan lensa objektif 40x untuk LPB dilaporkan
jumlah leukosit, eritrosit dan sel epitel. (Naid, tadjuddin. 2014)

5. Mengapa hasil positif ++++ (4+) pada pemeriksaan glukosa urin terdapat
warna jingga/merah ?
Jawab :
Prinsip pemeriksaan glukosa urin metode benedict adalah glukosa dalam
urin akan mereduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan
perubahan warna dari larutan benedict. Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya kekeruhan dan perubahan warna dari biru menjadi hijau
kekuningan sampai merah bata.
Setelah dilakukan penelitian tentang perbandingan reduksi glukosa pada
urin menggunakan pemanasan api spiritus dan waterbath 100°C dengan
metode benedict dapat disimpulkan bahwa reaksi benedict dengan
pemanasan api spiritus dan waterbath 100°C tidak mempengaruhi hasil
dari negative sampai dengan positif (4+) (Kurniyawati, Anita.2019)
DAFTAR PUSTAKA
Amani, Rint. Rizal Maulana, dkk. 2017. Sistem pendeteksi dehidrasi
berdasarkan warna dan kadar ammonia pada urin berbasis sensor
TCS3200 dan MQ135 dengan metode Naïve bayes, ISSN : 2548-
964X. Universitas Brawijaya : Surabaya
Haryoto, dkk. 2015. Uji toksisitas subkronis ekstrak etanol daun tumbuhan

sala (Cynometra ramiflora Linn.) dengan parameter kimia urin dan


histopatologi organ ginjal pada tikus galur wistar, ISSN : 2407-9189.
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta
Jamil, Aziz Putri Al. Dian Pertiwi, dkk. 2018. Gambaran hasil pemeriksaan
urin pada pasien dengan pembesaran prostat jinak di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Universitas Andalas : Padang
Kurniyawati, Anita, dkk. 2019. Perbandingan reduksi glukosa pada urin
menggunakan pemanasan api spiritus dan waterbath 100°C dengan
metode benedict. Sekolah Tinggi Analisis Bakti Asih : Bandung
Naid, tadjuddin. Fitriani Mengerangi, dkk. 2014. Pengaruh penundaan
waktu terhadap hasil urinalisis sedimen urin, ISSN : 2085-4714.
Universitas Hasanuddin : Makassar
Purwaningsih, Nur Vita. Rahma Widyastuti. 2018. Perbandingan
pemeriksaan leukosit urin segar dengan setelah 2 jam disuhu kamar,

ISSN : 2597-3681. Universitas Muhammadiyah Surabaya : Surabaya


Ramadhan, Reza Iman. Cerika Rismayanthi. 2016. Hubungan antara
status hidrasi serta konsumsi cairan pada atlet bola basket.
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai