Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/26844453

Pembuatan Fiber Dengan Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi

Article · January 2009


Source: DOAJ

CITATIONS READS

0 2,485

3 authors, including:

Ade Yeti Nuryantini Khairurrijal Khairurrijal


UIN Sunan Gunung Djati Bandung Bandung Institute of Technology
30 PUBLICATIONS   72 CITATIONS    376 PUBLICATIONS   1,596 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Carbon Nanodots View project

Nanoparticle View project

All content following this page was uploaded by Khairurrijal Khairurrijal on 16 January 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880
Vol. 2 No.2, Juli 2009

Pembuatan Fiber Dengan Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi

Ade Yeti Nuryantini, Adi Bagus Suryamas, Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal(a)
Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB
Jalan Ganeca 10 Bandung 40132
(a)
E-mail: krijal@fi.itb.ac.id

Diterima Editor : 23 Maret 2009


Diputuskan Publikasi : 1 April 2009

Abstrak
Pembuatan fiber (serat) telah berhasil dilakukan dengan menggunakan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning). Fiber
yang dihasilkan masih dalam ukuran mikron dan banyak mengandung butiran-butiran (beads). Ukuran serta bentuk fiber
masih bervariasi. Fiber dibuat dengan menggunakan prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran
prekursor PEG (polyethylene glikol) dan PET (polyethylene terephthalate). Teknik ekstrusi rotasi melibatkan gaya
sentripetal pada proses pembuatan fiber. Teknik ekstrusi rotasi ini dilakukan dengan cara memutar lelehan polimer
dengan kecepatan sudut tertentu dan melewatkannya pada sebuah filter (spinneret), hingga lelehan polimer berubah fasa
menjadi padatan dan membentuk fiber (serat). Hasil ini menunjukkan harapan untuk produksi masal serat dalam ukuran
nano dengan cara yang mudah dan biaya yang murah.
Kata Kunci: fiber, PEG, PET, ekstrusi rotasi (rotation spinning), nanofiber, spinneret

1. Pendahuluan
Telah lama para ahli berhasil membuat fiber (serat) lain. Pada bidang industri lain, fiber digunakan sebagai
dengan menggunakan berbagai metoda, baik metoda filter, saringan bahan bakar, dan lain-lain [1-8].
konvensional maupun metoda modern. Metoda Pembuatan fiber dapat dilakukan dengan berbagai
konvensional telah menghasilkan serat yang berukuran cara, di antaranya melt spinning, dry spinning, wet
kira-kira 2 mm. Metoda mekanik konvensional tersebut spinning dan electrospinning. Proses pembuatan fiber
tidak dapat menghasilkan serat yang ukurannya lebih dengan metoda spinning merupakan bagian yang penting
kecil dari 2 mm [1]. Dalam dasawarsa terakhir telah dalam bidang industri polimer sintetis [7]. Banyak jenis
muncul teknologi nano yang merupakan metoda modern. fiber sintetis, seperti: nylon, polyester, olefin, sulfar, dan
Teknologi nano telah menghasilkan produk yang lain-lain yang dibuat dengan menggunakan metoda
berukuran kurang dari 100 nm. Sekarang ini, teknologi spinning khususnya dengan menggunakan teknik melt
nano berkembang dengan cepat. Teknologi nano spinning. Pada proses melt spinning padatan polimer
mempelajari dan mengembangkan material pada level dilelehkan terlebih dahulu. Polimer yang dilelehkan
nano. Diharapkan, penemuan baru pada level nano ini dilewatkan pada sebuah filter yang dinamakan spinneret,
dapat diaplikasikan pada berbagai macam bidang, kemudian lelehan polimer mengalami perubahan fasa
sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh umat manusia. menjadi padatan kembali dan membentuk fiber.
Teknologi ini bahkan sudah berpengaruh kuat pada Pada paper ini akan diperkenalkan teknik baru
disiplin ilmu lain, seperti: elektronik, sains material, dan pembuatan fiber (serat) yang diberi nama teknik ekstrusi
teknik polimer [1-8]. rotasi (rotation spinning). Ekstrusi berasal dari Bahasa
Hingga saat ini, pembuatan struktur nano satu Inggris “extrusion” yang berarti tekanan atau tarikan.
dimensi, seperti: nanofiber, nanorod, nanobelt, dan Kata ekstrusi ini kemudian diartikan sebagai proses
nanotube dengan menggunakan berbagai macam material membuat benang dengan cara menarik atau menekan
dan berbagai macam teknik sudah banyak dilakukan oleh cairan material melalui alat cetakan baik berupa jarum
para peneliti. Hasil penelitiannya menunjuk-kan atau filter. Kata rotasi diartikan berputar.
karakteristik unik yang berbeda-beda dengan keunggulan Teknik ekstrusi rotasi merupakan teknik yang
masing-masing [1-6]. Dalam kehidupan sehari-hari, telah diadaptasi dari teknik melt spinning. Teknik ekstrusi
banyak ditemukan penggunaan fiber pada berbagai rotasi berbeda dari teknik yang lain. Teknik ekstrusi rotasi
bidang, misalnya: bidang kesehatan, tekstil, dan industri melibatkan gaya sentripetal pada proses pembuatannya.
lain. Pada bidang kesehatan, fiber digunakan sebagai Pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi dapat
jaringan (tissue), penutup luka, material implant, dilakukan dengan cara yang sederhana dan biaya yang
komponen organ buatan, dan lain-lain. Pada bidang murah. Teknik ekstrusi rotasi ini dilakukan dengan cara
tekstil, fiber digunakan sebagai bahan pembuat baju, jas memutar lelehan polimer dengan kecepatan sudut tertentu
hujan, sepatu olah raga, alat-alat panjat tebing, dan lain- dan melewatkannya pada sebuah filter, hingga lelehan

60
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul 2009 61

polimer berubah fasa menjadi padatan dan membentuk dituangkan ke dalam rongga pada wadah kecil, seperti
fiber. ditunjukkan pada Gambar 3. 3) Wadah kecil berisi
Fiber dibuat dengan menggunakan prekursor PET prekursor diputar dengan kecepatan sudut tertentu.
(polyethylene terephthalate) serta campuran prekursor Akibatnya, cairan di dalam rongga keluar melalui filter
PEG (polyethylene glikol) dan PET (polyethylene dan mengalami pendinginan, sehingga membentuk fiber
terephthalate). Keberhasilan ini mengarah kepada harapan yang terkumpul di wadah besar, seperti yang tampak pada
untuk menghasilkan fiber yang berukuran nano dengan Gambar 4
cara yang mudah dan biaya yang murah

2. Eksperimen
2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk membuat fiber dengan
teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) tampak pada
Gambar 1. Ia terdiri dari sebuah wadah besar bulat statik
untuk menampung fiber yang dihasilkan. Di bagian
tengah wadah statik tersebut terdapat wadah kecil yang
dapat berputar dan dilengkapi filter (spinneret). Pada
wadah kecil tersebut terdapat rongga untuk memasukkan
cairan prekursor. Wadah kecil dapat berputar secara
manual menggunakan tuas. Cairan polimer akan berputar
seiring dengan perputaran wadah kecil ini, kemudian
terlempar keluar melalui filter.
Gambar 2. Proses pemanasan prekursor padat hingga
menjadi cairan.

Gambar 1. Alat pembuat fiber dengan teknik ekstrusi


rotasi.
Gambar 3. Proses penuangan prekursor cair.

2.2 Bahan
Bahan atau material yang digunakan pada
pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation
spinning) adalah prekursor PET (polyethylene
terephthalate) serta campuran PEG (polyethylene glikol)
dengan berat molekul 20.000 dan PET (polyethylene
terephthalate).

2.3 Cara Kerja


Pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi
(rotation spinning) adalah sebagai berikut. 1) Campuran
PEG (polyethylene glikol) BM 20.000 dan PET
(polyethylene terephthalate) padat dipanaskan di dalam
tungku pemanas pada temperatur 350 oC dan 400 oC,
sedangkan PET (polyethylene terephthalate) dipanaskan
pada temperatur 400 oC seperti diperlihatkan dalam
Gambar 2. 2) Prekursor cair tersebut selanjutnya Gambar 4. Fiber yang terkumpul di wadah besar.
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul 2009 62

