Anda di halaman 1dari 8

Pengertian

Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir
dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi
untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat
pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).

Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi
oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-
butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada umumnya
kurang dari 30 meter pertahun.

Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir
pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu
dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan
memanjang (longitudinal dune).

Secara global gumuk pasir merupakan bentuklahan bentukan asal proses angin (aeolian).
Bentuklahan bentukan asal proses ini dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Morfologi

Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu
penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang.Beberapa
tipe gumuk pasir:

• Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)

Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak
memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai
dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila
dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 –
15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi
oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin.

• Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya.
Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin.
Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang
terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini
akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
• Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah
arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya,
mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya
berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan
bagian yang menghadap ke arah angin curam.

• Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain.
Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang
karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal,
sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan
memanjang.

• Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan
berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan
disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada
bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk
bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan
baru disekitarnya.

• Tipe Impedeed Dunes

a) Blowout

Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan. Terbentuk karena deflasi
local.

b) Echo dunes
Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.Proses pembentukan :
akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena zone penghalang.

Aspek spatial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis

Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang
terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian
mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya,
gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis
dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk
pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia.
Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi
oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.
Pengaruh dari Gunung Merapi

Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan
gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material
piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa
bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada Kali Krasak, Kali Gendol,
dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.
Pengaruh angin
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin
menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui
menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir
dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai
tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes. .Pada pantai selatan jawa, angin
bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke
arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka
gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

Citra daerah gumuk pasir parangtritis yang menunjukkan adanya pengaruh angin muson
tenggara. ( Sumber : wikimapia.org, 2008)

Pengaruh Sungai.
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai,
yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang
telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya,
sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga
menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut,
terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan
selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak
diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini
disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal
dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai.

Pengaruh Graben Bantul


Zona selatan Jawa merupakan plato yang mirining ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan
di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga
kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah
berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang
berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok
patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan
Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya
patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga
mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang
ditemui misalnya pada Sungai Opak-Oyo.Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah
adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.

Aspek Sosio-Culture Pantai Parangtritis dan Sekitarnya

Wilayah Pantai Parangtritis meliputi pantai Parangtritis dengan panorama alam yang ditonjolkan
sebagai objek utama, Pantai parangkusumo dengan penonjolan objek budaya dan religius, serta
Pantai depok dengan pariwisata kuliner yang dominan. Hal ini kemudian membentuk spatial
synergism dan spatial association yang sangat baik.

Spatial synergism adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau
tempat sehingga menimbulkan statu manfaat yang lebih jira dibandingkan apabila setiap ruang
itu berdiri sendiri. Dalam hal ini beberapa objek wisata yang berbeda dan menjadi satu paket
wisata dalam satu wilayah yang dekat menyebabkan pantai parangtritis menjadi objek wisata
yang lengkap sehingga lebih menarik untuk dikunjungi.

Spatial association adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau
tempat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi
pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya.
Pantai parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya tempat yang
diyakinmi sebagai tempat bertemunya raja mataramn dengan Nyai Roro Kidul pada masa
lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh Maulana Maghribi dan Syeh
Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan. Penduduk utamanya bermatapencaharian di
bidang jasa pariwisata baik perdagangan ataupun menyewakan penginapan. Permasalahan yang
kemudian timbul di sini adalah maraknya praktek prostitusi.

Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal, tetapi karena materi pasir
memeliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak ada aliran permukaan yang dapat di
manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat
saja menyebabkan banyaknya air tanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat
menyebabkan intrusi air laut. Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya
limbah baik yang berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai