Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik seperti poliuria, polidipsi dan
polifagia disertai dengan kadar gula darah sewaktu ³ 200 mg/dl dan gula darah
puasa ³ 126 mg/dl (Soelistijo et al., 2015). Terdapat 4 klasifikasi diabetes mellitus
berdasarkan patofisiologi yang mendasari, yaitu diabetes tipe 1, tipe 2, tipe lain
8
9
autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti
sekresi insulin, kerusakan akibat autoimun ini mengakibatkan abnormalitas sel sel
alpha pankreas dimana terjadi sekresi glukagon yang berlebihan. Kedua hal ini
tidak terjadi defisiensi absolut seperti diabetes mellitus tipe 1. Pada DM tipe 2
terjadi defisiensi insulin relatif. Tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi insulin perifer (Soelistijo et al., 2015). Defisiensi insulin relatif terjadi
melalui dia mekanisme yaitu, gangguan sekresi insulin akibat disfungsi sel beta
pankreas dan gangguan kerja insulin pada tingkat sel akibat kerusakan reseptor
gaya hidup yang menetap, asupan gula yang berlebih, merokok, obesitas,
Tulang merupakan salah satu organ terbesar dalam tubuh yang menerima sekitar
5-10% darah dari cardiac output. Tulang berperan dalam memberikan dukungan
terdiri dari sel-sel (10%) yang terdapat di dalam matriks (90%). Matriks terdiri
dari komponen organik dan anorganik (Little, Rogers, & Flannery, 2011).
persendian, yang terdiri atas lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar terdiri
dari jaringan ikat padat yang iregular sedangkan lapisan dalam disebut juga
osteogenic layer terdiri dari sel-sel osteogenic. Pada endosteum hanya terdapat
selapis sel osteogenic dan tidak mengandung komponen jaringan ikat (Kalfas,
2001).
Tulang aktif secara metabolik, merupakan jaringan ikat khusus yang terus-
lama dengan jaringan tulang baru untuk beradaptasi terhadap beban dan tegangan
secara mekanik. Tulang pada dasarnya berfungsi untuk menyediakan tidak hanya
dukungan struktural dan perlindungan terhadap organ tubuh, tetapi juga sebagai
reservoir untuk kalsium, magnesium, dan fosfat, ion yang penting dalam fisiologi
Ada dua tipe dasar tulang: lapisan luar tulang korteks yang padat
(compact) berfungsi terutama untuk proteksi, dan lapisan dalam tulang kanselus
(trabecular, spons) yang terdiri dari kompartemen sumsum merah di ujung tulang
permukaan luar dari tulang kortikal dan berisi pembuluh darah yang memberikan
nutrisi untuk tulang, fibroblas, pericytes dan sel-sel progenitor multipoten dengan
kapasitas untuk berdiferensiasi menjadi tulang, tulang rawan, lemak, dan otot.
Rongga sumsum dibatasi oleh endosteum, yang juga berisi pembuluh darah,
Tipe tulang dibagi menjadi tulang imatur dan matur. Tulang imatur
dikenal sebagai woven bone. Fibril kolagen yang dibentuk oleh osteoblas
terlihat pada masa janin/embryonic bone, pada penyembuhan patah tulang dan
keadaan patologis pada tulang (tumor atau infeksi dengan tingkat turnover tulang
yang tinggi). Tulang matur yaitu tulang kortikal (kompak) atau tulang kanselus
(trabekular, spon). Tulang kortikal membentuk 80% dari keseluruhan tulang dan
ditandai oleh sistem Haversian atau osteons. Dimana fibril kolagen secara paralel
lakuna yang berkomunikasi satu sama lain dan kanal Haversian melalui
Volkmann berjalan tegak lurus dengan kanal Haversian dan bergabung dengan
tulang). Sel ini diatur dalam bone remodeling units (BRU) atau basic multicellular
sebagian besar terdiri dari kolagen tipe I, selain proteoglikan, glikoprotein, dan
yang menyebabkan tulang menjadi keras dan kaku. Sebagian dari osteoblas
oleh mekanisme hormonal dan seluler. Sel ini berperan dalam resorpsi tulang.