3. Hasil dan Diskusi


Gambar 5-7 menunjukkan citra SEM dari fiber
yang diperoleh dari prekursor PET (polyethylene
terephthalate) serta campuran PEG (polyethylene glikol)
dengan BM 20.000 dan PET (polyethylene terephthalate)
secara berurut. Diameter fiber yang dihasilkan masih
dalam ukuran mikron dengan ukuran dan bentuk yang
bervariasi. Tampak pada gambar yang ditandai dengan
panah bahwa pada fiber tersebut terdapat butiran-butiran
(beads) dengan ukuran yang bervariasi. Bentuk fiber
yang dihasilkannyapun masih beragam, seperti tampak Gambar 5 Citra SEM dari fiber yang diperoleh dari
pada Gambar 5 (g) fiber berbentuk berlubang (hollow), precursor PEG + PET
pada Gambar 6 (c) fiber berbentuk bercabang, pada pada suhu 350 oC
Gambar 7 (d) fiber berbentuk pita, bahkan pada Gambar
5 (f), dan Gambar 7 (b), (g), (h) fiber masih berbentuk
bongkahan prekursor dengan ukuran yang bervariasi pula.

Gambar 6 Citra SEM dari fiber yang diperoleh dari


precursor PEG + PET
pada suhu 400 oC

Pada pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi,


polimer yang berfasa cair, dibentangkan dengan cara
dilemparkan karena gerakan melingkar seiring dengan
berputarnya wadah kecil. Pembentangan polimer terjadi
karena polimer terdiri dari rantai molekul yang panjang
dengan mengulang setiap unit yang disebut monomer
yang terikat secara kovalen satu sama lain. Pembuatan
fiber dengan teknik ekstrusi rotasi dipengaruhi oleh
beberapa parameter, yaitu: tegangan permukaan,
viskositas, kecepatan sudut, evaporasi dan ukuran lubang
filter [2, 8].

3.1 Tegangan Permukaan


Pembentukan fiber dengan teknik ekstrusi perlu
memperhatikan sifat tegangan permukaan dari larutan.
Tegangan permukaan memberikan kontribusi dalam
pembentukan butiran pada fiber yang dihasilkan. Seperti
kita ketahui, ketika ada setetes air jatuh di udara, tetesan
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul 2009 63

biasanya berbentuk bola. Fenomena ini disebabkan oleh di sampingnya. Dengan demikian, ada gaya tarik total ke
sifat permukaan cairan, yang lebih dikenal dengan bawah, yang cenderung menekan lapisan permukaan
tegangan permukaan. sedikit, tetapi hanya sampai batas dimana gaya ke bawah
ini diimbangi oleh gaya ke atas yang disebabkan oleh
kontak yang dekat atau tumbukkan dengan molekul-
molekul di bawahnya. Penekanan ini menunjukkan bahwa
zat cair meminimalkan luas permukaan. Itulah sebabnya
mengapa air cenderung membentuk tetesan berbentuk
bola, karena sebuah bola merepresentasikan luas
permukaan minimum untuk volume tertentu [9]. Peristiwa
tetesan air yang berbentuk bola tampak pada Gambar 8.

Gambar 8. Gaya antara molekul cairan dan molekul udara

Untuk sistem cairan murni (pure liquid system),


tegangan permukaan dipengaruhi oleh temperatur.
Tegangan permukaan cairan berkurang seiring
penambahan temperatur. Dari sudut pandang molekular,
pada temperatur yang tinggi, molekul cairan memperoleh
lebih banyak energi dan mulai bergerak lebih cepat pada
ruangan. Akibatnya, molekul yang bergerak cepat tidak
terikat secara bersama-sama sekuat molekul yang dingin.
Dengan mengurangi ikatan antara molekul, tegangan
permukaan menurun [2].

Gambar 7 Citra SEM dari fiber yang diperoleh dari


precursor PET pada suhu 400 oC

Kita dapat melihat bagaimana tegangan permukaan


muncul dengan memperhatikan proses dari sudut pandang
molekular. Molekul-molekul zat cair memberikan gaya
tarik satu sama lain. Molekul di dalam zat air berada Gambar 9. a) Keadaan molekul yang diharapkan setelah
dalam kesetimbangan karena gaya-gaya molekul lain proses pembentangan. b) Keadaan molekul yang
yang bekerja ke semua arah. Molekul di permukaan berkerumun di bawah pengaruh tegangan permukaan
normalnya juga dalam kesetimbangan (zat cair tersebut
diam), walaupun gaya pada molekul di permukaan dapat Pada teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning),
diberikan hanya oleh molekul-molekul di bawahnya atau pada saat larutan terlempar, gaya sentripetal diharapkan
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul 2009 64

