Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL DOPS

“Pemberian Obat melalui Inhalasi Nebulizer”

KELOMPOK A’20 :
Martarina, S. Kep
2041312022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPEARAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi kronik saluran
napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi serta penyempitan saluran napas
bagian bawah yang bervariasi. Asma eksaserbasi (serangan asma atau asma
akut) adalah episode peningkatan progresif napas pendek, batuk, wheezing atau
sesak di dada atau kombinasi dari gejala ini (Marhana & Amin, 2009). Asma
adalah gangguang inflamasi kronik dijalan nafas penyakit ini dasarnya adalah
hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan nafas, batuk produktif yang biasanya
kambuh pada saat malam hari atau menjelang subuh dan dada terasa tertekan.
Diakibatkan oleh allergen (debu, asap rokok) atau saat demam.gejala asma bisa
hilang tanpa atau dengan pengobatan(Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS),
2013)
Penyebab asma pada umumnya adalah allergen, dalam keadaan ini
Pasien perlu melakukan aktivitas fisik yang tidak terlalu berat dan dapat
meningkatkan kontraksi otot-otot pernafasan dan dapat mengurangi frekuensi
serangan asma. Pada asma terjadi proses inflamasi kronik yang menyebabkan
hipereaktivitas dan penyempitan jalan nafas disebabkan oleh bronkospasme,
edema mukosa, infiltrasi sel inflamasi yang menetap dan hipersekresi mucus
yang kental. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor genetik ataupun faktor
lingkungan (virus, alergen maupun paparan bahan kerja) Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2004).
Pada asma bronkial terdapat penyempitan saluran pernafasan yang
disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya
hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan
ventilasi spontan (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam
sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akhirnya
akan berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.
Karena meningkatnya ventilasi maka terjadi penurunan pCO2 menjadi 30 mm Hg,
sedangkan pO2 tetap berkisar dari 90-106 mmHg, sebagai penurunan pCO2 akan
terjadi mekanisme sekunder ginjal untuka mengurangi plasma bikarbonat menjadi
18-22 mEq/L, sehingga pH darah tidak mengalami perubahan (Price, S, A Wilson, L,
2006).
Penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian di dunia, yaitu
mencapai 17,4%. Pada tahun 2009 di Amerika Serikat diperkirakan 8,2% orang
(24,6 juta) penduduknya menderita asma. Prevalensi asma menurun sesuai
dengan meningkatnya usia, dimana terdapat 9,6% dari anak-anak (±7,1 juta)
menderita asma dibandingkan dengan 7,7% dari orang dewasa (±17,5 juta)
(Akinbami, 2011).
Pada tahun 2013 sebanyak 300 juta orang dari segala usia, latar
belakang, dan etnis yang ada di seluruh dunia menderita asma. Jumlah Pasien
asma ini di khawatirkan akan terus meningkat hingga mencapai 400 juta orang
pada tahun 2025 dan di perkirakan sebanyak 250.000 orang meninggal setiap
tahun disebabkan oleh asma (World health organization, 2013). Seiring
berkembangnya usia, asma yang diderita oleh pria, saluran pernafasannya juga
akan menghilang karena semakin dewasa pada pria, saluran pernafasannya juga
akan semakin melebar. Sedangkan wanita ketika memasuki usia 17 tahun
keatas pertumbuhan volume saluran pernafasannya hanya berkembang lebih
sedikit. Oleh sebab itu pada saat dewasa, jumlah Pasien asma pada wanita lebih
banyak dari pada pria. Efektivitas pemberian nebulizer ini kadar status
pernafasan pasien yang meningkat dan pasien mampu mengeluarkan sputum
sebanyak 75% dari 20 responden (Wahyuni, 2002). Pasien asma yang di rawat
jalan di seluruh RSUD Provinsi Bali terdapat 4.833 (Dinkes Prov Bali, 2014).
Asma masih menjadi sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan
kematian di Indonesia. Berdasarkan penelitian Matondang didapatkan bahwa
prevalensi asma didaerah rural (4,3%) lebih rendah daripada di daerah urban
(6,5%) dan yang tertinggi adalah di kota besar seperti Jakarta (16,4%) (Reviona,
Munir, & Azrin, 2014).
Jenis terapi inhalasi untuk pasien asma diantaranya adalah MDI
(Metered Dose Inhalation), DPI (Dry Powder Inhalation), dan Inhalasi
nebulizer. Penggunaan terapi inhalasi telah banyak digunakan tetapi ada
beberapa kendala dalam penggunaannya.Kendala yang dihadapi yaitu ketidak
tepatan penggunaan inhaler, sehingga menyebabkan kegagalan terapi dalam
penggunaan inhaler. Untuk menunjang keberhasilan dalam penggunaan
inhalasi diperluka pengetahuan tentang teknik inhalasi yang optimal, sehingga
penggunaan terapi inhalasi dapat lebih dipahami dan perlu berulang kali
memantau apakah pasien menggunakan inhaler dengan tepat (Rahajoe, 2008
dalam Wahyuningsih, 2010).
Data yang didapat di RSUD Wangaya, pada tahun 2015 terdapat 74
pasien asma yang dirawat inap, pada tahun 2016 teerdapat 100 pasien asma
yang dirawat inap dan pada tahun 2017 terdapat 123 pasien asma yang dirawat
inap. Adapun data pasien asma yang diberikan terapi nebulizer di RSUD
Wangaya yaitu tahun 2015 ada 205 pasien asma yang diberikan terapi nebulizer,
tahun 2016 ada 346 pasien asma yang diberikan terapi nebulizer dan tahun 2017
ada 371 pasien asma yang diberikan terapi nebulizer.
Dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di ruangan CVCU
RSUP M. Djamil Padang pada hari kamis 25 Februari 2021, didapatkan 1
pasien yang mendapatkan terapi inhalasi Nebulizer.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian Nebulizer?
2. Apakah Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari terapi inhalasi nebulizer?
3. Apakah Mahasiswa dapat menjelaskan indikasi pemberian nebulizer?
4. Apakah Mahasiswa dapat menyebutkan SOP pemberian terapi inhalasi
nebulizer yang dipakai RS?
5. Apakah Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
pemberian terapi inhalasi nebulizer?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian Nebulizer
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari terapi inhalasi nebulizer
3. Mahasiswa dapat menjelaskan indikasi pemberian nebulizer
4. Mahasiswa dapat menyebutkan SOP pemberian terapi inhalasi nebulizer
yang dipakai RS
5. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan dalam pemberian terapi
inhalasi nebulizer
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan
menjadi uap yang dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya
diberikan pada penderita gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) saat gejala sesak napas sedang muncul.
Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi
(hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan. Menurut
Nanda Yudip (2012)
Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan
menjadi aerosol sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan
mouthpiece atau masker. Dengan nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol
berukuran antara 2-5 µ.