Pada proses tersebut osteoklas melekat pada permukaan tulang dan melepaskan
enzim hidrolitik yang menyebabkan hidrolisis dari matriks tulang dan calcified
korteks tulang, dan distabilisasi dengan osteosynthesis yang rigid. Kontak yang
rigid akan mengijinkan terjadinya resorpsi pada kedua ujung tulang dan
15
dalam kanal tersebut terdiri dari sel osteoprogenitor yang kemudian menjadi sel
dirubah menjadi tulang lamelar yang secara mekanik relatif kuat (J. Li & Stocum,
2013).
inflamasi dan proliferasi seluler, fase terbentuknya kalus, fase konsolidasi, dan
darah, sehingga terjadi kematian tulang satu sampai dua millimeter. Fase ini
ditandai dengan adanya tanda-tanda fraktur baik secara klinis maupun radiologis
Tahap kedua adalah fase inflamasi dan proliferasi seluler. Fase ini dimulai
8 jam sejak terjadinya patah tulang, dimana ditandai dengan munculnya reaksi
inflamasi akut dengan disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam
kanal medulla tulang. Pada fase ini, agen-agen inflamasi akan dikeluarkan,
Cytokine dan Growth Factors yang dihasilkan oleh sel neutrofilia, trombosit dan
Factors utama adalah Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming
Pluripotent.
dengan pulau tulang immature dan tulang rawan, membentuk kalus atau
penyangga pada periosteum dan permukaan endosteum. Saat serat tulang yang
System ini memungkinkan osteoklas untuk tertanam melalui debris pada daerah
fraktur, dan diikuti dengan osteoblas mengisi ruang yang ada. Proses ini
menjadi kuat untuk menerima beban normal. Fase penyembuhan tulang kemudian
diakhiri dengan fase remodeling. Patah tulang telah dihubungkan dengan tulang
2.4.1 Definisi
protein yang di produksi oleh sel osteoblas, sel stroma tulang dan oleh sel limfosit
dan sel stroma dan akan mengikat RANK dan menghambat diferensiasi sel
RANKL dan OPG tidak terikat pada membrane dan konsentrasinya dapat
osteoklas. OPG mRNA terdeteksi pada tulang dan jaringan lunak seperti saluran
pencernaan, jantung, paru-paru, hati, ginjal, otak dan tulang rawan. Sebaliknya,
ekspresi RANKL terbatas pada area osteoresorpsi dan kelenjar getah bening
beberapa sitokin inflamasi (IL-1 beta, IL-4, IL-6, IL-11, IL-17, TNF-alfa), faktor
1,25 OH vitamin D3 (Bjerre, 2013; Stejskal et al., 2001). Berikut adalah agen
Gambar 2.4 Tampak Proses Aktivasi Osteoclast di Pengaruhi Oleh Ikatan Antara
2.4.2 RANK
dan sel dendritik. Pengekspresian protein RANK ditemukan pada kelenjar susu
dan pada beberapa sel kanker, termasuk kanker payudara dan prostat, dua tipe
tumor dengan potensi metastasis tulang. Meskipun tidak ada manusia telah
teridentifikasi hingga kini dengan inactivating mutations atau dilesi RANK, suatu
mutasi dilesi terjadi secara spontan dalam sebuah garis dari tikus kecil transgenik,
yang konsekuensinya memiliki semua gambaran dari tikus kecil dengan dilesi-
20
2.4.3 RANKL
dirangsang dalam osteoblast/sel stroma oleh sebagian besar faktor yang diketahui
dapat merangsang pembentukan dan aktivitas osteoklas. Hal ini terekspresi dalam
kelenjar getah bening, timus dan paru, dan pada tingkat yang rendah dalam
berbagai jaringan lain termasuk limpa dan sumsum tulang. Pada sendi yang
inflamasi itu diekspres oleh sel sinovial dan disekresikan oleh sel T aktif. Sumber-
memerantarai kerusakan sendi pada pasien dengan artritis rheumatoid. TNF juga
jumlah OCP beredar secara sistemik, dan dengan mendorong jalan keluar mereka
dari sumsum tulang ke dalam darah perifer dan kemudian ke sendi yang inflamasi,
di mana ia mendorong proses fusi dari sel-sel ini menjadi osteoklas bersama
dengan RANKL dan IL-1 (Bjerre, 2013; Secchiero et al., 2006; Stejskal et al.,
2001).
