Anda di halaman 1dari 24

Regulasi dan Standar Internasional Sektor Publik

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.

Adapun makalah Akuntansi Sektor Publik dengan judul materi “Regulasi dan Standar
Internasional Sektor Publik” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin. Namun, kami
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya dalam makalah ini.Oleh karena saran dan kritik yang membangun akan kami
terima dalam rangka perbaikan yang lebih baik untuk makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat mengambil
manfaat dam pembelajaran sehingga dapat memberikan tambahan ilmu kepada pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. iii

1. PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1

2. PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 3
A. Regulasi Internasional untuk Akuntansi Sektor Publik ……………….. 5
B. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS ……….............. 6
C. Perbandingan IPSAS dan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia (PSAP
dan PSAK 45) …………………………………………………….. 6

3. PENUTUP …………………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah organisasi baik itu sector publik atau sector swasta membutuhkan sebuah
regulasi sebagai wujud kebijakan organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan
yang dihadapinya. Dalam organisasi sector publik atau nirlaba yang mengelola dana dari
masyarakat tentunya memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan laporan
keuangannya.
Dalam sector privat kita mengenal Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang menjadi
regulasi dalam pelaporan keuangannya. menyusun laporan keuangan organisasi sektor
publik, diperlukan sebuah standar akuntansi tersendiri yang berbeda dari standar
akuntansi bagi organisasi swasta. Hal ini dikarenakan adanya kekhususan pada organisasi
sektor publik bila dibandingkan dengan organisasi sector swasta, yakni, adanya
kewajiban pertanggungjawaban kepada publik atas penggunaan dana yang dimiliki.
Di Indonesia sendiri, IAI maupun Pemerintah menyusun regulasi untuk sector publik
yang relevan dengan kondisi di Indonesia. IAI telah menerbitkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) tentang “Organisasi Nirlaba”. PSAK ini
berisi tentang kaidah-kaidah dalam menyusun laporan keuangan bagi organisasi nirlaba.
Namun, PSAK 45 belum mengakomodasi kaidah penyusunan laporan keuangan bagi
entitas yang dimiliki pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menyusun suatu
standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Penyusunan Regulasi di Indonesia, mengikuti standar yang berlaku secara
Internasional, jika dalam Standar Akuntansi Keuangan dalam sector privat disusun
berdasarkan International Financial Reporting Standards (IFRS) maka untuk sector
publik mengikuti International Public Sector Accounting Standards (IPSAS).
Makalah ini akan membahas mengenal standar Internasional dalam organisasi sector
publik, serta melihat perbandingan pengadopsian standar tersebut ke dalam standar yang
berlaku di Indonesia dalam hal ini adalah PSAK 45.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Regulasi Internasional untuk Akuntansi Sektor Publik
Regulasi atau standar yang berlaku secara Internasional dikenal dengan
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yag merupakan standar
akuntansi untuk entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International Public
Sector Accounting Standards Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang
bernaung di bawah International Federation of Accountants (IFAC). Organisasi yang
didirikan di Munich pada tahun 1977 ini merupakan federasi dan organisasi akuntan
internasional. Standar akuntansi yang diterbitkan IFAC juga tetap menunjukkan
bahwa sector bisnis dan sector public tetap berbeda. Hal ini diwujudkan dalam
pembentukan dua badan penyusun standar yang terpisah yaitu IASB yang menyusun
standar untuk sector bisnis sedangkan untuk sector public adaIPSASB. IASB
menerbitkan IAS sedangkan IPSASB menerbitkan IPSAS.
Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi keuangan
yang konsisten dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. Dalam
pelaksanaannya, komite tersebut tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat
program yang sistematis yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik
di seluruh dunia IPSAS, sebagai standar internasional akuntansi sektor publik,
diharapkan memainkan peran kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut.
IPSASB pada tahun 2015 memiliki sebuah tujuan strategis yaitu memperkuat
manajemen keuangan publik dan pengetahuan secara global melalui peningkatan
pengadopsian Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik berbasis akrual,
dengan:
- Mengembangkan standar pelaporan keuangan sektor publik berkualitas tinggi
- Mengembangkan publikasi lainnya untuk sektor publik; dan
- Meningkatkan kesadaran akan IPSAS dan manfaat dari pengadopsiannya
Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB sangat
mendorong keterlibatan pemerintah dan penyusun standar di berbagai negara melalui
penyampaian tanggapan/komentar atas proposal-proposal IPSASB yang dinyatakan
dalam exposure draft.
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan meningkatkan
kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas sektor
publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-
ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB
menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat nasional dalam
menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi mereka
masing-masing.
Pemerintah yang melaporkan secara cash tidak memperhitungkan kewajiban yang
penting, seperti pensiun karyawan dan pinjaman dan aset seperti properti, pabrik dan
peralatan dan investasi IPSASB mendorong entitas sektor publik untuk mengadopsi
akuntansi berbasis akrual-yang akan meningkatkan manajemen keuangan dan
meningkatkan transparansi menghasilkan pandangan yang lebih komprehensif dan
akurat dari posisi keuangan pemerintah.
2. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
Sejak tahun 1997, IPSASB telah mengembangkan dan mengeluarkan sebanyak 38
standar akrual (empat di antaranya telah, atau sedang dalam proses ditarik), tiga pedoman
praktek yang direkomendasikan, yang memberikan panduan pada area yang lebih luas
dari pelaporan keuangan di luar laporan keuangan, dan standar cash basis untuk negara
yang menuju akuntansi akrual penuh. Berikut adalah isi dari IPSAS tersebut.
 IPSAS 1 : Penyajian Laporan Keuangan
