Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

“ Amandemen Konstitusi”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri


Mata Kuliah : PKN 36
Dosen : Dr. Kurniaty

DISUSUN OLEH
NAMA : FIRNA MUTHMAINNAH
NIM : E011201089
Kelas : PKN 36

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
1. LATAR BELAKANG AMANDEMEN UUD 1945
Pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan
presiden setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran, yang dimotori oleh
manusia, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya, di Jakarta dan di daerah-
daerah. Berhentinya presiden soeharto di tengah krisis ekonomi dan moneter yang
sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia menjadi awal dimulanya era
reformasi di tanah air .
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden,
adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir),
serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang
belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas
sistem pemerintahan presidensil.

2. Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari
F-PP
1) Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih
mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar
mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat,
2) Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham
demokrasi,
3) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar
sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi
syarat negara hukum,
4) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances
yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara
yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan jaman,
5) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban
negara memwujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika dan moral serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam
perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan,
6) Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting
bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi,
7) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa
sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan
negara Indonesia ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun
waktu yang akan datang.

Dasar Pemikiran Dan Latar Belakang Perubahan Uud 1945


1) Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checksand balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
2) Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada
pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945
adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden
dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak
prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan
kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
3) UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya
Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
4) UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
5) Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup
didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan
yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak
asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi
berkembangnya praktek penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
o Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan
terpusat pada presiden.
o Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat.
o Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi
persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses tahapan
pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
o Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai,
justru yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli.
3. Hasil Amandemen Konstitusi
Adapun yang menjadi hasil amandemen UUD 1945 akhir yaitu dilakukannya
amandemen sebanyak 4 kali dimana yang diubah sekitar 46 butir, dan yang tidak
dirubah sekitar 25 butir. Dimana saat ini bisa dilihat bahwa terdapat sebanyak 199 butir
ketentuan dan juga dilakukan penambahan terdapat 174 ketentuan yang baru.
Meskipun kesemua perubahan atau juga amandemen tersebut dilakukan namun
pada bagian pembukaannya tidak dilakukan perubahan, hal ini sesuai dengan
persetujuan bersama dan juga untuk menjaga susunan NRKI dan juga untuk
menegaskan sistem pemerintahan Indonesia yang berbentuk presidensil.

Anda mungkin juga menyukai