akan mempengaruhi peristiwa tegangan permukaan. sampai fiber terbentuk pada wadah besar statik. Jika laju
Tegangan permukaan memiliki pengaruh terhadap evaporasi terlalu kecil, maka fiber tidak akan terbentuk,
pengurangan luas permukaan per unit massa cairan. Jika yang terbentuk adalah tetesan cairan polimer.
larutan memiliki konsentrasi molekul yang tinggi, maka Bentuk yang ditemukan pada hasil eksperimen
ada kecenderungan molekul akan berkerumun dan dengan menggunakan teknik ekstrusi rotasi adalah bentuk
membentuk permukaan bola. Ketika larutan polimer pita, bercabang, dan berlubang (hollow). Bentuk fiber
ditarik di bawah pengaruh gaya sentripetal, molekul dapat terbentuk ketika terjadi pengurangan larutan cairan
larutan akan terbentang, dan mengurangi molekul untuk pada peristiwa evaporasi dan seiring itu viskositas larutan
berkerumun bersama di bawah pengaruh tegangan semakin meningkat.
permukaan. Peristiwa ini tampak pada Gambar 9. Laju evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah tekanan uap, titik didih, entalpi, laju
3.2 Viskositas suplai panas, interaksi antara molekul pelarut dan molekul
Viskositas merupakan besaran yang mengukur yang dilarutkan, tegangan permukaan cairan, pergerakan
kekentalan fluida. Koefisien viskositas fluida η udara di atas permukaan larutan [2].
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur, F/A, Tekanan uap larutan bergantung pada berat
dengan cepat perubahan regangan luncur v/l, yaitu molekul, suhu, pemanasan, yang dinyatakan dalam
persamaan Clausius-Clapeyron
F/A
η= (1)
d (ln p ) MΛ
v/l = (2)
dT RT 2
Viskositas larutan mempengaruhi pada pembuatan
fiber dan mempengaruhi pada morfologi fiber yang Tekanan uap juga dinyatakan dalam persamaan Antonie,
dihasilkan. Pada umumnya, viskositas larutan berkaitan
dengan belitan rantai molekul. Pada viskositas yang B
rendah, belitan rantai molekul juga rendah. Pembentukan log P = A − (3)
T +C
fiber dengan polimer yang memililki viskositas larutan
terlalu rendah, tidak akan terjadi. Yang terbentuk adalah 3.4 Gaya Sentripetal
partikel-partikel larutan bukan menjadi benang. Gerak melingkar adalah gerakan suatu benda pada
Viskositas cairan berkaitan erat dengan lintasan yang berbentuk lingkaran. Pembuatan fiber
perpanjangan belitan rantai molekul. Ketika viskositas dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) dilakukan
cairan rendah, fiber tidak terbentuk, yang terbentuk dengan cara memutar larutan polimer pada lintasan yang
malahan butiran-butiran (beads). Hal ini terjadi karena berbentuk melingkar. Pada gerak melingkar bila sebuah
pada viskositas yang rendah, umumnya belitan ikatan benda bergerak dengan kelajuan konstan, benda
polimer juga rendah. Faktor yang mempengaruhi dipercepat karena kecepatannya berubah arah. Percepatan
viskositas adalah berat molekul dan konsentrasi cairan ini dinamakan percepatan sentripetal yaitu percepatan
[2]. yang tegak lurus dengan arah vektor kecepatan menuju
Berat molekul polimer menggambarkan panjang pusat lingkaran. Dengan besarnya percepatan sentriptal
rantai polimer. Semakin tinggi berat molekul polimer sebagai berikut
semakin tinggi pula viskositasnya. Cara lain untuk
meningkatkan viskositas adalah dengan meningkatkan
v2
konsentrasi cairan polimer. Seperti berat molekul, a= = ω 2r (4)
penambahan konsentrasi cairan polimer akan r
menyebabkan meningkatnya viskositas. Konsentrasi
larutan mempengaruhi pada morfologi fiber yang dengan a adalah besarnya percepatan sentripetal, v adalah
dihasilkan. Semakin rendah konsentrasi larutan, semakin kelajuan linier, r adalah jari-jari lintasan, dan ω adalah
kecil diameter fiber yang dihasilkan [6]. kecepatan sudut.
Untuk menghasilkan fiber yang halus tanpa Kecepatan sudut merupakan hasil bagi sudut pusat
butiran-butiran diperlukan cairan polimer dengan yang ditempuh benda dengan selang waktu tempuhnya.
viskositas yang pas. Pada viskositas yang terlalu rendah, Kecepatan sudut dinyatakan oleh persamaan ω = 2π/T,
umumnya akan terbentuk butiran-butiran. Ketika dengan T adalah periode.
viskositasnya dinaikkan akan ada perubahan bentuk fiber Gaya yang bekerja pada benda yang
menjadi lebih halus. Namun demikian, viskositas yang mengakibatkan benda tersebut bergerak melingkar adalah
terlalu tinggi juga akan menyebabkan cairan polimer sulit gaya sentripetal. Arah gaya sentripetal selalu menuju ke
untuk keluar dari filter [2]. pusat lingkaran dan besarnya gaya sentripetal adalah F =
mv2/r.
3.3 Evaporasi (Penguapan) Larutan Gaya sentripetal pada teknik ekstrusi rotasi
Proses evaporasi (penguapan) memegang peranan (rotation spinning) mempengaruhi pada pembentukan
dalam mekanisme pembentukan fiber pada teknik ekstrusi fiber. Gaya ini memiliki peran dalam menarik lelehan
rotasi (rotation spinning). Ketika lelehan polimer polimer agar terbentang menjadi fiber. Gaya sentripetal
terlempar dari wadah kecil, peristiwa penguapan terjadi muncul ketika lelehan polimer diputar (rotation) dengan
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul 2009 65