Menetapkan pertimbangan keseluruhan penyajian laporan keuangan, pedoman
struktur laporan keuangan tersebut dan persyaratan minimum untuk konten mereka di
bawah dasar akrual.
 IPSAS 2 :Laporan Arus Kas
Memerlukan penyediaan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas selama
periode operasi, investasi dan pendanaan.
 IPSAS 3 :Surplus atau Defisit Bersih
Surplus atau DefisitBersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan
Perubahan Kebijakan Akuntansi, menentukan perlakuan akuntansi atas perubahan
estimasi akuntansi, perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan
mendasar, mendefinisikan item luar biasa dan mensyaratkan pengungkapan terpisah
item tertentu dalam laporan keuangan.
 IPSAS 4 :Pengaruh Perubahan Tukar Mata Uang Asing
Berkaitan dengan akuntansi untuk transaksi mata uang asing dan operasi asing.
IPSAS 4 menetapkan persyaratan untuk menentukan nilai tukar yang digunakan
untuk dasar pencatatan transaksi tertentu dan saldo dan bagaimana mengenali dalam
laporan keuangan dampak keuangan perubahan nilai tukar.
 IPSAS 5 :Biaya Pinjaman
Mengatur perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dan membutuhkan baik
langsung membebankan biaya pinjaman atau, sebagai pengobatan alternatif yang
diizinkan, kapitalisasi biaya pinjaman yang langsung dapat diatribusikan dengan
perolehan, konstruksi atau produksi suatu kualifikasi aset.
 IPSAS 6 :Laporan Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi Entitas
Mengharuskan semua entitas pengendalian untuk menyiapkan laporan keuangan
konsolidasi yang mengkonsolidasikan seluruh entitas yang dikendalikan pada baris
dengan metode garis. Standar juga berisi diskusi rinci tentang konsep kontrol seperti
itu diterapkan pada sektor publik dan panduan untuk menentukan apakah kontrol ada
untuk tujuan pelaporan keuangan.
 IPSAS 7 :Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi
Mengharuskan semua investasi pada perusahaan asosiasi diperhitungkan dalam
laporan keuangan konsolidasi dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali jika
investasi dibeli dengan tujuan untuk dijual dalam waktu dekat dalam hal metode
biaya diperlukan.
 IPSAS 8 :Pelaporan Keuangan Kepentingan dalam Ventura Bersama
Membutuhkan konsolidasi proporsional untuk diadopsi sebagai patokan untuk
perlakuan akuntansi untuk venturer bersama tersebut ditandatangani oleh entitas
sektor publik. Namun, IPSAS 8 juga memungkinkan - sebagai alternatif
diperbolehkan - usaha bersama yang akan dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas.
 IPSAS 9 : Pendapatan dari Transaksi Bursa
Menetapkan persyaratan untuk perlakuan akuntansi pendapatan dari transaksi
pertukaran. Non-tukar pendapatan, seperti perpajakan, tidak dibahas dalam standar
ini. Non-tukar pendapatan harus ditangani sebagai proyek terpisah.
 IPSAS 10 : Pelaporan Keuangan dalam Hyperinflationary Ekonomi
Menggambarkan karakteristik perekonomian yang menunjukkan apakah itu
mengalami masa hiperinflasi dan menyediakan panduan ulangan laporan keuangan di
lingkungan hyperinflationary untuk memastikan informasi yang berguna disediakan.
 IPSAS 11 : Kontrak Konstruksi
Berkaitan dengan kedua kontrak komersial dan non-komersial dan menyediakan
panduan dalam alokasi biaya kontrak dan, jika diperlukan, kontrak pendapatan untuk
periode pelaporan di mana pekerjaan konstruksi dilakukan.
 IPSAS 12 :Persediaan
Mengatur perlakuan akuntansi persediaan yang diselenggarakan oleh perusahaan
sektor publik dan berhubungan dengan persediaan yang dimiliki untuk dijual dalam
transaksi bursa dan persediaan tertentu yang dimiliki untuk distribusi tanpa dikenakan
biaya atau nominal. IPSAS tidak termasuk dari ruang lingkup kerja dalam kemajuan
layanan yang akan diberikan tanpa biaya atau nominal dari penerima karena mereka
tidak ditangani oleh IAS 2 Persediaan dan karena mereka melibatkan isu-isu sektor
publik tertentu yang memerlukan pertimbangan lebih lanjut.
 IPSAS 13 :Sewa
IPSAS ini didasarkan pada IAS 17 Sewa. IPSAS menetapkan persyaratan untuk
pelaporan keuangan sewa dan transaksi penjualan dan penyewaan kembali oleh
entitas sektor publik, baik sebagai penyewa atau lessor. PSC memutuskan bahwa
karena IPSAS di Sewa dan IPSAS yang diusulkan tentang Aset Tetap sangat erat
terkait, itu lebih baik bahwa dua IPSASs akan dirilis pada waktu yang sama. Dengan
demikian, pelepasan IPSAS ini telah ditangguhkan untuk kemudian pada tahun 2001.
 IPSAS 14 :Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan
IPSAS didasarkan pada IAS 10, Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (revisi 1999),
tetapi telah mengalami perubahan dimana diperlukan untuk mencerminkan
lingkungan sektor usaha publik. Standar menetapkan kriteria untuk menentukan
apakah laporan keuangan harus disesuaikan untuk sebuah event yang terjadi setelah
tanggal pelaporan. Ia membedakan antara peristiwa adjustable (orang-orang yang
memberikan bukti dari kondisi yang ada pada tanggal pelaporan) dan acara non-
adjustable (mereka yang menunjukkan kondisi yang muncul setelah tanggal
pelaporan.
 IPSAS 15 :Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan
Tidak berlaku dan telah dihapus (digantikan oleh IPSAS 28. Instrumen Keuangan:
Penyajian; IPSAS 29, Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan IPSAS
30, Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
 IPSAS 16 :Properti Investasi
IPSAS 16 Investasi Properti didasarkan pada IAS 40, Investasi Properti (diterbitkan
2000) dan menyediakan panduan untuk mengidentifikasi properti investasi di sektor
publik. Standar ini :
o mengharuskan properti investasi awalnya diakui sebesar harga perolehan dan
menjelaskan bahwa di mana aset diperoleh tanpa biaya atau nominal, biaya
adalah nilai wajarnya pada tanggal itu adalah pertama kali diakui dalam
laporan keuangan;
o mensyaratkan bahwa setelah pengakuan awal properti investasi diukur
konsisten dengan baik model nilai wajar atau model biaya dan
o memasukkan ketentuan peralihan untuk adopsi awal IPSAS
 IPSAS 17 :Aktiva Tetap
IPSAS 17 Aktiva Tetap, mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, termasuk dasar dan
waktu pengakuan awal mereka, dan penentuan jumlah mereka terus-menerus tercatat,
pembebanan penyusutan. Tidak memerlukan atau melarang pengakuan aset warisan.
 IPSAS 18 : Pelaporan Segmen
Menetapkan prinsip pelaporan informasi keuangan tentang kegiatan dibedakan dari
pemerintah atau badan sektor publik lainnya yang sesuai untuk mengevaluasi kinerja
masa lalu entitas dalam mencapai tujuan dan untuk membuat keputusan tentang
