Anda di halaman 1dari 3

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan simulasi model in vitro farmakokinetik obat setelah

pemberian intravena. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mendapatkan gambaran proses
farmakokinetika obat didalam tubuh setelah pemberian secara bolus intravena dengan simulasi model
invitro farmakokinetika obat, memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala semilogaritmik,
dan menentukan beberapa parameter farmakokinetik obat tersebut.Percobaan ini menggunakan model
farmakokinetik secara in vitro yang digunakan untuk menggambarkan dan mengintrepetasikan
sekumpul data yang diperoleh dari eksprerimen. Dalam metode ini, suatu chamber atau wadah
digambarkan sebagai kompartemen tubuh manusia (saluran sistemik) dimana obat mengalami profil
farmakokinetik mulai distribusi hingga eliminasi obat. Senyawa model yang digunakan adalah larutan
parasetamol dengan dosis yang belum diketahui.

Dalam tahapan awal, persiapkan chamber dan gelas beker yang akan menjadi media yang diibaratkan
sebagai keadaan tubuh manusia. Baker gelas yang disiapkan selanjutnya diisi dengan NaOH sebanyak
250 ml dan kemudian baker gelas tersebut dimasukkan dalam chamber yang berisi air. Suhu chamber
sudah disesuaikan dengan suhu rata-rata tubuh manusia yaitu 37oC. Tunggu sekitar 2-3 menit agar
suhu dalam gelas baker sama dengan suhu dalam chamber.

Tahapan kedua yaitu penambahan sampel paracetamol sebanyak 5ml kedalam larutan NaOH dalam
beaker glass. Paracetamol merupakan zat obat yang disimulasikan diberikan secara injeksi bolus
intravena. Larutan NaOH dalam beaker glass diilustrasikan sebagai volume distribusi obat dalam
tubuh. Volume distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar
plasma atau serum (Setiawati, 2005). Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan suatu
keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan membuat nilai
distribusi lebih besar, dengan ikatan pada protein plasma, yang meningkatkan konsentrasi plasma dan
membuat volume distribusi lebih kecil. Perubahan-perubahan ikatan dalam jaringan ataupun dengan
plasma dapat mengubah volume distribusi yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi
plasma (Holford, 1998).

Digunakan satu wadah sebagai ilustrasi model kompartemen satu terbuka. Model ini menggangap
bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding
dengan kadar obat dalam jaringan (Shargel, 1998).

Setelah paracetamol tadi melarut dalam larutan, dilakukan pengadukan secara terus menerus yang
menggambarkan sebagai alliran darah yang mengalir dalam tubuh dengan kecepatan konstan. Cairan
dalam wadah kemudian dikeluarkan sebanyak 5 ml setiap 15 menit dan ditambahkan kembali NaOH
sebanyak 5 ml (yang dianggap sebagai proses ekskresi renal). Proses ini disimulasikan sebagai klirens
(Cl). Klirens suatu obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan
mekanisme prosesnya. Umumnya jaringan tubuh atau organ dianggap sebagaisuatu kompartemen
cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat terlarut didalamnya (Shargel, 2005).
Tahap selanjutnya yaitu, pengukuran konsentrasi setiap cuplikan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan konsentrasi paracetamol yang diambil tiap satuan waktu.
Maka didapatkanlah data absorbansi dan data konsentrasi. Nilai konsentrasi didapat dari kurva
kalibrasi parasetamol yang pernah dibuat pada praktikum pertama (Praktikum pembuatan kurva
kalibrasi parasetamol). Dimana pada praktikum ini digunakan cara manual calibration sehingga
didapatkan nilai konsentrasi secara langsung dari alat spektrofotometri yang digunakan.

T (jam) Cp (ppm) Absorbansi


0,25 4,939 0,297
0,50 4,797 0,288
0,75 4,994 0,300
1,00 4,795 0,288

Dari data yang diperoleh, didapatkan data absorbansi dan konsentrasi di setiap perubahan waktu
mengalami penurnan dan kenaikan yang tidak konstan. Konsentrasi larutan parasetamol tersebut
mengalami penurunan pada menit ke-30, yaitu 4,797 ppm dari yang sebelumnya 4,939 pada menit ke-
15. Pada menit ke-45 konsentrasi meningkat menjadi 4, 994 ppm dan menurun kembali menjadi
4,795 ppm pada menit ke-60. Jika ditinjau dari grafik semilogaritmik, data tersebut menunjukan
penurunan dan kenaikan konsentrasi seiring dengan bertambahnya waktu dengan persamaan regresi
y= -0,094x + 4,94 dengan R2 = 0,0903. Seharusnya laju eliminasi parasetamol semakin menurun
seiring dengan perubahan waktu. Adanya peningkatan konsentrasi pada menit ke-45kemungkinan
dapat disebabkan oleh kurangnya pengadukan sebelum pengambilan cuplikan, sehingga cuplikan
yang terambil adalah bagian larutan dengan konsentrasi yang masih pekat. Proses pengadukan ini
merupakan penggambaran aliran darah yang mengalir dalam tubuh dengan kecepatan konstan dan
obat dalam konsentrasi yang homogen.

Data yang dihasilkan merupakan data yang mengikuti model satu kompartemen. Persamaan kinetika
obat dalam darah pada pemberian secara intravena dengan suatu dosis D yang mengikuti model satu
kompartemen diberikan dengan persamaan berikut:

Cp = kadar/konsentrasi obat dalam waktu t


Cp = Co e-kt
Co = kadar/kon obat dalam waktu 0

K = konstanta laju eliminasi obat

Dari grafik semilogaritmik yang dibuat, kemudian dihitung berbagai parameter farmakokinetik obat
yang berhubungan dengan cara pemberian obat secara intravena untuk menunjukkan profil
farmakokinetik obat tersebut. Pertama, volume distribusi yaitu 1,00 ml. Volume distribusi merupakan
volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum (setiawati, 2005). Kedua,
klirens obat yang merupakan suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan
mekanisme prosesnya. Umumnya jaringan atau organ tubuh dianggap sebagai kompartemen cairan
dengan volume terbatas (Vd) dimana obat terlarut didalamnya (Shargel, 2005). Klirens yang didapat
dalam percobaan ini adalah 0,0393ml/menit.Ketiga, t ½ yaitu waktu ketika obat mencapai kadar
setengah dari kadar obat awal, dan diperoleh t ½ yaitu 17,6 jam.

Kesimpulan:

- Model invitro farmakokinetik digunakan untuk menguji profil farmakokinetik obat dalam
suatu chamber/wadah yang digambarkan seperti kompartemen darah dalam tubuh, dimana
obat didistribusikan dan dieliminasikan.
- Pemberian obat secara intravena adalah rute pemberian obat dimana obat tidak mengalami
absorbsi, tetapi obat langsung didistribusikan sehingga konsentrasi dalam plasma pada waktu
0 (Cp0) merupakan konsentrasi maksimal obat tersebut dalam darah
- Profil farmakokinetik larutan parasetamol uji yang diperoleh yaitu:
Vd = 1,00 ml
Cl = 0,0393 ml/menit
T ½ = 17,6 jam

Referensi :

Holford, N.H., 1998. Farmakokinetik dan Farmakodinamik: Pemilihan Dosis yang Rasional dan
Waktu Kerja Obat Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta. Penerbit Salemba Medika

Setiawati, A. 2005. Farmakokinetik klinik farmakologi dan terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian
farmakologi fakultas kedokteran UI

Shargel, L dan Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan, Surabaya: Airlangga
University Press

Anda mungkin juga menyukai