B. Model Nebulizer
Alat nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah yang terdiri
dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece)
dan cup (tempat obat cair). Model nebulizer terdiri dari 3 yaitu :
1. Nebulizer jet-aerosol dengan penekan udara (compressor nebulizer) =
memberikan tekanan udara dari pipa ke cup yang berisi obat cair untuk
memecah airan ke dalam bentuk partikelpartikel uap kecil yang dapat dihirup
ke dalam saluran napas.
2. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer) = menggunakan gelombang
ultrasounik (vibrator dengan frekuensi tinggi) untuk secara perlahan
merubah obat dari bentuk cair ke bentuk aerosol basah.

3. Nebulizer mini portable (portable nebulizer) = bentuknya kecil, dapat


dioperasikan dengan menggunakan baterai dan tidak berisik sehingga
nyaman digunakan.

C. Fungsi Terapi Inhalasi Nebulizer


1. Bronkospasme berkurang atau menghilang
2. Dahak berkurang

Prinsip terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah mengubah obat : dari


larutan menjadi aerosol, sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan
mouthpiece atau masker. Dengan nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol
berukuran antara 2-5 µ.
Faktor lain yang membuat nebulizer dapat membantu masalah paru
diantaranya asma dan PPOK adalah jenis obat yang digunakan. Dilansir
dari British Lung Foundation, berikut beberapa obat yang dapat digunakan
dengan alat nebulizer:
1. Bronkodilator yang membantu membuka atau memperlebar saluran
pernapasan
2. Larutan garam hipertonik (larutan air garam kelas medis) yang mengurangi
kekentalan lendir di saluran udara dan membuatnya lebih mudah untuk
dikeluarkan
3. Antibiotik untuk mengobati dan mencegah infeksi