alokasi sumber daya masa depan.
 IPSAS 19 :Provisi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.
Standar ini mendefinisikan ketentuan, kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi,
dan mengidentifikasi keadaan di mana ketentuan harus diakui, bagaimana mereka
harus diukur dan pengungkapan yang harus dibuat tentang mereka. Standar juga
mensyaratkan bahwa informasi tertentu diungkapkan tentang kewajiban kontinjensi
dan aktiva kontinjensi dalam catatan atas laporan keuangan untuk memungkinkan
pengguna untuk memahami sifat mereka, waktu, dan jumlah.
 IPSAS 20 :Pengungkapan Pihak Terkait
IPSAS 20 mensyaratkan pengungkapan adanya hubungan istimewa di mana kontrol
ada dan pengungkapan informasi tentang transaksi antara perusahaan dan pihak
terkait dalam keadaan tertentu. Informasi ini diperlukan untuk tujuan akuntabilitas
dan untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dari posisi keuangan dan kinerja
perusahaan pelapor. Isu-isu utama dalam pengungkapan informasi mengenai pihak
yang mempunyai hubungan istimewa adalah mengidentifikasi kendali pihak atau
secara signifikan mempengaruhi entitas pelaporan dan menentukan informasi apa
yang harus diungkapkan mengenai transaksi dengan pihak-pihak.
 IPSAS 21 :Penurunan Non-Cash-Generating Aset
Mengatur prosedur yang entitas menerapkan untuk menentukan apakah suatu aset
non-kas-menghasilkan terganggu dan untuk memastikan bahwa kerugian penurunan
nilai diakui. Standar ini juga menentukan kapan suatu entitas akan membalikkan
penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.
 IPSAS 22 :Pengungkapan Informasi Keuangan tentang Sektor Pemerintah
Umum
IPSAS 22 menetapkan persyaratan bagi pemerintah yang memilih untuk
mengungkapkan informasi tentang sektor pemerintah umum dan yang menyiapkan
laporan keuangan mereka di bawah dasar akrual.
 IPSAS 23 :Pendapatan dari Transaksi Luar Bursa (Pajak dan Transfer)
IPSAS 23 bertujuan :
o Pengakuan dan pengukuran pendapatan dari pajak
o Pengakuan pendapatan dari transfer, yang meliputi hibah dari pemerintah
lainnya dan organisasi internasional, hadiah dan sumbangan
o Bagaimana kondisi dan pembatasan penggunaan sumber daya dialihkan harus
tercermin dalam laporan keuangan
 IPSAS 24 :Penyajian Informasi Anggaran dalam Laporan Keuangan
IPSAS 24 berlaku untuk entitas yang menerapkan basis akrual pelaporan keuangan.
Ini mengidentifikasi pengungkapan dibuat oleh pemerintah dan entitas sektor publik
lainnya yang membuat anggaran yang disetujui mereka tersedia untuk umum. Juga,
itu memerlukan entitas sektor publik untuk menyertakan perbandingan anggaran dan
jumlah aktual dalam laporan keuangan dan penjelasan tentang perbedaan material
antara anggaran dan jumlah sebenarnya.
 IPSAS 25 : Imbalan Kerja
IPSAS 25 menetapkan persyaratan pelaporan untuk empat kategori manfaat karyawan
dibahas dalam ASB's IAS 19 Imbalan Kerja. Ini adalah imbalan kerja jangka pendek,
seperti upah dan iuran jaminan sosial; pasca-kerja, termasuk pensiun dan tunjangan
pensiun lainnya; lain imbalan kerja jangka panjang, dan pesangon. IPSAS baru juga
berkaitan dengan isu-isu spesifik untuk sektor publik, termasuk tingkat diskonto yang
berkaitan dengan imbalan pasca-kerja, pengobatan imbalan pasca-kerja yang
diberikan melalui komposit program jaminan sosial, dan manfaat cacat jangka
panjang.
 IPSAS 26 : Penurunan Kas- Aset Menghasilkan
Beberapa entitas sektor publik (selain usaha bisnis pemerintah, yang sudah akan
menggunakan SAK penuh) dapat beroperasi aktiva dengan tujuan utama
menghasilkan kembali komersial (daripada menyediakan pelayanan publik). IPSAS
26, yang didasarkan pada PSAK 36 Penurunan Nilai Aktiva, berlaku untuk aktiva
tersebut. Ini menetapkan prosedur bagi badan sektor publik untuk menentukan apakah
aset penghasil kas telah kehilangan manfaat ekonomi masa depan atau potensi
layanan dan untuk memastikan bahwa kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan
keuangan. Non kas-menghasilkan aset, yang digunakan terutama untuk penyediaan
layanan, ditangani secara terpisah dalam IPSAS 21 Penurunan Non-Cash-Generating
Aset. IPSAS 26 berlaku efektif untuk pelaporan periode yang dimulai pada atau
setelah 1 April 2009.
 IPSAS 27 : Agrikultur
IPSAS 27 mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang terkait dengan
kegiatan pertanian, hal yang tidak tercakup dalam standar lain. kegiatan pertanian
pengelolaan oleh entitas dari transformasi biologis hewan hidup atau tanaman (aktiva
biologi) untuk dijual atau untuk distribusi tanpa biaya atau dengan biaya nominal atau
untuk dikonversi menjadi hasil pertanian atau dalam aset biologis tambahan. IPSAS
27 terutama diambil dari IAS 41 IASB Pertanian, dengan perubahan terbatas
berurusan dengan isu-isu spesifik sektor publik. Sebagai contoh, IPSAS 27 alamat
aset biologis yang dimiliki untuk mentransfer atau distribusi tanpa biaya atau dengan
biaya nominal untuk lain badan-badan sektor publik atau tidak-untuk organisasi
nirlaba. 27 IPSAS juga mencakup persyaratan pengungkapan yang bertujuan untuk
meningkatkan konsistensi dengan dasar statistik akuntansi yang mengatur Statistik
Keuangan Pemerintah Manual. IPSAS 27 berlaku efektif untuk laporan keuangan
tahunan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 April 2011,
dengan aplikasi sebelumnya dianjurkan.
 IPSAS 28 : Instrumen Keuangan : Penyajian
IPSAS 28 menarik terutama pada IAS 32 dan menetapkan prinsip-prinsip penyajian
instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan
dan kewajiban keuangan.
 IPSAS 29 : Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
IPSAS 29 menarik terutama pada IAS 39, menetapkan prinsip untuk pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak untuk membeli atau
menjual item non-keuangan.
 IPSAS 30 : Instrumen Keuangan : Pengungkapan
IPSAS 30 mengacu pada IFRS 7 dan membutuhkan pengungkapan jenis pinjaman
yang dijelaskan dalam IPSAS 29. Hal ini memungkinkan pengguna untuk
mengevaluasi: pentingnya instrumen keuangan dalam posisi keuangan entitas dan
kinerja, sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang entitas
yang terkena, dan bagaimana risiko-risiko tersebut dikelola.
 IPSAS 31 : Aktiva tidak berwujud
IPSAS 31 meliputi akuntansi dan pengungkapan aktiva tidak berwujud. Hal ini
terutama diambil dari IAS 38 Aktiva Tidak Berwujud. Hal ini juga mengandung
ekstrak dari 32 Aktiva tidak berwujud-SIC Web Site Biaya, menambahkan panduan
aplikasi dan ilustrasi yang belum dimasukkan ke dalam IAS. Pada titik ini, IPSAS 31
tidak berhubungan dengan isu sektor unik publik, seperti kekuasaan dan hak-hak yang