kecepatan sudut tertentu. Semakin besar kecepatan sudut,


semakin besar pula gaya sentripetal yang terjadi. Perlu
diperhatikan, bahwa gaya sentripetal yang terlalu besar
akan menyebabkan fiber terputus. Sementara
ketidakstabilan antara gaya tarik dalam hal ini gaya
sentripetal dengan tegangan permukaan akan membentuk
fiber yang bercabang.

4. Kesimpulan
Telah berhasil dibuat fiber dari prekursor PET
(polyethylene terephthalate) serta campuran PEG
(polyethylene glikol) dan PET (polyethylene
terephthalate), dengan menggunakkan teknik ekstrusi
rotasi (rotation spinning). Fiber yang dihasilkan masih
banyak mengandung butiran-butiran (beads) dengan
ukuran dan bentuk fiber yang masih belum seragam.
Diperlukan usaha lain untuk mengoptimasi fiber yang
dihasilkan dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation
spinning) ini, karena keberhasilannya diharapkan dapat
menghasilkan nanofiber dengan biaya murah.

Referensi
[1] B. P. Sautter, Continuous Polymer Nanofibers Using
electrospinning, Departement of Mechanical
Engineering Univerity of Illinois Chicago (2005).
[2] S. Ramakrishna, K. Fujihara, W.E. Teo, T.C. Lim,
dan Z. Ma, An Introduction to Electrospinning and
Nanofibers, Singapore: World Scientific (2005).
[3] M. M. Munir, F. Iskandar, Khairurrijal, K. Okuyama,
Rev.Sci. Instrum. 79, 093904 (2008).
[4] C. Tekmen, A. Suslu, dan U. Cocen, Mat. Lett. 62
(2008).
[5] J. Bai, Q.Yang, M. Li, C. Zhang, dan L.Yiaoxian,
Mat. Process. Tech. 208 (2008).
[6] J. Watthanaarun, Effect of Synthesis Parameters and
Secondary Metal Doping on Physical and Chemical
Properties of the Electrospun Titanium (IV) Oxide
Nanofibers, Faculty of Engineering Chulalongkorn
University (2004).
[7] S. S. N. Perera, Appl. Math. Sci. 3, 177 (2009).
[8] M.M. Munir, F. Iskandar, Khairurrijal, and K.
Okuyama, Rev. Sci. Instrum. 80, 026106 (2009).
[9] D.C. Giancoli, Fisika, Jarakta: Erlangga, Jakarta
(2001).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai