Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PENGAMPUH
Ns. Nur Uyun. I Biahimo, M.Kep
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Amelia Pakaya
2. Anisa Radjab
3. Chintarai Mukminat Abubakar
4. Dessy Purwaningsih U. Laguna
5. Dian Putri Anggraini
6. Febriani R. Karim
7. Febriyanti Nalole
8. Firanti Nur Djafar
9. Fitrananda Napu
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nyalah
kami kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASKEP
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA’’ dengan tepat waktu. Makalah ini
dibuat sebagai proses belajar bagi kami semua namun insyaallah dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Kelompok memohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini
dikarenakan kami masih dalam proses belajar. Kami berharap makalah ini dapat
diterima dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................................3
B. Etiologic.................................................................................................................4
C. Patofisiologi...........................................................................................................5
D. Menifestasi Klinis..................................................................................................5
E. Siklus KDRT..........................................................................................................6
F. Bentuk-bentuk KDRT............................................................................................7
G. Karakteristik KDRT...........................................................................................8
H. Penatalaksanaan...............................................................................................10
BAB III............................................................................................................................11
TINJAUAN KASUS........................................................................................................11
A. Pengkajian............................................................................................................11
B. Analisa Data.........................................................................................................12
C. Diagnose Keperawatan.........................................................................................15
D. Intervensi..............................................................................................................15
E. Evaluasi................................................................................................................17
BAB IV............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan..........................................................................................................19
B. Saran....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
DOKUMENTASI............................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan
berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan
kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri
dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga
disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari
Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan
yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam
hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah
keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang
ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan
terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga.
Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.
Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan
anak merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak
ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga
bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah
mengalaminya. Yang mejadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan
menyelesaikan hal tersebut.
Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-
masing. Apabila masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota
keluarga akan mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan
mengerti perasaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga
sehingga terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara
sehat terjadi bila masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan
kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-
sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar.
Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan
semakin sering terjadi dalam keluarga.
1
Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan,
hentakan-hentakan fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian
maupun ekspresi wajah menyeramkan. Terkadang muncul perilaku seperti
menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik. Perilaku
seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
yang diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar mengenai kekerasan dalam rumah
tangga(KDRT) ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) ?
C. Tujuan
Untuk mengetahuai konsep-konsep dasar mengenai kekerasan dalam rumah
tangga serta asuhan keperawatan jiwa untuk pasien kekerasan dalam rumah
tangga.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Perilaku kekerasan dalam keluarga adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat mebahayakan secara fisik terhadap perempuan
maupun anak. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang
No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga,
memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan
hukum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain menegaskan
bahwa:
1. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari
segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-
undang Republik Indonesia tahun 1945.
2. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.
3. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah
perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau
masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman
kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat kemanusiaan.
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan
3
kekerasan dalam rumah tangga.
B. Etiologic
Sikap korban yang dengan sengaja maupun tidak membuat pelaku marah. Contoh:
pecemburu, suka ngomel, pengabaian pengurusan rumah tangga, penuntut, suka
bertengkar, kurang menghargai suami, ketergantungan dan berpegang pada tradisi
atau adat.
2) Tekanan hidup.
Laki –laki merasa lebih istimewa dibanding perempuan, merasa lebih berharga,
lebih tinggi peran dan kedudukannya. Wanita sering dipandang fungsinya
hanya mengurus rumah tangga dan merawat anak.
4) Masalah keuangan.
4
suaminya tidak mampu memenuhinya.
5) Budaya petrnalistic yang kuat dan pemahaman budaya yang salah.
Budaya paternalistic menganggap kaum laki-laki sebagai pemegang
kekuasaan sehingga terjadi diskriminasi pada wanita, pemahaman
budaya yang salah bahwa wanita adlah milik suami, harus memenuhi
semeua keinginan suami, bahwa laki-laki lebh berkuasa
C. Patofisiologi
FAKTOR PRESDIPOSISI
5
D. Menifestasi Klinis
Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri,
cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering
merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas
penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang
jelas. Jika anda membaca gejalagejaladi atas, tentu anda akan menyadari bahwa
akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu
penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan.
E. Siklus KDRT
Secara umum kekerasan dalam rumah tangga mengikuti suatu siklus, yang
terjadi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Ketegangan muncul dari
konflik atau ketidaksepakatan kecil, yang menjadikan wanita mengeluh, pasif,
atau menarik diri.
Fase 1
Munculnya ketegangan, konflik,
pertentangan, pertengkaran verbal
fase III
keduanya merasa lega, pria seringkali
mengungkapkan rasa cinta, penyesalan
yang mendalam, berperilaku baik, meminta maaf,
mengungkapkan janji tidak akan mengulangi
perbuatan kasarnya
wanita mengeluh, pasif, atau menarik
diri untuk mengelak dari kemarahan
pria.