diberikan oleh undang-undang, konstitusi, atau dengan cara setara; yang IPSASB
akan mempertimbangkan kembali penerapan standar ini kekuasaan dan hak-hak
dalam konteks yang konseptual kerangka kerja proyek yang saat ini sedang dalam
penyelesaian.
 PSAS 32 : Pengaturan Layanan Konsesi: Pemberi
Tujuan dari Standar ini adalah untuk mengatur akuntansi untuk pengaturan konsesi
jasa dengan pemberi hibah, entitas sektor publik.
Lingkup standar ini adalah entitas yang mempersiapkan dan menyajikan laporan
keuangan dengan dasar akrual. Standar ini berlaku untuk semua entitas sektor publik
selain Bisnis Usaha Pemerintah
Dalam bagian Pendahuluan International Public Sector Accounting Standards
(IPSAS) yang dikeluarkan oleh IPSASB menjelaskan bahwa Badan Usaha
Pemerintah menerapkan IFRS yang dikeluarkan oleh IASB.
 IPSAS 33 : Pengadopsian pertama kali IPSAS berbasis akrual
Tujuan dari Standar ini adalah untuk memberikan Panduan ke pengadopsi pertama
kali yang mempersiapkan dan menyajikan laporan keuangan berikut adopsi basis
akrual IPSAS. guna menyajikan informasi yang berkualitas tinggi:
 Yang menyediakan pelaporan yang transparan tentang transisi pertama kali
pengadopsi untuk basis akrual IPSAS;
 Yang menyediakan titik awal yang cocok untuk akuntansi sesuai dengan IPSASs
berbasis akrual terlepas dari dasar akuntansi pertama kali yang telah digunakan
pengadopsi sebelum tanggal adopsi: dan
 Dimana manfaat yang diharapkan melebihi biaya.
 IPSAS 34 : Laporan Keuangan terpisah
Tujuan dari Standar ini adalah untuk menentukan akuntansi dan pengungkapan atas
investasi dalam entitas yang dikendalikan, joint ventures dan entitas asosiasi ketika
suatu entitas menyusun laporan keuangan tersendiri.
 IPSAS 35 : Laporan Keuangan Konsolidasi
Tujuan dari Standar ini adalah untuk menetapkan prinsip penyajian dan penyusunan
laporan keuangan konsolidasi pada saat entitas mengendalikan satu atau lebih entitas
lain. Untuk memenuhi tujuan itu, standar ini:
o Mengharuskan entitas (entitas pengendali) yang mengontrol satu atau lebih
entitas lain (entitas yang dikendalikan) untuk menyajikan laporan keuangan
konsolidasi;
o Mendefinisikan prinsip kontrol, dan menetapkan kontrol sebagai dasar untuk
konsolidasi:
o Menetapkan cara untuk menerapkan prinsip kontrol untuk mengidentifikasi
apakah suatu entitas mengendalikan entitas lain dan karena itu harus
mengkonsolidasikan entitas itu;
o Mengatur persyaratan akuntansi untuk penyusunan laporan keuangan
konsolidasi;
o Mendefinisikan sebuah entitas investasi dan menetapkan pengecualian untuk
konsolidasi entitas yang dikendalikan khususnya dari suatu entitas investasi.
 IPSAS 36 : Investasi pada Entitas Asosiasi dan Joint Ventures
Tujuan dari Standar ini adalah untuk mengatur akuntansi investasi dalam entitas
asosiasi dan joint venture dan menetapkan persyaratan untuk penerapan metode
ekuitas ketika akuntansi investasi dalam entitas asosiasi dan joint venture.
 IPSAS 37 : Joint Arrangements
Tujuan dari Standar ini adalah untuk menetapkan prinsip untuk pelaporan keuangan
oleh entitas yang memiliki kepentingan dalam pengaturan yang dikendalikan secara
bersama-sama (mis .. Joint Arrangements).
Untuk memenuhi tujuan dalam ayat 1. Standar ini mendefinisikan pengendalian
bersama dan membutuhkan sebuah entitas yang merupakan pihak pengaturan
bersama untuk menentukan jenis pengaturan bersama di mana ia terlibat dengan
menilai hak dan kewajibannya dan untuk memperhitungkan hak-hak dan kewajiban
sesuai dengan jenis Joint Arrangements
 IPSAS 38 : Pengungkapan Kepentingan Entitas Lain
Tujuan dari Standar ini adalah dengan mengharuskan suatu entitas untuk
mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi:
 Sifat dan risiko yang terkait dengan, kepentingannya di entitas yang dikendalikan,
entitas yang dikendalikan tidak terkonsolidasi, pengaturan bersama dan asosiasi,
dan entitas terstruktur yang tidak dikonsolidasikan; dan
 Efek dari kepentingan mereka terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan dan
arus kas
3. Perbandingan IPSAS dan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia (PSAP
dan PSAK 45)
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan
meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-
entitas sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan
harmonisasi ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan
IPSAS, IPSASB menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat
nasional dalam menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di dalam
jurisdiksi mereka masing-masing.
Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) telah menyusun standar untuk Akuntansi di Sektor Publik,
dimana tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 45
tentang entitas nirlaba serta Peraturan pemerintah no 71 tahun 2010 yang memuat 12
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Pada tahun 2015
kemudian ditambahkan lagi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
Berbasis Akrual Nomor 13 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan
Umum melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
217/PMK.05/2015.
Selain itu KSAP juga menerbitkan 21 Buletin teknis yang berisi penjelasan
teknis akuntansi sebagai pedoman bagi pengguna. Buletin Teknis SAP dimaksudkan
untuk mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis
penerapan PSAP dan/atau IPSAP. Serta 3 Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (IPSAP) yang merupakan klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih
lanjut atas PSAP. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan bertujuan
menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari salah tafsir penggunaan
PSAP.
Jika dalam pemerintahan menggunakan PSAP maka untuk entitas nirlaba
lainnya menggunakan PSAK 45 (revisi 2011). Pernyataan ini bertujuan untuk
mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba. Diharapkan laporan keuangan entitas
nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding
yang tinggi. Pernyataan ini menetapkan informasi dasar tertentu yang disajikan dalam
laporan keuangan entitas nirlaba. Sementara untuk pengaturan yang tidak diatur
dalam Pernyataan ini mengacu pada SAK, atau SAK ETAP untuk entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan.
Baik PSAK 45 ataupun PSAP menggunakan IPSAS sebagai acuan dalam
menyusun standar sehingga penryataan-pernyataan yang terdapat dalam PSAP
diadopsi dari IPSAS, hanya saja belum sepenuhnya.Hal ini disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia.

