Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN PERILAKU PENATALAKSANAAN

DIABETES MELLITUS PADA PENYANDANG


DIABETES MELLITUS

ARTIKEL LITERATURE REVIEW

Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Sebagai Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Strata I Keperawatan di Universitas Harapan Bangsa

Oleh:
DEDE TRI MULYONO
NIM:16142014253019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2020
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ARTIKEL LITERATURE REVIEW

GAMBARAN PERILAKU PENATALAKSANAAN


DIABETES MELLITUS PADA PENYANDANG
DIABETES MELLITUS

Disusun oleh :

Dede Tri Mulyono


NIM. 16142014253019

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Harapan Bangsa
Pada Hari : .....................................
Tanggal : .....................................

Dewan Penguji:

1. Penguji I : Noor Yunida Triana S.Kep.Ns.,M.Kep ....................................

2. Penguji II : Maria Paulina Irma S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep .....................................

3. Penguji III : Refa Teja Muti S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep .....................................

Mengesahkan
Ka.Prodi Keperawatan S1
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 106711090683

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

nikmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

literature review ini dengan judul “Gambaran Perilaku Penatalaksanaan

Diabetes Mellitus Pada Penyandang Diabetes” dapat terselesaikan. Literature

review ini salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Program Studi Keperawatan S1 Universitas Harapan Bangsa.

Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Iis Mangku Negara S., MTI., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Dwi Puspita.

2. dr. Pramesti Dewi, M.Kes, selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa.

3. Ns. Murniati, M.Kep., Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Harapan

Bangsa

4. Tri Sumarni S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan Universitas Harapan Bangsa.

5. Maria Paulina Irma S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing I yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran serta memberikan semangat.

6. Refa Teja Muti S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing II yang selalu

memberikan inspirasi dan masukan-masukan dalam penyusunan proposal

skripsi ini.

7. Seluruh karyawan Universitas Harapan Bangsa yang bersedia membantu

secara teknis dalam kelancaran penyusunan proposal skripsi ini.

iv
8. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan literature review ini dan tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa literature review ini jauh dari sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan selanjutnya. Akhirnya, besar harapan penulis agar literature review ini

dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi

pengembangan ilmu keperawatan umumnya.

Purwokerto, Juni 2020

Penulis

v
vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Prasurvei
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing 2

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang cukup besar di Indonesia pada saat ini. Hal ini ditandai

dengan adanya pergeseran pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit

menular yang cenderung menurun ke penyakit tidak menular yang

meningkat secara global di dunia, dan secara nasional telah menduduki

sepuluh besar penyakit penyebab kematian dan kasus terbanyak, yang

diantaranya adalah penyakit diabetes mellitus (DM) dan penyakit

metabolik (Tohirin dan Cahyati, 2015).

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kesehatan berupa

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh

peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun

resistensi insulin dan gangguan metabolik pada umumnya. Penyakit

diabetes akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun

yang kronis atau menahun apabila tidak dikendalikan dengan baik (Sonyo,

Hidayati, dan Sari, 2016).

Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes

mellitus di berbagai penjuru dunia, badan kesehatan dunia World Health

1
2

Organization (WHO,2016) memprediksi adanya peningkatan jumlah

penyandang diabetes mellitus yang menjadi salah satu ancaman kesehatan

global (Eliana, 2015).

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

menyebutkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi DM dari tahun 2013-

2018. Pada tahun 2013 prevalensi DM di Indonesia sebanyak 6,9% dan

meningkat menjadi 8,5% pada tahun 2018. Propinsi Yogyakarta

menempati posisi pertama dengan jumlah penderita DM sebanyak 72 ribu

jiwa (Riskesdas,2018).

Menurut (PERKENI, 2016) penatalaksanaan diabetes mellitus

terdiri dari lima pilar yaitu: edukasi, diet diabetes mellitus, exercise/latihan

fisik ,kepatuhan obat,pemantauan kadar gula darah. Diabetes mellitus

lebih dikenal sebagai penyakit yang membunuh manusia secara diamdiam

atau “Silent killer”. Diabetes juga dikenal sebagai “Mother of Disease”

karena merupakan induk dari penyakit penyakit lainnya seperti hipertensi,

penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan.

Penyakit DM dapat menyerang semua lapisan umur dan sosial ekonomi

(Tohirin dan Cahyati, 2015).

Diabetes mellitus sekarang terjadi tidak hanya diperkotaan namun

di desa-desa sudah banyak orang yang mengalami penyakit diabetes

mellitus. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas pada tahun 2018

penderita DM sebanyak 14.904 orang. Kecamatan Sumbang merupakan

salah satu Kecamatan yang memiliki kasus lansia penderita DM tertinggi


3

mencapai 1.568 kasus. Sedangkan di Kecamatan Jatilawang sendiri itu ada

167 kasus. Angka kejadian penderita DM yang besar berpengaruh

peningkatan komplikasi. Menurut Soewondo dkk (2010) sebanyak 1785

penderita diabetes mellitus di Indonesia yang mengalami komplikasi

Neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler

(6%), mikrovaskuler (6%), dan kaki diabetik (15%).

Berdasarkan data dan uraian diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian Gambaran Perilaku Penatalaksanaan DM pada

penyandang DM berdasarkan studi literature

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari semua penjelasan yang sudah peneliti lakukan

sebelumnya, DM merupakan penyakit kronik yang banyak ditemukan di

Indonesia. Pravalensi penderita DM didunia semakin meningkat

bersamaan dengan komplikasinya. Pencegahan keparahan penyakit DM

dilakukan dengan penatalaksanaan DM, hal ini berkaitan dengan

pengetahuan dan perilaku penderita DM.

Sehingga disini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

tujuan mengetahui “gambaran perilaku tentang penatalaksanaan diabetes

mellitus”
4

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku penatalaksanaan diabetes

mellitus pada penyadang diabetes mellitus

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

dan gambaran secara nyata untuk mengembangkang teori yang ada

serta untuk menambahkan ilmu pengetahuan tentang perilaku

penatalaksanaan diabetes pada penyandang diabetes.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah dan

mengaplikasikannya.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran bagi

instansi terkait, agar perikalu penatalaksanaan diabetes mellitus

semakin baik dan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Definisi DM

Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar gula darah

yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi

insulin, resistensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik)

dan dapat menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai

organ, terutama mata, organ ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah

lainnya (Sonyo, Hidayati, & Sari, 2016).

Seseorang dapat didiagnosa diabetes mellitus apabila mempunyai

gejala klasik diabetes mellitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi

disertai dengan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl dan gula darah

puasa >126 mg/dl (PERKENI, 2016).

2. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM

diantaranya:

a. Poliuria

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 meningkat

melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala diabetes mellitus

dikarenakan kadar gula dalam tubuh relative tinggi sehingga tubuh

10
11

tidak sanggup untuk mengurai dan berusaha untuk mengeluarkannya

melalui urin. Gejala ini lebih sering terjadi dimalam hari dan urin yang

dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2016).

b. Polidipsia

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar

glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk

meningkatkan asupan cairan (PERKENI, 2016).

c. Polifagia

Pasien diabetes mellitus akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut

disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar

glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2016).

3. Klasifikasi DM

a. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi

lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkatkan setiap

tahun baik di Negara maju maupun di negara berkembang

(International Diabetes Federation, 2013).

b. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 terdiri dari sebagian besar penderita di seluruh

dunia, dan sebagai besar merupakan hasil dari kelebihan berat badan

dan aktifitas fisik. Gejala mungkin mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi

sering kurang ditandai. Akibatnya penyakit ini dapat didiagnosis

beberapa tahun, setelah komplikasi telah muncul. Sampai saat ini,


12

diabetes tipe ini hanya terlihat pada orang dewasa tetapi sekarang juga

semakin sering terjadi pada anak-anak (World Health Organisation,

2018).

4. Patofisiologi

a. Patofisiologi diabetes tipe 1

Autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran

islet langerhans pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi

timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari

sampai minggu. Akhirnya, insulis yang dibutuhkan tubuh tidak dapat

terpenuhi karena adanya kekurangan sel β pankreas yang berfungsi

memproduksi insulis. Oleh karena itu diabetes tipe 1 membutuhkah

terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan

obat oral (Sutawardana, 2016).

b. Patofisiologi diabetes tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak

mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan

kekurangan sel β atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer.

Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-

reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin mejadi kurang efektif

mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel. Dalam kebanyakan

kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat-obat gagal untuk merangsang


13

pelepasan insulin yang memdai, maka pemberian obat melalui

suntikan dapat menjadi alternatif (Sutawardana, 2016).

c. Patofisiologi diabetes gestasional

Gestasional diabetes terjadi ketika ada hormone antagonis

insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan

resisten insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan

kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (PERKENI, 2016).

5. Komplikasi DM

Diaebetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat

menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain:

a. Komplikasi metabolik akut

Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes mellitus

terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan

keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, dintaranya:

1) Hipoglikemi

Hipoglikemi (kekurangan glukosa dalam darah) timbul

sebagai komplikasi diabetes mellitus yang disebabkan karena

pengobatan yang kurang tepat (PERKENI, 2016).

2) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan

kadar gula darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat

menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang


14

ditandai dengan trias hiperglikemi, asidosis dan ketosis

(PERKENI, 2016).

b. Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM dapat berupa

kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi

pembuluh darah besar (makrovaskuler) (Edwina, Manaf, & Efrida,

2015) diantaranya :

1) Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu:

a) Kerusakan retina mata (retinopati)

Kerusakan retina mata adalah suatu mikroangiopati ditandai

dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah.

b) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)

Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria

menetap (>300 mg/24 jam /menit) minimal 2 kali pemeriksaan

dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan

penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.

c) Kerusakan syaraf (neuropati diabetik)

Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang sering

ditemukan pada pasien DM. Neuropati diabetik pada DM

mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua

tipe syaraf.
15

2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien

diabetes yaitu stroke dan resiko jantung koroner. Komplikasi

penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan karena

adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai

dengan nyeri dada atau disebut dengan silent myocardial infarction

(SIM) (Sonyo et al., 2016).

6. Faktor resiko DM

1) Faktor resiko yang dapat diubah (Susanti dan Sulistyarini, 2013) :

a) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukan dalam

aktifitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan

minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu

terjadinya DM.

b) Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan

nafsu makan, sering mengkonsumsi makanan siap saji.

c) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu factor resiko utama untuk penyakit

DM,obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin

(resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh,

maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila

lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau perut.


16

d) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut

jantung, peningkatan resistensi dari pembuluh darah dari tepi dan

peningkatan volume aliran darah.

2) Faktor resiko yang tidak dapat diubah (Karaoui, Deeb, & Nasser,

2019) :

a) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi resiko terkena

DM paling sering setelah usia 45 tahun.

b) Riwayat penyakit keluarga

Fakta menunjukan bahwa mereka yang memiliki keluarga yang

menderita DM tingkat resiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat dari

gen ibu, dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita

DM. Maka akan memiliki resiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat

lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan DM

1) Edukasi

Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan

diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan

masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju

perubahan perilaku.
17

Edukasi DM merupakan pendidikan dan pelatihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM guna menunjang

perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit,

sehingga tercapai kesehatan yang optimal dan meningkatkan kualitas

hidup.

2) Diet diabetes

Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,

rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada

setiap orang yang mempunyai resiko DM. Jumlah asupan kalori

ditunjukan untuk mencapai berat badan ideal (Sonyo et al., 2016).

3) Aktivitas fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-

4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan 15

menit dan pendinginan 15 menit), merupakan salah satu cara untuk

mencegah DM, kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan

kaki,dan hindari aktivitas yang semperti menonton tv, bermain game atau

komputer, dan lainya. Latihan fisik juga dapat menurunkan berat badan

dan menjaga kebugaran tubuh yang dapat memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga dapat mengendali glukosa darah (PERKENI, 2016).


18

4) Terapi obat

Pemberian terapi obat hipoglikemik oral (OHO) atau dengan

injeksi insulin dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh pada

penderita diabetes. Pemberian terapi insulin apabila obat-obat penurun

gula oral dan pengelolaan gaya hidup tidak optimal. Pengobatan diabetes

secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olah raga yang teratur, dan

obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin. Pasien Diabetes tipe 1

mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari. Pasien Diabetes tipe 2,

umumnya pasien perlu minum obat antidiabetes secara oral atau tablet.

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik

tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka

dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik.

Tujuan pengobatan DM adalah:

a) Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda DM, memerlukan

rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

b) Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neuropai.

5) Pemantauan kadar gula darah

Gula merupakan bentuk karbohidrat yang paling sederhana yang

diabsorbsi kedalam darah melalui system pencernaan. Kadar gula darah

ini akan meningkat setelah makan, dan biasanya akan turun pada level

terendah pada pagi hari sebelum makan. Kadar gula darah diatur melalui

umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.


19

Seseoeang dikatakan menderika diabetes jika memiliki kadar gula darah

puasa ≥126 mg/dL pada plasma vena dan ≥100mg/dL pada darah kapiler

sedangkan gula darah sewaktu ≥200 mg/dL pada plasma vena dan ≥200

pada darah kapiler. Kadar gula darah sangat penting dipertahankan pada

kadar yang stabil, sekitar 70-120 mg/dL.

