Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV- AIDS

DOSEN PEMBIMBING

DINA NURPITA, M.Kep., Sp. Kep. An

Disusun oleh :

1. ALBAS DWI PRAKOSO (201051)


2. FRICHEL TRI FEBRIANDI (201066)
3. FRISKA ARTAMEVIA INDRIANI (201067)
4. MELISA INTAN SAFILA (201075)
5. NUR MUFIDAH (201083)
6. SAHDA EKA ARDIYANTI (201091)

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN

KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG

Jalan Sudanco Supriadi nomor 22 Malang 65147


Telp. (0341) 351275 Fax. (0341) 351310
Wesite : www.poltekkes-soepraoen.ac.id/
Email : informasi@poltekkes-soepraoen.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul ”PENDIDIKAN KESEHATAN HIV-AIDS” ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajarana patofisiologi. kami juga
menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang ada menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
petunjuk selama ini sehingga penyususnan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
karena kesempurnaa hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4
BAB II POHON PATOFISIOLOGI
2.1 Pengertian HIV-AIDS....................................................................................7
2.2 Gejala-gejala HIV-AIDS................................................................................8
2.3 Cara penularan HIV-AIDS.............................................................................10
2.4 Cara pencegahan HIV-AIDS..........................................................................11
2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................11
2.6 Cara Pengobatan.............................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunya daya tahan tubuh akibat terinfeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).
AIDS merupakan tahapan akhir dari infeksi HIV(Djauzi S, 2006).

AIDS adalah penyakit yang paling ditakuti, virus HIV yang menyebabkan penyakit ini
merusak sistem pertahanan tubuh(sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit
ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang.
Seseorang yang positif HIV belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus dimana sesesorang
positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV
yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan
bakteri yang bisanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya Karena merusak sistem imun
tubuh

HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun
1920, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus SIV(Simian Immunodeficiency Viruses)
dari simpanse dan gorilla kepada manusia. Semenjak itu kasus kematian mendadak dengan
gejala-gejala khas hilang dan tidak dianggap ancaman. Keresahan kembali terjadi pada 1980-an,
dimana pada 1981 ditemukan infeksi paru-paru yang amat jarang, disebut PCP(Pneumocystis
Carinal Pheumonia) pada lima orang pemuda berorientasi homoseksual, yang sebelumnya tidak
memiliki masalah kesehatan di Los Angeles.pada saat bersaman New York melaporkan ada
jangkitan kanker ganas yang disebut dengan Sarcoma Kaposi ternyata setelah diteliti penyakit ini
memiliki hubungna dengan kerusakan berta pada sistem kekebalan tubuh.

Pada akhir 1981, infeksi semakin luas dilaporkan 270 kasus pasien pada kerusakan
kekebalan tubuh pada pria homoseksual dan 121 orang diantaranya meninggal. Pada awal 1983
ditemukan adanya penularan melalui hubungan heteroseksual dari laki-laki dan perempuan serta
pada tahun ini juga penyakit ini bisa menular pada ibu pengidap HIV & AIDS, pada bayi yang
dkandungnya. Pada 1984 dikapanyekan bahwa penyakit ini sangat menular melalui penggunaan
jarum suntik bersama. Sedangkan pada 1987, untuk pertama kalinya Indonesia melaporkan
adanya kasus HIV-AIDS ke badan kesehatan dunia (WHO). Saat itu hanya tercatat lima kasus.
Namun, jumlah terus meningkat setiap tahun. Tahun 2020 jumlah penderita HIV-AIDS
diperkirakan mencapai lebih dari 600 ribu orang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian HIV – AIDS ?
2. Bagaimana gejala- gejala yang ditimbulkan pada orang yang mengidap penyakit HIV-
AIDS ?
3. Bagaimana cara penularan penyakit HIV-AIDS ?
4. Bagaimana pencegahan penyakit HIV-AIDS ?
5. Bagaimana cara pengobatan penyakit HIV-AIDS ?