IPSAS PSAP
1 Penyajian Laporan Keuangan 1 Penyajian Laporan Keuangan;
2 Laporan Arus Kas 2 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
3 Surplus atau Defisit Bersih 3 Laporan Arus Kas;
4 Pengaruh Perubahan Tukar Mata 4 Catatan atas Laporan Keuangan;
Uang Asing
5 Biaya Pinjaman 5 Akuntansi Persediaan;
6 Laporan Keuangan Konsolidasi 6 Akuntansi Investasi;
dan Akuntansi Entitas
7 Akuntansi untuk Investasi dalam 7 Akuntansi Aset Tetap;
Perusahaan Asosiasi
8 Pelaporan Keuangan 8 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
Kepentingan dalam Ventura
Bersama
9 Pendapatan dari Transaksi 9 Akuntansi Kewajiban;
Bursa
10 Pelaporan Keuangan dalam 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Hyperinflationary Ekonomi Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
11 Kontrak Konstruksi 11 Laporan Keuangan Konsolidasian.
12 Persediaan 12 Laporan Operasional
13 Sewa 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum
14 Peristiwa Setelah Tanggal Buletin Teknis
Pelaporan
15 Instrumen Keuangan : Penyajian 1 Buletin Teknis 01 tentang Neraca Awal
dan Pengungkapan Pemerintah Pusat
16 Properti Investasi 2 Buletin Teknis 02 tentang Neraca Awal
Pemerintah Daerah
17 Aktiva Tetap 3 Buletin Teknis 03 tentang Penyajian
Laporan keuangan Pemerintah Daerah
Sesuai Dengan SAP dengan Konversi
18 Pelaporan Segmen 4 Buletin Teknis 04 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Belanja Pemerintah
19 Provisi, Kewajiban Kontinjensi 5 Buletin Teknis 05 tentang Akuntansi
dan Aset Kontinjensi. Penyusutan
20 Pengungkapan Pihak Terkait 6 Buletin Teknis 06 tentang Akuntansi
Piutang
21 Penurunan Non-Cash- 7 Buletin Teknis 07 tentang Akuntansi Dana
Generating Aset Bergulir
22 Pengungkapan Informasi 8 Buletin Teknis 08 tentang Akuntansi
Keuangan tentang Sektor Utang
Pemerintah Umum
23 Pendapatan dari Transaksi Luar 9 Buletin Teknis 09 tentang Akuntansi Aset
Bursa (Pajak dan Transfer) Tetap
24 Penyajian Informasi Anggaran 10 Buletin Teknis 10 tentang Akuntansi
dalam Laporan Keuangan Belanja Bantuan Sosial
25 Imbalan Kerja 11 Buletin Teknis 11 tentang Akuntansi Aset
Tak Berwujud
26 Penurunan Nilai Kas-Aset 12 Buletin Teknis 12 tentang Transaksi Dalam
Menghasilkan Mata Uang Asing
27 Agrikultur 13 Buletin Teknis 13 tentang Akuntansi Hibah
28 Instrumen Keuangan : Penyajian 14 Buletin Teknis 14 tentang Akuntansi Kas
29 Instrumen Keuangan : 15 Buletin Teknis 15 tentang Akuntansi Aset
Pengakuan dan Pengukuran Tetap Berbasis Akrual
30 Instrumen Keuangan : 16 Buletin Teknis 16 tentang Akuntansi
Pengungkapan Piutang Berbasis Akrual
31 Aktiva tidak berwujud 17 Buletin Teknis 17 tentang Akuntansi Aset
Tak Berwujud Berbasis Akrual
32 Pengaturan Layanan Konsesi: 18 Buletin Teknis 18 tentang Akuntansi
Pemberi Penyusutan Berbasis Akrual
33 Pengadopsian pertama kali 19 Buletin Teknis 19 tentang Akuntansi
IPSAS berbasis akrual Bantuan Sosial Berbasis Akrual
34 Laporan Keuangan terpisah 20 Buletin Teknis 20 tentang Akuntansi
Kerugian Negara/Daerah
35 Laporan Keuangan Konsolidasi 21 Buletin Teknis 22 tentang Akuntansi Utang
Berbasis Akrual
36 Investasi pada Entitas Asosiasi Interpretasi Pernyataan Standar
dan Joint Ventures Akuntansi Pemerintahan (IPSAP)
37 Joint Arrangements 1 Interpretasi SAP 01 tentang Transaksi
Dalam Mata Uang Asing
38 Pengungkapan Kepentingan 2 Interpretasi SAP 02 tentang Pengakuan
Entitas Lain Pendapatan yang Diterima Pada Rekening
Kas Umum Negara/Daerah
3 Interpretasi SAP 03 tentang Pengakuan
Penerimaan Pembiayaan yang Diterima
Pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah
dan Pengeluaran Pembiayaan yang
Dikeluarkan Dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah
Berikut ini beberpa IPSAS yang tidak diberlakukan di Indonesia
1. IPSAS 4: Efek Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing
Efek perubahan nilai tukar mata uang asing yang diatur dalam pernyataan standar ini
meliputi (1) perubahan nilai tukar mata uang asing dalam keterkaitannya dengan transaksi
mata uang asing dan (2) perubahan nilai tukar mata uang asing dalam kaitannya dengan
operasi di luar negeri (foreign operation). Dalam hal ini, yang tidak diatur oleh PP Nomor 71
tahun 2010 adalah perubahan nilai tukar mata uang asing dalam keterkaitannya dengan
operasi di luar negeri. Adapun pengaturan mengenai perubahan nilai tukar mata uang asing
dalam keterkaitannya dengan transaksi dalam mata uang asing diatur dalam PSAP 2 tentang
Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas, PSAP 3 tentang Laporan Arus Kas, dan PSAP 12
tetang Laba Operasional. Selain itu terdapat Interpretasi PSAP yang juga membahas transaksi
mata uang asing.