6
memuncak
wanita seringkali menunda untuk segera mencari
pertolongan, meminimalkan cedera yang terjadi,
dalam keadaan syok atau tidak percaya
fase II
insiden pemukulan akut terjadi dengan tindak kekerasan verbal, fisik,
dan seksual; berlangsung dalam beberapa jam sampai 24 jam atau lebih
F. Bentuk-bentuk KDRT
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri
dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau
luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah
menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang,
menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya.
Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah
atau bekas luka lainnya.
3. Kekerasan seksual
7
batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri,
tidak memperhatikan kepuasan pihak istri. Kekerasan seksual berat, berupa:
8
3) Mengambi l tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban,
merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.
Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja
yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi
atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
G. Karakteristik KDRT
1. Isolasi social
9
Ada hubungan antara penyalahgunaan zat, terutama alkohol, dengan kekerasan
dalam keluarga. Hal ini tidak menunjukkan sebab dan akibat-alkohol tidak
menyebabkan individu menjadi penganiaya sebalik, penganiaya juga cenderung
menggunakan alkohol atau obat-obatan lain. 50-90% pria yang memukul
pasangannya dalam rumah tangga juga memiliki riwayat penyalahgunaan zat.
Jumah wanita yang mengalami penganiayaan dan mencari pelarian dengan
menggunakan alkohol mencapai 50 %. Akan tetapi, banyak peneliti yakin bahwa
alkohol dapat menguurangi inhibisi dan membuat perilaku kekerasan lebiih intens
atau sering (denham, 1995).
Berarti bahwa pola prilaku kekerasan diteruskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui model peran dan pembelajaran sosial (humphreeys, 1997;tyra,
1996). Transmisi antargenerasi menunjukkan bahwa kekerasan dalam keluarga
merupakan suatu pola yang dipelajari. Misalnya, anak-anak yang menyaksikan
kekerasan dalam keluarga akan belajar dari melihat orang tua mereka bahwa
kekerasan ialah cara menyelesaikan konflik dan bagian integral dalam suatu
hubungan dekat. Akan tetapi tidaak semua orang menyaksikan kekerasan dalam
keluarga menjadi penganiayaa atau pelaku kekerasan ketika dewasa sehingga
faktor tunggal ini saja tidak menjelaskan prilku kekerasan yang terus ada.
H. Penatalaksanaan
1. Pendekatan individu.
2. Pendekatan social.
10
3. Pendekatan medis.
Untuk memberikan pelayanan dan perawatan baik secara fisik atau kejiwaan.
4. Pendekatan hukum.
Tentunya yang bertanggung jawab masalah ini adalah pemerintah untuk selalu
mencari, menanggapi secara sigap terhadap setiap laporan atau penemuan kasus
kekerasan dan kejahatan serta menghukumnya dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Ny. C 36 tahun datang ke poli kebidanan dengan kakak kandungnya untuk
memeriksakan kehamilannya. Ny. C tampak memar pada pipi kiri, Ny C sering
tampak melamun, pandangan kosong, lebih sering dan hanya menjawab
pertanyaan dengan singkat. Saat ditanya tentang suaminya dia hanya diam dan
meneteskan air mata. Menurut kakak Ny. C, Ny. C sedang hamil 4 minggu, suami
Ny.C tidak bekerja, Ny.C bekerja sebagai karyawan di bank swasta. Tadi malam
Ny.C dan suaminya bertengkar karena Ny. C terlambat pulang karena rapat. Ny.C
sudah menjelaskan tentang alasan keterlambatan pulangnya, tetapi suaminya tidak
percaya, karena marah Ny.C didorong hingga jatuh dan pipinya terbentur kujung
meja. Karena khawatir dengan kondisi kandungannya kakak Ny.C membawa
Ny.C ke poli kebidanan.
A. Pengkajian
Data demografi :
Biodata klien :
Nama : Ny. C
Umur : 36 tahun
Agama : islam
Alamat : jl. Jati
Status perkawinan : kawin
PENGUMPULA DATA
12
7. Kakak klien mengatakan suami klien tidak bekerja
8. Kakak klien mengatakan semalam klien bertengkar dengan suaminya
karena klien terlambat pulang
9. Kakak klien mengatakan klien didorong suaminya sampai pipin klien
terbentur ujung meja
10. Kakak klien mengatakan karena merasa khawatir dengan kandungannya
sehingga klien memeriksakan kandungannya ke poli kebidanan
11. Kakak klien mengatakan klien bekerja sebagai karyawan di Bank
DATA FOKUS
DS :
DO:
B. Analisa Data
13
mengatakan mental
karena merasa
khawatir
dengan
kandungannya
sehingga klien
memeriksakan
kandungannya
ke poli
kebidanan
DO :
1. Ny, C nampak
sering
melamun
2. Pandangan
kosong
3. Hanya
menjawab
pertanyaan
dengan singkat
4. Saat ditanyai
tentang
suaminya klien
hanya diam
dan
meneteskan air
mata
14
dengan
suaminya
karena klien
terlambat
pulang
2. Kakak klien
mengatakan
klien didorong
suaminya
sampai pipi
klien terbentur
ujung meja
DO :
1. Ny. C nampak
memar pada
pipi kiri
15
1. Ny, C nampak
sering
melamun
2. Pandangan
kosong
C. Diagnose Keperawatan
1. Isolasi sosial yang berhubungan dengan status mental.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh (trauma).
3. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap
kemampuan diri mengatasi masalah
D. Intervensi
Motivasi
meningkatkan
keterlibatan
dalam suatu
16
hubungan.