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat :
1. Memahami dan mengerti pengertian HIV- AIDS
2. Memahami dan mengerti Bagaimana gejala- gejala yang ditimbulkan pada orang yang
mengidap penyakit HIV-AIDS
3. Memahami dan mengerti Bagaimana cara penularan penyakit HIV-AIDS
4. Memahami dan mengerti bagaimana pencegahan penyakit HIV-AIDS
5. Memahami dan mengerti bagaimana cara pengobatan penyakit HIV-AIDS
BAB II

POHON PATOFISIOLOGI
Gangguan sistem &
hematologi

HIV / AIDS

DEFINISI
PROGNOSIS PENCEGAHAN
EPIDEMIOLOGI

STADIUM

PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

ETIOLOGI PENATALAKSANAAN

PATOFISIOLOGI

MEDIS NON MEDIS


MANIFESTASI
KLINIS
ASUHAN
KEPERAWATAN
2.1 Pengertian HIV – AIDS

 John W. Santrock
Seorang ahli bernama John W. Santrock mengatakan HIV AIDS adalah penyakit
menular seksualitas yang disebabkan oleh suatu virus bernama Human Immunodeficiency
(HIV).

 Jonathan Weber dan Annabel Ferriman


Menurut para ahli, dua di antaranya Jonathan Weber dan Annabel Feeriman, AIDS
merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrom (sindrom cacat yang
didapatkan pada imunitas). Sindrom ini disebabkan oleh infeksi virus yang dapat
menyebabkan kerusakan parah dan tidak bisa diobati. Sistem imun akan semakin melemah,
sehingga korbannya akan semakin terbuka terhadap infeksi dan kanker tertentu.

 Nur Farida
Seorang ahli bernama Nur Farida mengemukakan definisi HIV AIDS yakni sebagai
penyakit global yang sedag diupayakan pemecahannya oleh berbagai lembaga kesehatan dan
penelitian di dunia.

 Nursalam
Definisi HIV AIDS menurut para ahli juga dilengkapi oleh seseorang bernama
Nursalam, ia mengemukakan bahwa AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan karena belum bisa ditemukan obat yang dapat memulihkannya hingga saat ini.

 Mark A. Graber, Peter P. Toth, dan Robert L. Herting


Ketiga ahli ini mendefinisikan HIV AIDS dengan definisi yang sama. definisi dari
ketiganya melengkapi difinisi HIV AIDS menurut para ahli di dunia yakni AIDS sebagai
suatu spectrum manifestasi penyakit yang berkisar dari keadaan tidak bergejala sampai
mematikan, ditandari dengan defesiensi imun berat, infeksi opotrunistik, dan kaker yang
timbul pada orang yang tidak mendapatkan pengobatan imunosupresif dengan tanpa penyakit
imunisupresif lain.
2.2 Gejala-Gejala HIV-AIDS
Infeksi HIV dapat dibagi menjadi beberapa stadium. Cara pembagian ini dapat beberapa
macam menurut kepentingan-kepentingan tertentu.
Jenis pembagian yang pertama membagi gelaja-gelaja HIV menjadi 3 stadium, yaitu : infeksi
akut, kronis, dan AIDS.
 Infeksi akut merupakan stadium paling dini dan singkat. Tidak semua penderita
menunjukkan gejala-gejala, tapi kebnyakan menunjukkan gejala-gejala seperti flu 3-6
minggu setelah ifteksi. Gejala-gelaja gejalanya sama dengan flu atau mononukleosis:
panas dan rasa lelah yang berlangsung selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak
gejala-gejala seperti:
• Bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada tubuh bagian atas, tidak gatal.
• Sakit kepala.
• Sakit pada otot-otot.
• Sakit tenggorokan.
• Pembengkaan kelenjar.
• Diare (mencret).
• Mual-mual.
• Muntah-muntah.