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa

darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Soegondo

1995). Salah satu hal yang terpenting bagi penderita diabetes mellitus

adalah pengendalian kadar gula darah, untuk itu pasien perlu memahami

mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.

Pengendalian kadar gula adarah adalah menjaga kadar gula darah dalam

kisaran normal seperti bukan pasien DM, sehingga dapat terhindar dari

hiperglikemia atau hipoglikemia (Soegondo 1996).

Ada beberapa yang bisa mempengaruhi pengendalian meliputi

factor diit, aktivitas fisik, kepatuhan minum obat dan pengetahuan.

Keterlibatan faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan.

Melihat permasalahan tersebut makayang bisa dilakukan untuk

memotivasi penderita diabetes mellitus dalam menjalankan pengendalian

kadar gula darah dengan baik adalah mengatur diet setiap penderita sesuai

dengan prinsip 3J yaitu jumlah makan, jenis dan jadwal makan.

Memberikan pembelajaran kepada penderita agar mau melakukan


20

tindakan-tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah dan

meningkatkan kesehatannya.

B. Kajian hasil penelitian

Penelitian yang penulis lakukan berjudul gambaran perilaku

penatalaksanaan diabetes mellitus pada penyandang diabetes terdapat

bahasan, tema, dan keterhubungan penulis kaji yaitu sebagai berikut :

“Penerapan Penatalaksanaan Proses perawatan pada pasien

diabetes mellitus” oleh Sri harvita marpaung

Pelaksanaan (implementasi) proses perawatan merupakan komponen dari

proses keperawatan yang dikategorikan segabai perilaku keperawatan

dimana tindakan yang diperluka untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam

teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen

perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikia, dibanyak

lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara

langsung setelah pengkajian (Potter & Perry, 2005). Secara umum

penatalakanaan yang dilakukan pada pasien yang menderita diabetes

antara lain : Diet, Aktivitas fisik, pemantauan, terapi bila diperlukan,

pendidikan mengenai penyakit diabetes mellitus.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan

literature riview berdasarkan teks book, jurnal, e-book (10 tahun terakhir)

dengan cara menganalisis, eksplorasi sumber dan kajian bebas. Hasil dari
21

penelitian ini diharapkan membantu dalam memberi informasi mengenai

penatalaksanaan proses perawatan kepada pasien yang mederita diabetes

mellitus.

“Knowledge and practice of patien with diabetes mellitus in

Lebanon:a crossectional study” oleh Larmis R. Karaoui, Mary E. Deeb,

Layal Nasser and Souheil Hallit (2018).

Diabetes mellitus telah muncul sebagai salah satu masalah kesehatan

masyarakat abad ke dua puluh satu. Penyakit diabetes adalah penyakit

tidak menular multifaset yang saat ini, mempengaruhi lebih dari 366 juta

orang diseluruhdunia dan cenderung meningkat dua kali lipat pada tahun

2030. Diabetes mellitus di libanon diperkirakan sekitar 15,8%, mirip

dengan apa yang diamati di Negara industry, tetapi lebih rendah dari

Negara lain di Indonesia wilayah tersebut, yaitu Bahrain (25,5%), Uni

Emiret Arab (UEA) (23,3%) dan Kerajaan Arab Saudi (KSA) (23,7%).

Peningkatan pravalensi dan kejadian diabetes mellitus telah dikaitkan

dengan perubahan gaya hidup dan diet tidak sehat.

Sosial dan lingkungan beban berat pasien yang

hidup dengan diabetes, sistem perawatan kesehatan yang besar, karena

perawatan yang tinggi pengeluaran, kehilangan produktifitas dan

pertumbuhan ekonomi. Komplikasi diabetes dapat mempengaruhi

mikrovaskuler (neuropati, nefropati, dan retinopati). Asosiasi Diabetes

Amerika (ADA) dan Federasi Diabetes Internasional (IDF) ke duanya


22

menganjurkan manajemen diri untuk menjadi komponen inti perawatan

biabetes.

Sebuah studi cross-sectional, dilakukan antara januari dan juni

2015, mengumpulkan data dari 207 pasien dewasa berusia 18 tahun keatas

hidup dengan tentang survey yang divalidasi disesuaikan dengan kontek

Lebanon. Dilakukan di enam apotik komunitasdi Beirut dan kegubernuran

Gunung Lebanon.