D. Indikasi Terapi Inhalasi Nebulizer


1. Asma Bronkialis
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak

E. Kontraindikasi
1. Hipertensi
2. Takikardia
3. Riwayat alergi
4. Trakeostomi
5. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
6. Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi

F. Pemilihan Obat
Obat yang akan digunakan untuk terapi inhalasi akan selalu disesuaikan
dengan diagnosis atau kelainan yang diderita oleh pasien. Obat yang digunakan
berbentuk solutio (cairan), suspensi atau obat khusus yang memang dibuat
untuk terapi inhalasi. Golongan obat yang sering digunakan melalui nebulizer
yaitu beta-2 agonis, antikolinergik, kortikosteroid, dan antiobiotik.
G. Cara Penggunaan Alat

No Langkah/Kegiatan

Medical Consent

1 Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya.

2 Berikan informasi umum kepada pasien atau keluarganya tentang indikasi/tujuan dan
cara pemakaian alat.

Persiapan alat

4 Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :

- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
- Obat-obatan

Main unit Nebulizer cup Air hose (selang)

Masker Mouthpiece Obat bronkodilator

5 Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan, tombol
OFF/ON), memastikan masker ataupun mouthpiece terhubung dengan baik, persiapan
obat)
Persiapan Penderita

6 Meminta pasien untuk kumur terlebih dahulu.

7 Mempersilakan pasien untuk duduk, setengah duduk atau berbaring (menggunakan


bantal), posisi senyaman mungkin.

8 Meminta pasien untuk santai dan menjelaskan cara penggunaan masker (yaitu
menempatkan masker secara tepat sesuai bentuk dan mengenakan tali pengikat). Bila
menggunakan mouthpiece maka mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam mulut dan
mulut tetap tertutup

9 Menjelaskan kepada pasien agar pasien menghirup uap yang keluar secara perlahan-
lahan dan dalam hingga obat habis

10 Melatih pasien dalam penggunaan masker atau mouthpiece.

11 Memastikan pasien mengerti dan berikan kesempatan untuk bertanya.

Pelaksanaan Terapi Inhalasi

12 Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan

13 Menghubungkan air hose, nebulizer dan masker/mouthpiece pada main kit

14 Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang telah
ditentukan.

15 Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien

16 Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit. Perhatikan jenis
alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol pengeluaran obat
pada nebulizer kit.
17 Mengingatkan pasien, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar dihirup
perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang lebih 10-15 menit)

Menggunakan mouthpiece Menggunakan masker

18 Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan air
hose

19 Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian nebulizer telah selesai dan mengevaluasi
pasien apakah pengobatan yang dilakukan memberikan perbaikan/mengurangi keluhan

20 Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai

H. Perhatian
1. Bila memungkinkan, kumur daerah tenggorok sebelum penggunaan
nebulizer 2.
2. Perhatikan reaksi pasien sebelum, selama dan sesudah pemberian terapi
inhalasi
3. Nebulisasi sebaikan diberikan sebelum waktu makan
4. Setelah nebulisasi klien disarankan untuk postural drainage dan batuk
efektif untuk membantu pengeluaran sekresi
5. Pasien harus dilatih menggunakan alat secara benar
6. Perhatikan jenis alat yang digunakan Pada alat tertentu maka uap obat akan
keluar pada penekanan tombol, pada alat lain obat akan keluar secara terus
menerus.
I. SOP (Satuan Operasional Prosedur)
BAB III

SATUAN ACARA KEGIATAN

I. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Martarina, S.Kep
2. Anggota :
 Meri Gusnita, S.Kep
 Ika Kemala Sari, S.Kep