Perhatian: bila seseorang berisiko terhadap HIV dan menunjukkan gejala-gejala


seperti flu tersebut, ia harus segera periksa ke dokter. Dokter harus diberi tahu tentang
risiko terinfeksi HIV, bila tidak, mungkin tes HIV tidak akan dilakukan. Tes HIV yang
sensitif dapat menjelaskan apakah seseorang terinfeksi HIV akut atau tidak. Pengobatan
pada stadium akut dengan obat antiretroviral jauh lebih baik dibanding stadium yang
lebih lanjut. Tes HIV yang biasa tidak dapat mendeteksi infeksi yang akut.

 Infeksi HIV kronik. Tubuh memberikan perlawanan yang hebat terhadap virus HIV. Pada
akhir perlawanan ini tubuh seolah-olah melakukan gencatan senjata dengan virus. Infeksi
kronik ini mulai 3-6 minggusetelah infeksi. Pada stadium ini tidak menunjukkan gejala
apapun, seperti orang sehat. Pada umumnya, pada kebanyakan penderita, stadium ini
berlangsung sampai 10 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala-gejala, akan tetapi
sistem imun berangsur-angsur menurun. Pada orang normal, didapatkan sel CD4
sebesar 450-1200 sel per ml. Bila sel CD4 menurun sampai 200 atau kurang, maka
penderita akan masuk dalam stadium AIDS.

 Gejala-gejala AIDS. AIDS bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan sekumpulan


gejala-gejala tergantung infeksi oportunistik yang menyertai infeksi HIV tersebut. Oleh
karena sistem imun telah rusak, gejala-gejala penyakit menjadi khas tergantung jenis
infeksi yang menyertainya. Obat diberikan bila sel T (CD4) turun sangat rendah untuk
mencegah terjadinya infeksi.

Kadang-kadang penderita tidak minta pertolongan dokter sampai terjadinya AIDS.


Gejala-gejala yang bisa dijumpai adalah:
• Selalu merasa lelah.
• Pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha.
• Panas yang berlangsung lebih dari 10 hari.
• Keringat malam.
• Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
• Bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang.
• Pernafasan memendek.
• Diare berat, berlangsung lama.
• Infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
• Mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

AIDS Council of NSW membagi Infeksi HIV menjadi 4 stadium, yaitu:


1 Stadium 1 Infeksi primer: Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali denga
keluhan “seperti flu”.
2 Stadium 2 Kelainan tanpa gejala: Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung
sampai beberapa tahun.
3 Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala: Penderita mengalami gejala-gejala ringan
seperti rasa lelah, keringat malam, dll.
4 Stadium 4 Kelainan berat: Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh
karena daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).

Stadium 2, masa penderita masih sehat, dulu disebut fase “laten” dan dianggap HIV dalam
tubuh dalam keadaan tidak aktif. Sekarang terbukti bahwa anggapan ini ternyata tidak benar.
Penelitian yang baru menunjukkan bahwa HIV selalu dalam keadaan aktif. Walaupun penderita
tidak merasakan gejala apapun pada stadium 2 ini, HIV secara perlahan-lahan terus merusak
sistem imun (kekebalan) tubuh. Bila telah terjadi kerusakan yang cukup, penderita akan mulai
merasakan gejala-gejala HIV dan mungkin terus berlanjut ke stadium 3 atau 4 (AIDS). Menurut
WHO, stadium infeksi HIV dibagi menjadi 4

2.3 Cara Penularan HIV-AIDS


Cara penularan melalui hubungan seksual tidak menggunakan kondom sebagai
pengaman, jarum suntik yang dipergunakan bersama, tusukan jarum pembuatan tattoo, transfuse
darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, ibu hamil kepada bayinya. Beberapa jenis
cairan tubuh orang dengan HIV seperti : darah, cairan air mani(semen), cairan vagina dan
serviks, air susu ibu, cairan dalam otak, mengandung virus dalam jumlah yang cukup banyak
untuk bisa menular. Sedangkan air kencing, air mana, dan keringat mengandung virus dalam
jumlah kecil sehingga tidak mempunyai potensi dalam penularan HIV.

