Makalah Patofisiologi Kel. 3
Makalah Patofisiologi Kel. 3
DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul ”PENDIDIKAN KESEHATAN HIV-AIDS” ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajarana patofisiologi. kami juga
menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang ada menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
petunjuk selama ini sehingga penyususnan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
karena kesempurnaa hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4
BAB II POHON PATOFISIOLOGI
2.1 Pengertian HIV-AIDS....................................................................................7
2.2 Gejala-gejala HIV-AIDS................................................................................8
2.3 Cara penularan HIV-AIDS.............................................................................10
2.4 Cara pencegahan HIV-AIDS..........................................................................11
2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................11
2.6 Cara Pengobatan.............................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
AIDS adalah penyakit yang paling ditakuti, virus HIV yang menyebabkan penyakit ini
merusak sistem pertahanan tubuh(sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit
ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang.
Seseorang yang positif HIV belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus dimana sesesorang
positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV
yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan
bakteri yang bisanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya Karena merusak sistem imun
tubuh
HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun
1920, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus SIV(Simian Immunodeficiency Viruses)
dari simpanse dan gorilla kepada manusia. Semenjak itu kasus kematian mendadak dengan
gejala-gejala khas hilang dan tidak dianggap ancaman. Keresahan kembali terjadi pada 1980-an,
dimana pada 1981 ditemukan infeksi paru-paru yang amat jarang, disebut PCP(Pneumocystis
Carinal Pheumonia) pada lima orang pemuda berorientasi homoseksual, yang sebelumnya tidak
memiliki masalah kesehatan di Los Angeles.pada saat bersaman New York melaporkan ada
jangkitan kanker ganas yang disebut dengan Sarcoma Kaposi ternyata setelah diteliti penyakit ini
memiliki hubungna dengan kerusakan berta pada sistem kekebalan tubuh.
Pada akhir 1981, infeksi semakin luas dilaporkan 270 kasus pasien pada kerusakan
kekebalan tubuh pada pria homoseksual dan 121 orang diantaranya meninggal. Pada awal 1983
ditemukan adanya penularan melalui hubungan heteroseksual dari laki-laki dan perempuan serta
pada tahun ini juga penyakit ini bisa menular pada ibu pengidap HIV & AIDS, pada bayi yang
dkandungnya. Pada 1984 dikapanyekan bahwa penyakit ini sangat menular melalui penggunaan
jarum suntik bersama. Sedangkan pada 1987, untuk pertama kalinya Indonesia melaporkan
adanya kasus HIV-AIDS ke badan kesehatan dunia (WHO). Saat itu hanya tercatat lima kasus.
Namun, jumlah terus meningkat setiap tahun. Tahun 2020 jumlah penderita HIV-AIDS
diperkirakan mencapai lebih dari 600 ribu orang.
POHON PATOFISIOLOGI
Gangguan sistem &
hematologi
HIV / AIDS
DEFINISI
PROGNOSIS PENCEGAHAN
EPIDEMIOLOGI
STADIUM
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
ETIOLOGI PENATALAKSANAAN
PATOFISIOLOGI
John W. Santrock
Seorang ahli bernama John W. Santrock mengatakan HIV AIDS adalah penyakit
menular seksualitas yang disebabkan oleh suatu virus bernama Human Immunodeficiency
(HIV).
Nur Farida
Seorang ahli bernama Nur Farida mengemukakan definisi HIV AIDS yakni sebagai
penyakit global yang sedag diupayakan pemecahannya oleh berbagai lembaga kesehatan dan
penelitian di dunia.
Nursalam
Definisi HIV AIDS menurut para ahli juga dilengkapi oleh seseorang bernama
Nursalam, ia mengemukakan bahwa AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan karena belum bisa ditemukan obat yang dapat memulihkannya hingga saat ini.
Infeksi HIV kronik. Tubuh memberikan perlawanan yang hebat terhadap virus HIV. Pada
akhir perlawanan ini tubuh seolah-olah melakukan gencatan senjata dengan virus. Infeksi
kronik ini mulai 3-6 minggusetelah infeksi. Pada stadium ini tidak menunjukkan gejala
apapun, seperti orang sehat. Pada umumnya, pada kebanyakan penderita, stadium ini
berlangsung sampai 10 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala-gejala, akan tetapi
sistem imun berangsur-angsur menurun. Pada orang normal, didapatkan sel CD4
sebesar 450-1200 sel per ml. Bila sel CD4 menurun sampai 200 atau kurang, maka
penderita akan masuk dalam stadium AIDS.
Stadium 2, masa penderita masih sehat, dulu disebut fase “laten” dan dianggap HIV dalam
tubuh dalam keadaan tidak aktif. Sekarang terbukti bahwa anggapan ini ternyata tidak benar.