21
2.4.4 Osteoprotegerin
homozigous dari 100 kilobasa OPG dari dua orang pasien dengan penyakit dari
dari osteoblas dan osteoklas, dan diregulasi dalam osteoblas oleh dua jalur
Remodeling tulang erat diatur oleh sebuah triad molekul yang terdiri dari
dengan RANKL (Kwan Tat et al., 2009). Keseimbangan antara OPG dan RANKL
didasarkan pada OPG setelah mengikat RANKL menunjukkan proses OPG yang
22
Osteoartritis (OA) erat terlibat dalam kerusakan tulang rawan, dan bahwa OPG
Mediator pro inflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-6 and IL-18 meningkat
secara lokal pada diabetes mellitus dan diperkirakan berkontribusi dalam hal
komplikasi diabetes (Jiao et al., 2015). Kondisi diabetes memiliki kesulitan dalam
untuk menekan gen inflamasi lain dan meningkatkan apoptosis, dimana hal ini
berfungsi untuk menurunkan bone coupling pada binatang dengan diabetes (Beam
et al., 2002).
berhubungan dengan proses dimana tulang diinduksi oleh trauma atau inflamasi
IL-1β, TNF-α, and prostaglandin E2, yang dapat merangsang resorpsi tulang oleh
osteoklas (He et al., 2004). Tikus diabetes dengan periodontitis dan diabetes
melitus tipe 1 mempunyai jumlah osteoklas dua hingga empat kali lipat serta
23
kadar IL-17 dan IL-23, yang nantinya akan merangsang pembentukan osteoklas
Tikus diabetes tipe 2 dapat merangsang osteoklas dua hingga empat kali
terinfeksi. Mirip pada manusia dengan diabetes tipe 2 dan periodontitis, terjadi
peningkatan kadar TNF-α, IL-1β dan IL-6 secara signifikan sehingga proses
dalam proses resorpsi tulang (Ndip et al., 2014). Kadar asam lemak pada diabetes
proses inflamasi merupakan aspek penting untuk menekan resorpsi tulang seperti
tulang berkurang pada tikus. Hal ini dibuktikan dengan penurunan kadar
reactive protein (CRP). Terjadi penurunan ekspresi BMP dan FGF, osteocalcin
dan bone coupling pad tikus diabetes Kondisi tersebut berkaitan dengan inflamasi
tulang diabetes ketika distimulasi oleh trauma atau inflamasi yang meningkatkan
aktivitas nuclear factor-kappa-B dan berkurangnya ekspresi fra-1 dan runx2 pada
24
caspase 3 dan rasio Bax/Bcl-2 dimediasi oleh peningkatan kadar TNF-α. Diabetes
tipe 2 juga meningkatkan ekspresi gen pro apoptosis yang nantinya berefek pada
modifikasi protein oleh gula aldose, dibentuk melalui oksidasi produk secara non
seperti RAGE sitokin pro inflamasi (Jiao et al., 2015). Diabetes meningkatan
ekspresi AGE dan RAGE. Sinyal dari RAGE mengaktivasi transcription factor
NF-κB untuk merangsang ekspresi activator reseptor nuclear factor κ-B ligand
tulang. Selain itu, AGE menghambat diferensiasi osteoblast yang ditandai dengan
25
pembentukan matriks mineral (Ndip et al., 2014). Selain itu terdapat bukti bahwa
species (ROS) (Tripathi & Verma, 2014). Stres oksidatif meningkat pada diabetes
meningkat dalam mitokondria sebagai hasil dari peningkatan kadar glukosa, dan
O’Connor, & Lin, 2011). Terdapat beberapa sumber ROS di dalam sel termasuk
al., 2015).