Hasil dari penelitian tersebut usia rata-rata peserta adalah 60,2 ± 15,5

tahun dan rasio pria/wanita adalah 1,38. Berarti skor pengetahuan adalah

2,34 ± 0,88 poin (dari 6). Sangat sedikit peserta (17,4%) yang mengetahui

sisi pengobatan mereka saat ini. Nilai latihan rata-rata adalah 5,86 ± 1,77

poin (dari 8). Hanya 15,9% pasien melaporkan fisik saat ini aktifitas.

Analisis linear berganda menunjukan bahwa mereka yang memiliki gelar

sarjana memiliki pengetahuan yang jauh lebih tinggi (Beta=0,448,

p=0,001) dan skor praktik (Beta=0,523 p=0,047) dibandingkan dengan

sekolah menengah atau sekolah dasar.

Mereka yang melaporkan mengikuti diet diabetes khusus memiliki

skor pengetahuan yang lebih tinggi (Beta=0,482 p˂0,001) dibandingkan

mereka yang tidak. Skor pengetahuan dan skor praktik sangat berkorelasi

(Beta=0,844 p˂0,001). Tidak ada diferensial signifikan berdasarkan jenis

kelamin dan usia untuk skor pengetahuan dan praktik.


23

“Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus di puskesmas pakis Surabaya”

Oleh Erika untari dewi.

Insiden[ diabetes mellitus mengalami peningkatan dan di Indonesia

menempati urutan ke-4 menurut Badan Kesehatan Dunia ( WHO).

Pravalensi diabetes mellitus dari jumlah penduduk di Indonesia ± 1,5%

tiap tahun. Sehingga diperkirakan bahwa terdapat minimal 30.000 di

Surabaya, 300.000 di Jawa Timur dan 2.500.000 do seluruh Indonesia.

Tahu n 1994 terdapat 110,4 juta penderita diabetes mellitus didunia

( Tjokroprawiro, 2003). Tahun 2000 di Indonesia diperkirakan terdapat 4

juta dan 175,4 juta penderita diabetes mellitus diseluruh dunia.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Puskesmas

Pakis Surabaya didapatkan 11 dari 20 orang yang menderita penyakit

diabetes mellitus yang datang ke puskesmas dan dilakukan pemeriksaan

guladarah. Saat ditanya 11 orang tahu tentang diet untuk diabetes mellitus

tetapi mereka ada yang bosan , ingin makan makanan yang enak ada yang

mengatakan masih suka ngemil, jarang melakukan aktivitas fisik, teratur

minum obatdan memiliki pengetahuan yang cukup tentang diabetes

mellitus, sedangkan 9 orang mengatakan sudah biasa dengandiet yang

diberikan, selalu melakukan aktifitas fisik, teratur minum obat dan

memiliki pengetahuan yang baik tentang diabetes mellitus sehingga

mereka tidak menganggap ini menjadi beban tapi demi kesembuhan

mereka.
24

Design yang dilakukan pada penelitian ini deskriptif korelasi.dalam

penelitian ini menggunakan variabel independen dan dependen. Populasi

dari penelitian ini adalah seluruh pasien diabetesmellitus di Puskesmas

Pakis. Sampel yang digunakan 40 orang dengan menggunakan teknik

consecutive sampling pengambilan datadengan kuesioner. Data diperoleh

dari hasil kuesioner, data yang terkumpul ditabulasi dengan tabel dan

dikonfersikan dalam bentuk tabel. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil

faktor diet tidak mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah, faktor

aktivitas fisik mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah, faktor

kepatuhan minum obat tidak mempengaruhi terkendalinya kadar gula

darah, faktor pengetahuan mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah.

Hal ini menunjukan bahwa faktor aktivitas dan faktor pengetahuan

mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah.

“Adolescents’ knowledge and awareness of diabetes mellitus in

Kuwait” oleh Maryam Al-Husain, Seham Mustafa (2015).

Kuwait memiliki pravalensi diabetes yang lebih tinggi pada tahun 2010

ssebuah penelitian dilakukan dan menunjukan bahwa 20% populasi

Kuwait adalah diabete. Komplikasi yang terkait dengan diabetes

selainyang signifikan adalah morbiditas terkait diabetes seperti retinopati

diabetic dan penyakit kardiovaskuler. Tujuan utama dari penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi bidang-bidang kelemahan dalam

pengetahuan mengenai penyakit, presentasi dan komplikasi yang mungkin

memperlukan upaya pendidikan tambahan pada remaja muda.


25

Pengetahuan ini akan memungkinkan peningkatan program saat ini untuk

mengatasi bidang defisiensi pengetahuan dan kesalahpahaman, sehingga

mencapai efisiensi maksimum dengan sumberdaya terbatas yang

ditunjukan untuk remaja.

Sebuah survei cross-sectional diperkenalkan kepada siswa sekolah

umum dan swasta sekunder di Kuwait. Instruksi survei dijelaskan kepada

mereka sebelum mulai menjawab pertanyaan. Para siswa harus menjawab

semua perrtanyaan dari kuesioner yang telah diuji sebelumnya

menggunakan jawaban “Ya”, “Tidak” atau tidak yakin . survei dilakukan

melibatkan 4333 siswa sekolah menengah (2120 laki-laki dan 2193

perempuan) yang dipilih menggunakan metode multi-stage stratidied

random sampling. Sebanyak 30 sekolah menengah dilibatkan dalam

penelitian ini.

Hasil dari penelitian ini total 4333 siswa menjawab kuesioner, 271

tanggapan tidak dimasukan dalam analisis karena jawaban yang buruk

(semua pertanyaan ditandai sebagai “Ya” atau semua ditandai sebagai

“Tidak”). Sebanyak 4062 kuesionerdimasukan dalam analisis, 1955

(48,1%) adalah laki-laki dan 2107 (51,9%) adalah perempuan. 116 (2,9%)

siswa menderita diabetes dan 1888 (46,5%) siswa memiliki riwayat

keluarga diabetes. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam menjawab

yang benar secara keseluruhan dari siswa yang lebih muda (15-17 tahun)

dengan yang lebih tua (18-20 tahun) siswa (62,8% vs64,5%, p=0,628

denganindependent-test).
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan

pustaka. Stidu literature review adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topic

tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku,

internet, dan putaka lain. Adapun jenis metode yang digunakan dalam

penelitian ini metode deskriptif. Metode yang meneliti sekelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu kelas peristiwa sekarang.

Pencarian artikel dengan kata kunci penatalaksanaan diabetes. Peneliti

hanya mengambil artikel yang dipublikasikan pada kurun waktu tahun

2010-2020. Data yang diperoleh kemudian ditelaah, disusun secara

sistematis untuk menganalisis dan menjawab pertanyaan penelitian yang

sudah dirumuskan.

B. Sumber data

Penelitian ini menggunkan data sekunder yang diperoleh dari

literature maupun refrensi lainya. Data sekunder yang diperoleh bukan

hasil dari pengamatan tetapi hasil dari penelitian yang sudah dilakukan

oleh peneliti terdahulu. Mencari sumber-sumber artikel yang memiliki

hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan untuk memecahkan

masalah. Sumber data sekunder meliputi artikel ilmiah maupun buku yang
27

sudah dipublikasikan terkait dengan materi penatalaksanaan diabetes

mellitus.sumber data yang akan dipilih harus memperhatikan terkait

keaslian penulisan, objektivitas dan kontribusi penelitian. Penelitian ini

menggunakan Sumber Utama Penelitian (Secondary Research

Methodology) dari jurnal yang telah terbit dengan bahasan

penatalaksanaan diabetes mellitus. Artikel ilmiah yang diperoleh dari

sumber yang dapat dipertngungjawabkan keabsahannya. Sumber utama

artikel antara lain meliputi jurnal internasional dan jurnal nasional, buku

dan referensi yang lain.

C.Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode

pengumpulan data dengan mencari atau menggali data literature yang

terkait dengan apa yang dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data

yang telah didapatkan dari berbagai literature dikumpulkan sebagai suatu

kesatuan dokumentasi yang digunakan untuk menjawab permasalahan

yang telah dirumuskan. Sumber informasi dan artikel ilmiah diperoleh dari

database yaitu google scholar, e-book, sciencedirect, mendley. Metode

pencarian untuk mendapatkan jurnal dengan mencari kata kunci

“penatalaksanaan diabete” (Implementation diabetes) dan ‘perilaku

diabetes” (diabetes behavioral). Proses pengumpulan data dan kerangka

kerja menggunakan metode PEOS ( Popilation, Exposure/event, Outcome,


28

Study design). Hal ini bertujuan untuk menentukan sumber literature yang

sesuai dengan tema penelitian.

Tabel 1.2. Kerangka penelitian

Element Inklusi Ekslusi


Population/problem Pasien yang menderita

diabetes,pasien umur 20-

79
Exposure Diabetes Mellitus
Outcome Penatalaksanaan

diabetes
Study design Deskriptif

Anda mungkin juga menyukai