Operasi luar negeri adalah sebuah entitas yang dikendalikan, associate, ventura bersama,
atau cabang dari entitas pelapor, atau aktivitas yang dilaksanakan di luar negeri. Laporan
Keuangan operasi luar negeri harus ditranslasikan ke mata uang pelaporan entitas penyusun
laporan keuangan. Isu utama dalam pengaturan ini adalah nilai tukar mana yang harus
digunakan serta bagaimana cara mengakui efek prubahan nilai tukar mata uang asing dalam
laporan keuangan. Tidak diaturnya perlakuan akuntansi bagi operasi luar negeri oleh
pemerintah Indonesia bukannya tidak beralasan. Tindakan tersebut didasari oleh fakta bahwa
sampai dengan saat ini, Indonesia tidak memiliki operasi luar negeri sebagaimana dimaksud
dalam standar tersebut.

2. IPSAS 5: Biaya Pinjaman

Biaya Pinjaman adalah bunga dan beban-beban lainnya yang terjadi dalam suatu entitas
dalam kaitannya dengan dana pinjaman. Pernyataan standar ini bertujuan untuk menetapkan
perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman tersebut. Pada umumnya, standar ini mengatur
agar setiap biaya pinjaman dibebankan. Namun, standar ini mengizinkan perlakuan alternatif,
yaitu kapitalisasi biaya pinjaman yang berkaitan langsung dengan akuisisi, konstruksi, atau
produksi aset yang memenuhi kualifikasi.

Sebenarnya, PP Nomor 71 tahun 2010 pun mengatur secara global perlakuan akuntansi
atas biaya pinjaman ini. Namun, pengaturan tersebut tidak dinyatakan dalam sebuah
pernyataan standar khusus, tetapi menjadi satu standar dengan perlakuan akuntansi
konstruksi dalam pengerjaan, yaitu PSAP 8.
3. IPSAS 8: Pelaporan Keuangan pada Kepemilikan Ventura Bersama

Untuk dapat mengerti apa yang dimaksud dengan ventura bersama, terlebih dahulu perlu
dipahami apa yang dimaksud dengan pengendalian bersama. Pengendalian bersama adalah
persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian atas suatu aktivitas ekonomi.
Pengendalian bersama hanya ada ketika keputusan keuangan dan operasional strategis terkait
dengan aktivitas tersebut mensyaratkan konsensus mutlak dari pihak‐pihak yang berbagi
pengendalian (venturer). Adapun ventura bersama adalah perjanjian kontraktual yang mana
dua atau lebih pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian
bersama.

Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi bagian partisipasi dalam ventura bersama dan
pelaporan aset, kewajiban, penghasilan dan beban ventura bersama dalam laporan keuangan
venturer dan investor, terlepas dari struktur atau bentuk yang mendasari dilakukannya
aktivitas ventura bersama. Namun, PP Nomor 71 tahun 2010 tidak mengadopsi standar ini
karena Pemerintahan RI tidak menjalankan aktivitas ventura bersama.

4. IPSAS 9: Pendapatan dari Transaksi dalam Mata Uang Asing

Pada dasarnya, kerangka konseptual telah menjelaskan bahwa penghasilan (income)


adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi baik dalam bentuk arus masuk
atau peningkatan aset maupun dalam bentuk penurunan liabilitas yang menyebabkan
terjadinya kenaikan ekuitas yang mana bukan berasal dari kontribusi pemilik. Definisi
penghasilan tersebut mencakup di dalamnya pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain).
Pendapatan berasal dari kegiatan operasional, sedangkan keuntungan bukan berasal dari
kegiatan operasional. Namun demikian, definisi pendapatan yang dimaksud dalam standar ini
adalah penghasilan.

Isu utama dalam akuntansi pendapatan adalah penentuan waktu pengakuan pendapatan.
Pendapatan diakui pada saat terdapat kemungkinan, yaitu pada tingkat probable, manfaat
ekonomi di masa depan yang mana pengukuran terdapat manfaat ekonomi ini dapat
dilakukan secara andal. Standar ini mengidentifikasi kondisi-kondisi yang memenuhi kriteria
tersebut sehingga pengakuan pendapatan dapat dilakukan. Di samping itu, dijelaskan pula
panduan penerapan kriteria tersebut dalam pengukuran pendapatan.

Standar ini diterapkan untuk pendapatan yang berasal dari perubahan nilai tukar mata
uang atas transaksi pemberian jasa, penjualan barang, dan aktivitas lain berupa penyediaan
aset bagi pihak lain yang memberikan pendapatan beruba bunga, royalti, dan dividen. Oleh
karena transaksi-transksi tersebut tidak banyak dijumpai di Indonesia maka pengaturannya
tidak disendirikan. Pengaturan terkait pendapatan dari nilai tukar mata uang asing terdapat
pada PSAP 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas, PSAP 3 tentang Laporan
Arus Kas, dan PSAP 12 tetang Laba Operasional.

5. IPSAS 10: Pelaporan Keuangan pada Ekonomi Hiperinflasi

Secara umum, ekonomi hiperinflasi adalah kondisi perekonomian yang mana akumulasi
tingkat inflasi dalam 3 tahun berturut-turut adalah sebesar 100%. Untuk itu, pernyataan
standar ini mengatur agar entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan dalam kondisi
ekonomi hiperinflasi menyatakan unit pengukurannya dalam nilai kini pada saat tanggal
pelaporan. Di samping itu, komparasi atas periode sebelumnya dan informasi-informasi
terkait juga diharuskan untuk dinyatakan dalam nilai kini tersebut

6. IPSAS 13: Leasing

Pernyataan standar ini mengatur perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha
operasi dan sewa guna usaha modal baik bagi lessee maupun lessor. Pengaturan tersebut
dimulai dari kriteria-kriteria penentuan sebuah sewa guna usaha sebagai sewa guna usaha
maupun sewa guna usaha modal. Sewa guna usaha merupakan sewa guna usaha modal
manakala terjadi transfer yang substansial atas seluruh imbalan dan risiko bersamaan dengan
perpindahan kepemilikan aset. Jika, kriteria tersebut tidak dapat terpenuhi maka sewa guna
usaha diklasifikasikan sebagai sewa guna usaha operasi.

7. IPSAS 14: Peristiwa Setelah Tanggal Neraca

Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa-peristiwa (baik yang menguntungkan


maupun merugikan) yang terjadi di antara tanggal pelaporan dan tanggal diotorisasinya
laporan keuangan untuk terbit. Peristiwa setelah tanggal neraca diklasifikasikan sebagai
peristiwa penyesuai dan peristiwa nonpenyesuai. Peristiwa penyesuai adalah peristiwa yang
memberikan bukti tentang kondisi-kondisi yang telah pada tanggal pelaporan. Peristiwa
penyesuai berkonsekuensi pada diperlukannya jurnal penyesuaian. Adapun peristiwa
nonpenyesuai bersifat sebaliknya.

8. IPSAS 15: Instrumen Keuangan (Penyajian dan Pengungkapan)

Diganti dengan IPSAS 28 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan IPSAS 30 tentang
Instrumen Keuangan: Pengungkapan

9. IPSAS 16: Properti Investasi


Properti investasi adalah tanah atau bangunan yang dikuasai (baik karena kepemilikan
ataupun karena sewa guna usaha modal) yang ditujukan untuk memperoleh pendapatan sewa
dan/atau pendapatan berupa kenaikan nilai. Dikecualikan dari definisi tersebut adalah aset-
aset yang digunakan dalam proses produksi, aset-aset yang merupakan persediaan, atau aset-
aset yang digunakan untuk tujuan administratif. Pada saat perolehan, secara umum properti
diukur sebesar biaya perolehannya. Adapun selanjutnya, terdapat dua alternatif, yaitu model
biaya atau model nilai wajar.

10. IPSAS 18: Pelaporan Segmen

Segmen adalah sebuah aktivitas yang dapat dipisahkan atau sekelompok aktivitas dari
sebuah entitas yang informasi keuangannya layak dipisahkan dalam rangka mengevaluasi
kinerja di masa lalu maupun untuk membuat keputusan mengenai alokasi sumber daya di
masa yang akan datang. Pelaporan segmen hanya disajikan dalam laporan konsolidasian.