Penelitian yang baru menunjukkan bahwa HIV selalu dalam keadaan aktif. Walaupun penderita
tidak merasakan gejala apapun pada stadium 2 ini, HIV secara perlahan-lahan terus merusak
sistem imun (kekebalan) tubuh. Bila telah terjadi kerusakan yang cukup, penderita akan mulai
merasakan gejala-gejala HIV dan mungkin terus berlanjut ke stadium 3 atau 4 (AIDS). Menurut
WHO, stadium infeksi HIV dibagi menjadi 4
Orang dengan HIV dan menderita IMS(infeksi menular seksual) lebih mudah menularkan
HIV. HIV akan mati dengna air mendidih atau panas kering (open) dengan suhu 56 derajat
celcius masing-masing selama 10-20 menit, tidak dapat hidup pada darah yang mongering
selama 1 jam tetapi juga ada penelitihan yang menyatakan HIV mamu bertahan hidup dalam
darah yang tertinggal di spuit(siring,tabung suntik) selama 4 minggu. HIV juga tidak dapat
bertahan hidup pada beberapa bahan kimia seperti nonoxynol-9(mempunyai sifat spermisida,
untuk mencegah kehamilan), sodium klorida(bahan pemutih) dan sodium hidroksida.
2.4 Cara Pencegahan HIV-AIDS
Seseorang harus melindungi dirinya sendiri dan pasangan seksualnya. Bagaimana cara
melakukannya
Jangan berganti-ganti pasangan seksual.
Penggunaan kondom lateks atau poliuretan sangat mengurangi risiko penularan HIV,
baik pada hubungan seksual vaginal maupun oral
Penularan tidak akan terjdi bila penis, bibir, vagina, atau anus tidak pernah bersentuhan
dengan penis, bibir, vagina atau anus orang lain. Ciuman, pijatan dan saling mastrubasi
merupakan aktivitas seksual aman.
Pencegahan pada pengguna obat(narkoba) ,hentikan penggunaan obat (narkoba) bila ingin
terhindari dari AIDS. Risiko pengguna obat terhadap infeksi HIV bisa diturunkan dengan cara :
Dalam keadaan high bisa lupa pada hubungan seksual aman
Bila harus menngunakan obat, jangan digunakan melalui suntikan
Bila harus menggunakan obat melalui suntikan, peralatan jangan dipakai bersama.
Penecagahan pada ibu hamil, penngunaan obat anti HIV selama hamil dapat menurunkan
risiko penularan HIV pada bayi. Berikan susu buatan pada bayi bila ibu terinfeksi HIV.
2. Antigen P24
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi infeksi HIV
melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih cepat yakni 1-3 minggu setelah
infeksi awal, sehingga membantu efektivitas deteksi dini HIV.
3. Viral Load
Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV
dalam darah. Nilai hasil pemeriksaan ini akan menjadi penanda tingkatan virulensi
penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai target dalam terapi antiretroviral
(ARV). diharapkan setelah menjalani ARV, nilai viral load dapat turun hingga tidak
tereteksi. Hal ini menandakan konsumsi ARV berhasil menekan aktivitas HIV dan virulensi
menjadi tergolong rendah.
Ketelitian CD4 di atas 200/µl sebagai permulaan pengobatan ARV masih belum jelas,
tetapi terdapatnya tanda-tanda dan tingkat penurunan CD4 (bila dapat diperiksa) harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Limfosit total sebesar 1000-1200/µl dapat diganti dengan CD4 dan dijumpai tanda-tanda
HIV. Hal ini kurang penting pada penderita tanpa gejala. Jadi, bila tidak dapat dilakukan
pemeriksaan CD4, penderita tanpa gejala (stadium I menurut WHO) hendaknya jangan
dilakukan pengobatan oleh karena belum terdapat petunjuk tentang beratnya penyakit.
Pengobatan juga dianjurkan pada penderita stadium III yang lanjut, termasuk kambuh,
luka pada mulut yang sukar sembuh dan infeksi yang berulang tanpa memperhatikan
pemeriksaan CD4 dan limfosit total.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit HIV-AIDS ini sangat berbahaya karena
penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh merupakan sisitem paling penting pada manusia.
Banyak cara untuk penularan HIV-AIDS ini dimulai dari hubungan sex bebas, penggunaan
jarum sunik bersama hingga penularan bayi pada ibu hamil.
Gejala yang ditimbulkan sangat beragam tergantung dengan infeksi apa yang
ditimbulkan. Namun ada kasus dimana orang yang mengidap HIV gejala awal infeksi tidak
terdeteksi dan juga pengobatan belum bisa menyembuhkan pasien 100% obat yang digunakan
hanya bisa mengambat penyebaran virus agar lambat.
3.2 Saran
Dengan hasil ini diharapkan para tenaga medis dapat meningkatkan pendidikan kesehatan
tentang HIV-AIDS bukan hanya dikalangan remja namun sebaiknya pada semua usia dengan
menggunakan metode dan media health education yang lebih menarik, serta mampu
menvasilitasi masyarakat untuk melakukan promosi pencegahan HIV-AIDS sedangkan untuk
masyarakat diharapkan lebih banyak mencari info tentang HIV-AIDS agar dapat mengetahui
pentingnya pengetahuan tentang HIV-AIDS srta mampu mencegah perilaku negative yang dapat
berpengaruh pada penyebaran HIV-AIDS.
Daftra pustaka
Kemenkes
http://bit.ly/351LWwZ
WHO
http://bit.ly/2VSd8tX
Wikipedia
http://bit.ly/2VTFLaf
Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.
Ramiah, I. and Reich MR. Public-Private Partnerships and Antiretroviral Drugs For HIV/AIDS:
Lessons From Botswana. 2005