Efek jangka panjang dari stres oksidatif mungkin sangat penting untuk sel
berumur panjang seperti osteosit dan sel induk mesenkim. Sel induk mesenchymal
26
memainkan peran penting dalam pembentukan tulang dan osteosit sangat penting
Studi tentang osteoklas yang berasal dari tikus diabetes mellitus tipe 2 dan
alveolar pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan periodontitis (Akram et al.,
2011). Kadar glukosa yang tinggi merangsang generasi spesies oksigen reaktif
Karena efek glukosa tinggi sering memakan waktu beberapa hari, kemungkinan ia
oleh penurunan ekspresi gen penanda osteoblas. Glukosa yang tinggi merangsang
2015).
al., 2015).
diabetes tipe 1 dan tipe 2 dan ditandai oleh perubahan kualitas tulang (Gilbert &
meningkatkan risiko patah tulang pada pria dan wanita dan dalam penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa. Studi Kesehatan dengan 109.983 wanita
diabetes mellitus tipe 1 dan 2 keduanya terkait dengan peningkatan risiko patah
tulang pinggul (Jiao et al., 2015). Risiko relatif patah tulang pinggul meningkat 6-
7 kali lipat untuk individu dengan diabetes mellitus tipe 1, yang jauh lebih tinggi
daripada peningkatan risiko (1,4-1,7 kali lipat) pada diabetes mellitus tipe 2.
Risiko patah tulang diabetes mellitus tipe 1 meningkat karena penurunan BMD,
28
yang terkait dengan pembentukan tulang yang terganggu yang dapat dikaitkan
Diabetes mellitus tipe 2 sering ditandai dengan kepadatan mineral tulang normal
atau tinggi (BMD). Diabetes dapat dikaitkan dengan pengurangan kekuatan tulang
respons inflamasi yang diperlukan untuk rekrutmen sel induk mesenchymal. Sel-
sel ini berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi kondrosit yang membentuk
dalam proses ini adalah TNF-α, faktor stimulasi koloni macrophage (MCSF) dan
angiogenesis (Graves et al., 2011; Jiao et al., 2015). Fase terakhir adalah
dapat disebabkan sebagian, oleh tingkat faktor pertumbuhan yang menurun seperti
ke lokasi fraktur.
29
dan memiliki risiko komplikasi 3-4 kali lipat lebih tinggi. Studi klinis pada
penyembuhan fraktur pada pasien diabetes (Graves et al., 2011; J. Li & Stocum,
2013).
penurunan densitas mineral tulang dan peningkatan kejadian fraktur pada tulang.
inhibitornya; begitu juga dengan defek pada kapasitas repararasi karena hilangnya
pada tulang mandibula, panggul dan tulang-tulang panjang. Studi klinis telah
penyembuhan tulang, termasuk kalus yang lebih kecil dan menurunnya kekuatan
kekuatan biomekanik pada tulang sekitar 20%. Pada studi lain menunjukkan
sebuah penurunan kekuatan mekanik dan ukuran kalus sebesar 2 kali lipat disertai
selama proses penyembuhan fraktur pada hewan coba diabetes yang diinduksi
Alloxan model diabetes mellitus, Alloxan adalah bahan kimia yang paling
umum digunakan untuk induksi diabetes mellitus. Ini adalah agen diabetogenik
yang terkenal yang banyak digunakan untuk menginduksi diabetes Tipe II pada
hewan (King, 2012). Alloxan adalah turunan urea yang menyebabkan nekrosis
eksperimental pada hewan seperti kelinci, tikus, tikus dan anjing. Dengan agen
ini, adalah mungkin untuk menghasilkan tingkat keparahan penyakit yang berbeda
dengan mengukur kadar gula darah puasa (FES): Pada kelinci diabetes moderat
telah didefinisikan sebagai tingkat FBS 180 - 250 mg/dL, dan diabetes berat
sebagai tingkat FBS di atas 250mg/dL (Skovsø, 2014). Diabetes yang parah yang
dihasilkan oleh alloxan menghasilkan kadar gula darah yang setara dengan total
terjadi dengan merangsang pelepasan insulin dari sel β, hanya menunjukkan efek
hipoglikemik kecil.
pengujian obat untuk penggunaan diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin
(Deeds et al., 2011). Untuk semua hewan, satu dosis alloxan tunggal, 140 - 180
mg/kg (biasanya 150 mg/kg) diberikan sebagai 5% b/v dalam air suling yang
32
disuntikkan secara intravena ke dalam vena telinga marginal kelinci atau secara
intraperitoneal dalam kasus tikus dan diobservasi tujuh hari untuk kelinci, 12 hari
untuk tikus dan tikus diperbolehkan untuk hewan yang memiliki akses bebas
terhadap makanan dan air. Alloxan dan reduksi produknya dialuric acid
sangat reaktif terbentuk dengan reaksi fenton. Tindakan spesies oksigen reaktif
biomodel patologis untuk menguji zat dengan aktivitas antioksidan yang diduga in
vivo. Salah satu target spesies oksigen reaktif adalah DNA pulau pankreas.