11. IPSAS 19: Provisi, Kewajiban Kontingensi, dan Aset Kontingensi

Provisi adalah sebuah kewajiban yang tidak dapat dipastikan jumlah dan waktu jatuh
temponya. Kewajiban kontingensi adalah sebuah kewajiban yang mungkin timbul sebagai
akibat peristiwa di masa lampu, tetapi keberadaannya hanya akan dikonfirmasi oleh terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa tidak pasti di masa depan yang di luar kendali entitas. Adapun
aset kontingensi adalah sebuah aset yang mungkin timbul dari peristiwa di masa lampau yang
mana keberadaannya hanya akan dikonfirmasi dengan terjadi atau tidak terjadinya sebuah
peristiwa yang tidak pasti di masa yang akan datang yang di luar kendali entitas. Secara garis
besar, pernyataan standar ini memberikan pedoman berupa kriteria-kriteria pengakuan dan
pengukuran provisi, kewajiban kontingensi, maupun aset kontingensi.

12. IPSAS 20: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi

Pihak-pihak berelasi adalah pihak-pihak yang mengendalikan atau memiliki pengaruh


yang signifikan terhadap entitas pelaporan serta pihak-pihak yang secara signifikan
dipengaruhi atau dikendalikan oleh entitas pelaporan (meliputi entitas yang dikendalikan,
ventura bersama, asosiat, dan manfaat purna pensiun). Pengungkapan yang diperlukan
terhadap pihak-pihak yang berelasi antara lain adalah hubungan yang melibatkan
pengendalian meskipun tidak ada transaksi sekalipun, transaksi-transaksi yang terjadi, dan
kompensasi manajemen.
13. IPSAS 21: Penurunan Nilai atas Aset yang Tidak Menghasilkan Kas

Penurunan nilai atas aset yang tidak menghasilkan kas adalah selisih antara nilai
terpulihkan aset tersebut terhadap nilai terbawanya. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih
tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya-biaya untuk melakukan penjualan atau nilai
gunanya. Nilai guna adalah kemungkinan aliran kas di masa depan yang dihasilkan yang
didiskontokan kenilai kini. Terdapat 3 pendekatan dalam menghitung nilai guna, yaitu
penggantian biaya depresiasi, restorasi biaya, dan unit pelayanan. Penilaian indikasi
penurunan nilai dilakukan setiap tahun.

14. IPSAS 22: Pengungkapan Informasi Keuangan tengan Sektor Pemerintah


Umum

Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mengatur pengungkapan bagi pemerintah yang
memilih untuk menyajikan informasi tentang sektor pemerintah umum dalam laporan
konsolidasiannya. Pengunkapan yang tepat terhadap informasi tersebut dapat menyediakan
pemahaman yang lebih baik bagi hubungan antara aktivitas pasar dan aktivitas nonpasar serta
antara laporan keuangan dengan laporan statistik.

15. IPSAS 23: Pendapatan dari Transaksi Non-Pertukaran (Pajak dan Transfer)

Transaksi pertukaran adalah transaksi yang menyebabkan entitas pelaporan menerima


aset/jasa dan/atau mengalami pengurangan kewajiban, tetapi di sisi lain harus menyerahkan
sesuatu yang memiliki nilai setara baik berupa kas, barang, atau jasa. Transaksi
nonpertukaran adalah transaksi yang tidak memenuhi definisi tersebut, misalnya transfer dan
pajak. Kriteria pengakuan pendapatan yang diterima dari transaksi nonpertukaran sama
dengan kriteria peangakuan aset. Pada saat diterima, aset yang diperoleh dari transaksi
nonpertukaran diukur dalam nilai wajar.

16. IPSAS 25: Manfaat bagi Pegawai

Pernyataan standar ini mengatur bahwa entitas harus mengakui (1) kewajiban ketika
seorang pegwai telah memberikan jasanya sehingga sebagai konsekuensinya entitas harus
memberikan manfaat di masa yang akan datang dan (2) beban ketika entitas mengonsumsi
manfaat ekonomi/potensi jasa yang berasal dari jasa yang diberikan oleh pegawai sebagai
imbal balik dari manfaat pegawai.
BAB III
PENUTUP

Kebutuhan akan sebuah regulasi yang seragam dan dapat dibandingkan secara
Internasional menjadi salah satu alasan International Public Sector Accounting Standards
Board (IPSASB) membuat International Public Sector Accounting Standards (IPSAS).
IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik
untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis
akrual (accrual basis).
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik di Indonesia telah memilih dasar akrual
sebagai basis pencatatan akuntansi. Pembuatan regulasi dan standar oleh IAI-KSAP tersebut
tentunya dengan tetap mengacu pada standar yang berlaku di tingkat Internasional dengan
harapan dapat tercapainya informasi keuangan yang konsisten dan dapat dibandingkan
(comparable) untuk semua yurisdiksi. Pengadopsian basis akrual di Indonesia ini tidak
dilakukan sepenuhnya melainkan secara bertahap setelah terbitnya PP 71/2010 lalu yang
merupakan tahap transisi basis cash menuju akrual dan sejak tahun 2015 memberlakukan
akrual secara penuh.
Namun berbeda dengan IPSAS yang hingga 2015 akhir telah memiliki 38 buah
pernyataan, Standar Akuntansi Sektor Publik dalam hal ini selain PSAK 45 yang mengatur
tentang entitas nirlaba, Standar Akuntansi Pemerintahan baru memiliki 13 buah Pernyataan.
Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat standar dalam IPSAS yang belum di berlakukan
dalam Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Perbedaan kebutuhan, dan kendala lain
seperti keterlambatan pengadopsian bisa saja menjadi alasan perbedaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS). “ Handbooks of International


Public Sector Accounting Pronouncement” edisi 2015 Volume 1 . IFAC
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS). “ Handbooks of International
Public Sector Accounting Pronouncement” edisi 2015 Volume 2 . IFAC
Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010 “Lampiran 1 : Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual” Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 :
Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba”, revisi 2011.
http://www.ksap.org/sap/
http://www.ipsasb.org/

Anda mungkin juga menyukai