Motivasi
berinteraksi
diluar
lingkungan.
Edukasi
Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain.
Latih
mengekspresikan
merah dengan
tepat.
D.0083
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan I.09305
berhubungan dengan tindakan Dalam 3x24 jam
Promosi citra tubuh
perubahan struktur/bentuk citra tubuh meningkat
dengan kriteria hasil : Tindakan
tubuh (trauma).
1. Bagian tubuh Observasi
membaik
Identifikasi
2. Verbalisasi perasaan
perubahan citra
negative tentang
tubuh yang
perubahan tubuh
mengakibatkan
menurun
isolasi social.
3. Verbalisasi
kekhawatiran pada Terapeutik
penolakan/reaksi
Diskusi
orang lain menurun
perubahan tubuh
4. Hubungan social
dan fungsinya.
membaik
Diskusi kondisi
stress yang
mempengaruhi
citra tubuh
(mis.luka).
Edukasi
Latih
pengungkapan
kemampuan diri
kepada orang
lain maupun
kelompok.
17
D.0096
Koping tidak efektif Setelah dilakukan I.09265
berhubungan dengan tindakan Dalam 3x24 jam
Dukungan
ketidakpercayaan status koping membaik
pengambilan
terhadap kemampuan diri dengan kriteria hasil ;
keputusan
mengatasi masalah 1. Perilaku koping
Tindakan
adaptif meningkat.
2. Verbalisasi Observasi
kemampuan
Identifikasi
menghadapi masalah
presepsi
meningkat.
mengenai
3. Partisipasi social
masalah dan
meningkat.
informasi yang
4. Kemampuan
memicu konflik.
membina hubungan
meningkat. Terapeutik
Fasilitasi melihat
situasi secara
realistic.
Fasilitasi
pengambilan
keputusan secara
kolaboraif.
Edukasi
Informasikan
alternative solusi
secara jelas.
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
dalam
memfasilitasi
pengambilan
keputusan.
E. Evaluasi
18
tersebut dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya dan sistem
dukungan yang tersedia, mengklarifikasi nilai-nilai dan kepercayaannya, merasa
patut dihargai, memahami dan berusaha memperoleh hak-hak perlindungan
hukum. Cedera fisik mendapatkan perawatan segera. Ketika wanita dalam kondisi
hamil, janin dan anak-anak lainya dilindungi dari penganiayaan. Ia membuat
pilihan dari berbagai alternatif yang tersedia dan menjalani keputusan tersebut.
Seiring dengan ia dapat melewati langkah ini, ia membangun suatu rasa
pengendalian terhadap kehidupannya danmerasa cukup aman untuk hidup dengan
normal.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti
membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara
menerapkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan
istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam
sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah
pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana
kebutuhan itu sangat mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang
bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa saling menghargai pendapat
pasangannya masing-masing.
Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling percaya,
pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah
tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling
percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan
rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang
sifat seperti itu, terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar
rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau yang lainnya. jika sudah
begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur dengan
orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki sifat
cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh yang kita lihat dilingkungan kita,
kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu bisa menimbukan kekerasan dalam rumah
tangga.
Dari uraian yang sudah di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap
perempuan berdampak besar terhadap pertumbuhan ,perkembangan ,kesehatan
20
fisik maupun psikologis,interaksi social.Sehingga dapat menurunkan kualitas
hidup perempuan.
B. Saran
Dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar
tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak hanya satu pihak
yang bisa memicu konflik di dalam rumah tangga, bisa suami maupun istri.
Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca pada diri kita
sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga menimbulkan
perubahan sifat yang terjadi pada pasangan kita masing-masing.
Melihat kenyataan dimasyarakat, maka seharusnya pemerintah semakin
menggalakkan program aktif dan nyata dalam upaya promotif, prepentif, maupun
kuratif. Selain itu, diperlukan perlindungan hokum yang jelas dan sah serta
pengawasan yang tepat sehingga hukum benar-benar melindungi korban.
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka perlu peningkatan kerjasama yang
sinergris antara professional yang terlibat, pemerintah, serta peran aktif keluarga
korban juga masyarakat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999.
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999.
22
DOKUMENTASI
23
24
25
26