Fragmentasinya terjadi pada sel beta yang terpapar alloxan (X. Li et al., 2014).
Tikus dengan kadar glukosa darah lebih dari 150mg/dL dianggap diabetes
dan dipilih untuk penelitian. Argumen sederhana yang sering dibuat melawan
menyebabkan tipe I daripada diabetes mellitus tipe II. Studi yang dilakukan oleh
Etuk dan Mohammed pada tahun 2009 menunjukkan bahwa, tidak ada respons
yang berbeda terhadap agen hipoglikemik oleh tikus hiperglikemik aloksan dan
glukosa.
33
lesi pankreas yang sebanding dengan dosis obat yang diberikan, dan ukuran lesi
mengapa obat pada dosis rendah atau sedang tidak menghasilkan kekurangan
insulin absolut namun tidak mencukupi pada hewan percobaan. Oleh karena itu
dosis percobaan obat harus dipilih secara hati-hati untuk menghindari kerusakan
jaringan pankreas yang berlebihan. Dosis alloxan intravena yang paling sering
digunakan pada tikus adalah 65 mg/kg, tetapi bila diberikan secara intraperitoneal
atau subkutan, dosis efektifnya harus lebih tinggi (King, 2012; Skovsø, 2014).
remodeling tulang baik enzim dan peptida non enzimatik yang berasal dari
kompartemen seluler dan non seluler tulang. Kebanyakan indeks biokimia resopsi
tulang terkait dengan produk kolagen seperti hidroksiprolin atau berbagai cross-
link kolagen dan telopeptida. Sebaliknya, penanda formasi tulang yang baik
dihasilkan oleh produk dari neosintesis kolagen (misalnya propeptida dari kolagen
tipe I) atau protein terkait osteoblas seperti osteocalcin (OC) dan alkalin
sementara fragmen yang lebih besar dapat dideteksi dalam darah. Marker tersebut
dapat memberikan penilaian dari angka remodeling tulang, tapi hal ini
34
dipengaruhi oleh berbagai faktor fisiologis dan patologis. Marker ini tidak dapat
pengukuran marker dalam darah atau urin. Penanda formasi tulang termasuk bone
2.11.1 Osteocalcin
spesifik oleh osteoblas. Protein matriks ini tersussun atas 46 sampai 50 asam
amino yang bersifat spesifik spesies. Khususnya pada vertebrata, terdapat 3 residu
asam amino glutamat yang tersusun secara berurutan pada bagian tengah sekuens.
Gambar 2.5 Struktur Kimia Osteocalsin (Patti, Gennari, Merlotti, Dotta, & Nuti,
2013).
residu asam amino glutamat. Struktur yang banyak tersusun oleh gama-
translasional yakni karboksilasi tiga residu glutamat. Selain dua faktor induksi
utama tersebut, produksi osteocalsin juga turut diregulasi oleh beberapa sitokin,
hormon, dan growth factor seperti VEGF, OFG, dan IGF yang berinteraksi pada
promoter osteocalsin (BGLAP). Gen ini secara normal tidak aktif ketika
diferensiasi osteoblas.
36
residu glutamat berperan sangat penting dalam fungsi adhesinya terhadap ion
yang didapat tubuh. Semakin tinggi asupan vitamin K, maka semakin banyak
osteocalsin yang disekresikan sebagai matriks tulang. Hal ini turut mempengaruhi
dan sel resopsi seperti osteoklas. Penelitian menunjukkan adanya fungsi endokrin
indices dari tulang yang baru terbentuk. Pada kasus tertentu, sel yang positif
benign kondroma dan benign giant cell tumor. Hal ini menunjukan bahwa deposit
osteocalsin terjadi pada fase akhir dari mineralisasi dan meningkat signifikan pada
tumor tulang yang kaya akan giant cell serta untuk membedakan chondroblastic