Orang dengan HIV dan menderita IMS(infeksi menular seksual) lebih mudah menularkan
HIV. HIV akan mati dengna air mendidih atau panas kering (open) dengan suhu 56 derajat
celcius masing-masing selama 10-20 menit, tidak dapat hidup pada darah yang mongering
selama 1 jam tetapi juga ada penelitihan yang menyatakan HIV mamu bertahan hidup dalam
darah yang tertinggal di spuit(siring,tabung suntik) selama 4 minggu. HIV juga tidak dapat
bertahan hidup pada beberapa bahan kimia seperti nonoxynol-9(mempunyai sifat spermisida,
untuk mencegah kehamilan), sodium klorida(bahan pemutih) dan sodium hidroksida.
2.4 Cara Pencegahan HIV-AIDS
Seseorang harus melindungi dirinya sendiri dan pasangan seksualnya. Bagaimana cara
melakukannya
 Jangan berganti-ganti pasangan seksual.
 Penggunaan kondom lateks atau poliuretan sangat mengurangi risiko penularan HIV,
baik pada hubungan seksual vaginal maupun oral
 Penularan tidak akan terjdi bila penis, bibir, vagina, atau anus tidak pernah bersentuhan
dengan penis, bibir, vagina atau anus orang lain. Ciuman, pijatan dan saling mastrubasi
merupakan aktivitas seksual aman.

Pencegahan pada pengguna obat(narkoba) ,hentikan penggunaan obat (narkoba) bila ingin
terhindari dari AIDS. Risiko pengguna obat terhadap infeksi HIV bisa diturunkan dengan cara :
 Dalam keadaan high bisa lupa pada hubungan seksual aman
 Bila harus menngunakan obat, jangan digunakan melalui suntikan
 Bila harus menggunakan obat melalui suntikan, peralatan jangan dipakai bersama.

Penecagahan pada ibu hamil, penngunaan obat anti HIV selama hamil dapat menurunkan
risiko penularan HIV pada bayi. Berikan susu buatan pada bayi bila ibu terinfeksi HIV.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk HIV ada beberapa cara, yaitu:
1. Pemeriksaan Baseline
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru saja
terdeteksi mengidap HIV dan melihat apakah memiliki koinfeksi dari beberapa infeksi
berikut:
A. Hepatitis (terutama B dan C)
B. Infeksi menular seksual lainnya (goborea,sifilis)
C. Pemeriksaan darah lengkap
D. Fungsi Hati(SGOT/SGPT)
E. Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin, BUN)
F. Urinalisis
G. Profil Lipid

2. Antigen P24
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi infeksi HIV
melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih cepat yakni 1-3 minggu setelah
infeksi awal, sehingga membantu efektivitas deteksi dini HIV.
3. Viral Load
Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV
dalam darah. Nilai hasil pemeriksaan ini akan menjadi penanda tingkatan virulensi
penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai target dalam terapi antiretroviral
(ARV). diharapkan setelah menjalani ARV, nilai viral load dapat turun hingga tidak
tereteksi. Hal ini menandakan konsumsi ARV berhasil menekan aktivitas HIV dan virulensi
menjadi tergolong rendah.

2.6 Cara Pengobatan


Sampai sekarang penelitihan belum mempunyai obat yang bisa menyembuhkan 100%
Obat-obat antiretroviral yang telah beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklus
replikasi HIV dan obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral:
 Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel hos) dan fusion inhibitors
(mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru
yang sedang diteliti pada manusia.
 Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA
sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan
Non-Nukes.Golongan Nukes (nucleoside RT inhibitors), mengelabui HIV sehingga
membentuk reverse transcriptase yang cacat dari bahan-bahan dasar yang palsu
(Zidovudine, Lamivudine, Abacavir, dll.). Golongan Non-Nukes (non-nucleoside RT
inhibitors), mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi (Nevirapine,
Delavirdine, Evavirenz).
 Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung
potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia
dimulai tahun 2001 (S-1360).
 Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA
menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di
pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
 Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia,
termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian
tahap lanjut pada manusia.
 Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada
virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.