II. KEGIATAN
NO TAHAP KEGIATAN SASARAN
1. Pembukaan a. Salam dan Perkenalan a. Menjawab salam
(3 menit) b. Menjelaskan tujuan umum b. Mendengarkan
dan tujuan khusus dari c. Menjawab
pertemuan
c. Apersepsi (menggali
pengetahuan sasaran) tentang
terapi inhalasi nebulizer
2. Penyajian a. Menjelaskan pengertian terapi a. Mendengarkan
(9 menit) inhalasi nebulizer penjelasan
b. Menjelaskan tujuan terapi b. Mendengarkan
inhalasi nebulizer penjelasan
c. Menjelaskan indikasi terapi c. Mendengarkan
inhalasi nebulizer penjelasan
d. Menjelaskan cara melakukan d. Mencoba
pemasangan dan demonstrasi melakukan
terapi inhalasi nebulizer pemberian terapi
inhalasi nebulizer
3. Penutup a. Menyimpulkan materi a. Mendengarkan
( 3 menit) b. Melakukan evaluasi dengan b. Menanyakan
memberikan kesempatan hal- hal yang
kepada audien untuk belum jelas
bertanya tentang pemberian c. Mendengarkan &
terapi inhalasi nebulizer menjawab
yang telah disampaikan d. Menjawab salam
c. Menjelaskan kontrak untuk
pertemuan selanjutnya
d. Menutup pertemuan dengan
salam

III. MEDIA
a. Main unit
b. Air hose (selang)
c. Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
d. Obat-obatan

IV. METODE
Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab

V. SETTING TEMPAT
Di ruangan CVCU RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Keterangan :
Penyaji :
Audience :
Pembimbing :

VI. MATERI
(TERLAMPIR)

VII.EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Semua mahasiswa hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan pengajaran dilakukan oleh penyaji selama 1 x 15 menit
c. Materi tentang terapi inhalasi nebulizer sudah siap disajikan dalam waktu
1 x 15 menit
d. Tempat, media dan alat bantu pengajaran sudah siap digunakan selama 1
x 15 menit
2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji
b. Mahasiswa tidak meninggalkan tempat selama pembelajaran
c. Mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
3. Evaluasi Akhir
Mahasiswa dapat :
a. Jelaskan pengertian terapi inhalasi nebulizer ?
b. Jelaskan tujuan terapi inhalasi nebulizer ?
c. Jelaskan indikasi terapi inhalasi nebulizer?
d. Jelaskan cara melakukan pemberian terapi inhalasi nebulizer?
BAB IV

SOP DAN DAFTAR TILIK

A. SOP Pemberian Obat Melalui Inhalasi


B. Daftar Tilik Pemberian Obat melalui inhalasi

Nama Mahasiswa :
No NIM :
Penguji :

No Kegiatan Metode Kompetensi Catatan


K BK
A. Pre Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien
antara lain nama pasien dan tanggal lahir pasien
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
termasuk dalam general consent antara lain …..
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi
dan kontra indikasi pemberian obat melalui inhalasi
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam pelindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlu
B. Fase Orientasi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi/siang/sore/malam)
3. Mahasiswa melakukan komponen identifikasi
pasien
4. Mempersiapkan alat :
a. Micromize
b. Obat yang digunakan : venyolin, pulmicort,
terbutaline, bisolvon, combiven
c. Kapal alcohol dalam tempatnya
d. Tissue
e. Bengkok dan tempat sampah medis
f. Buku Injeksi dan Alat tulis

C. Fase Interaksi / Kerja


1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan,
memasang APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa mengatur posisi pasien sesuai
kebutuhan : semi fowler / fowler, sebaiknya fowler
supaya pengembangan paru adekuat
3. Lakukan prinsip 6 benar (benar obat, dosis, cara,
waktu, pasien, dokumentasi)
4. Masukkan obat kedalam micrimize
5. Tekan tombol On pada nebulizer
6. Sambungkan micrimize ke O2 kemudian hidupkan
O2 dengan tekanan 5-10 L/i
7. Minta pasien untuk menghirup uap yang keluar
perlahan-lahan sampai obat habis
8. Bereskan alat-alat, lepaskan APD dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

D. Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien
setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa mengucapkan salam dan terimakasih
atas kerjasamanya
Nilai : total K : x 100 =
48

Simpulan catatan :
1. Bila poin kritis tidak dikerjakan = BK
2. Fase pra interaksi, orientasi, dan terminasi jika kegiatan dilakukan berurutan
nilai : 2

Simpulan Kompetensi :

1. Kompeten (K), nilai : ≥76


2. Belum Kompeten (BK), Nilai : ≤ 76

Padang, 26 Februari 2021

Asesor

( )

Anda mungkin juga menyukai