SAAT MEMULAI MENGGUNAKAN OBAT ARV


WHO (2002) menganjurkan untuk mulai mempergunakan obat antiretroviral pada
orang dewasa sebagai berikut:
Bila pemeriksaan CD4 dapat dilakukan:
 Penderita stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan CD4.
 Penderita stadium I, II atau III*** (menurut WHO) dengan hasil pemeriksaan CD4
<200/µlBila

Pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan:


 Penderita stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil hitung limfosit total.
 Penderita stadium I, II atau III*** (menurut WHO) dengan hasil hitung limfosit total
<1000-1200/µl

 Ketelitian CD4 di atas 200/µl sebagai permulaan pengobatan ARV masih belum jelas,
tetapi terdapatnya tanda-tanda dan tingkat penurunan CD4 (bila dapat diperiksa) harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
 Limfosit total sebesar 1000-1200/µl dapat diganti dengan CD4 dan dijumpai tanda-tanda
HIV. Hal ini kurang penting pada penderita tanpa gejala. Jadi, bila tidak dapat dilakukan
pemeriksaan CD4, penderita tanpa gejala (stadium I menurut WHO) hendaknya jangan
dilakukan pengobatan oleh karena belum terdapat petunjuk tentang beratnya penyakit.
 Pengobatan juga dianjurkan pada penderita stadium III yang lanjut, termasuk kambuh,
luka pada mulut yang sukar sembuh dan infeksi yang berulang tanpa memperhatikan
pemeriksaan CD4 dan limfosit total.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit HIV-AIDS ini sangat berbahaya karena
penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh merupakan sisitem paling penting pada manusia.
Banyak cara untuk penularan HIV-AIDS ini dimulai dari hubungan sex bebas, penggunaan
jarum sunik bersama hingga penularan bayi pada ibu hamil.
Gejala yang ditimbulkan sangat beragam tergantung dengan infeksi apa yang
ditimbulkan. Namun ada kasus dimana orang yang mengidap HIV gejala awal infeksi tidak
terdeteksi dan juga pengobatan belum bisa menyembuhkan pasien 100% obat yang digunakan
hanya bisa mengambat penyebaran virus agar lambat.

3.2 Saran
Dengan hasil ini diharapkan para tenaga medis dapat meningkatkan pendidikan kesehatan
tentang HIV-AIDS bukan hanya dikalangan remja namun sebaiknya pada semua usia dengan
menggunakan metode dan media health education yang lebih menarik, serta mampu
menvasilitasi masyarakat untuk melakukan promosi pencegahan HIV-AIDS sedangkan untuk
masyarakat diharapkan lebih banyak mencari info tentang HIV-AIDS agar dapat mengetahui
pentingnya pengetahuan tentang HIV-AIDS srta mampu mencegah perilaku negative yang dapat
berpengaruh pada penyebaran HIV-AIDS.
Daftra pustaka

Kemenkes
http://bit.ly/351LWwZ

WHO
http://bit.ly/2VSd8tX

Wikipedia
http://bit.ly/2VTFLaf

Avert.org. 2019. HISTORY OF HIV AND AIDS OVERVIEW


http://bit.ly/2S2Ukad

Murni suzana.dkk. 2009. hidup dengan HIV-AIDS. Jakarta: yayasan spiritia.

Gunung I Komang.dkk. 2003. buku pegangan konselor HIV/AIDS


https://drive.google.com/file/d/12laZIw-61q6mvcxK7qRzRXjnps_KKNgR/view?usp=drivesdk.
2 Mar 2021

Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.

Ramiah, I. and Reich MR. Public-Private Partnerships and Antiretroviral Drugs For HIV/AIDS:
Lessons From Botswana. 2005

Anda mungkin juga menyukai