PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari 7 negara dengan kuliner yang
terbaik. Keanekaragaman makanan disetiap daerah memang menjadi poin
tersendiri bagi negara ini. salah satu makanan khas daerah adalah dodol atau
jenang. Dodol adalah makanan tradisional semi basah yang memiliki rasa manis
dan digemari oleh masyarakat pada umumnya. Dodol terbuat dari tepung ketan,
gula merah, gula pasir, santan dan garam. Bahan tambahan dalam pembuatan
dodol biasanya berupabahan yang menentukan rasa dari dodol tersebut.
Contohnya dodol durian, sirsak, nangka dan lain-lain. Proses pembuatan dodol
yang bermutu tinggi memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keahlian
khusus.
Proses pembuatan dodol meliputi tahap persiapan bahan, pemasakan
yang membutuhkan waktu ± 4 jam dan membutuhkan pengadukan terus menerus
agar tidak menjadi kerak dan tahap pendinginan.Bahan utama pembuatan dodol
adalah tepung ketan merupakan bahan utama dalam pembuatan dodol. Tepung ini
terbuat dari beras ketan hitam atau putih. Tepung ketan ini mengandung kadar
amilopektin yang cukup tinggi sehingga dodol yang dihasilkan cenderung lebih
lengket dan juga berminyak. Tepung ketan menjadi ciri tersendiri bagi dodol
karena hampir semua jenis dodol menggunakan tepung ketan sebagai bahan
utamanya.
Sorgum (Sorghumbicolor L.Moench) merupakan serealia sumber
karbohidrat. Nilai gizi sorgum cukup memadai sabagai bahan pangan, yaitu
mengandung sekitar 83% karbohidrat, 3,50% lemak, dan 10% protein (basis
kering). Namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan di Indonesia masih sangat
terbatas. Sorgum juga mengandung senyawa antinutrisi, terutama tanin yang
menyebabkan rasa sepat sehingga tidak disukai konsumen (Sirappa, 2003) . Salah
satu pemanfaatan biji sorgum adalah diolah menjadi tepung sorgum. Tepung
rnerupakan bentuk olahan setengah jadi yang sangat dianjurkan, karena luwes,
mudah dicampur dan difortifikasi untuk meningkatkan mutu gizinya, awet serta
hemat ruang penyimpanan dan distribusi (Widowati dan Darnardjati, 2001).
Nutrisi dasar sorgum tidak jauh berbeda dengan serealia lainnya. Selain
karbohidrat yang tinggi, sorgum juga mengandung nutrisi lain yang cukup
memadai sebagai bahan pangan. Secara umum protein sorgum lebih tinggi
dibanding jagung, beras, dan jawawut tetapi masih di bawah gandum. Mutu
protein suatu bahan pangan ditunjukkan oleh komposisi asam aminonya. Kadar
lisin tepung sorgum hanya 0,16%, jauh lebih rendah dibanding terigu 0,38%.
(Suarni, 2012).
Formulasi adalah paduan atau campuran dari dua bahan atau lebih.
Pencampuran bahan-bahan dalam formulasi akan mempengaruhi karakteristik
produk yang dihasilkan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan dodol kukus dengan tambahan
tepung sorgum
2. Untuk mengetahui apakah tepung sorgum cocok untuk pembuatan dodol
kukus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dodol
Dodol merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari campuran tepung
ketan, gula kelapa, santan kelapa, yang dididihkan hingga menjadi kental dan
berminyak tidak lengket dan apabila dingin pasta akan menjadi padat, kenyal dan
dapat diiris. Jenis dodol sangat beragam tergantung keragaman campuran
tambahan dan juga cara pembuatannya. Dodol memilki warna coklat, rasa manis
dan gurih yang khas. Komponen utama dodol ialah tepung ketan, sebagai
pendukung utama tekstur do dol (Haryadi, 2008).
Bahan baku utama dalam pembuatan dodol adalah tepung beras ketan.
Jenis makanan ini berkadar air sekitar 10-40% sehingga tidak efektif untuk
pertumbuhan bakteri dan khamir pathogen, tidak mudah rusak, serta tahan
terhadap penyimpanan yang cukup lama tanpa proses pengawetan (Mursaddad
dan Hartuti, 2003).
Pada umumnya proses pembuatan dodol masih dilakukan secara
tradisional dan masih diproduksi oleh industri rumah tangga yang masih kurang
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi cara penimbangan bahan dan
cara penggunaan bahan serta kualitas bahan yang digunakan dalam pembuatan
dodol sehingga dodol yang diproduksi terkadang tidak tahan terhadap
penyimpanan, karna mudah ditumbuhi jamur dan terjadi perubahan aroma/tengik
(Satuhu dan Sunarmani, 2004).
2.1 Dodol
Kandungan Gizi Dodol
Tabel 1. Kandungan Gizi Dodol
Kandungan Jumlah
Energi 220 kkal
Protein 2.6 gram
Lemak 5.7 gram
Karbohidrat 39.5 gram
Kalsium 0.04 mg
Fosfor 0 mg
Zat besi 0.4 mg
Vitamin A 0 IU
Vitamin B1 0 mg
Vitamin C 0 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai Publikasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Serta Sember Lainnya
2.2 Sorgum
Sorgum merupakan tanaman yang sekeluarga dengan tanaman serealia lain
seperti seperti padi, jagung, dan gandum. Sorgum merupakan tanaman yang dapat
beradaptasi pada kondisi kering dengan umur tanam yang pendek (100 – 110 hari)
dan biaya produksi yang rendah. Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik.
Komposisi kimia dan zat gizi sorgum mirip dengan serealia lainnya (Fitriani,
2016).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan tanaman asli dari
wilayah - wilayah tropis dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australia,
wilayah yang terdiri dari Australia, Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan
tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorgum. Sorgum sendiri memiliki 32
spesies. Tanaman sorgum sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti
padi, jagung, hanjeli dan gandum, dan bahkan tanaman lain seperti bambu dan
tebu. Bentuk biji sorgum dapat dilihat pada Gambar 2.
2.4 Gula
Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai bahan makanan
sumber kalori. Selain itu gula juga dipergunakan sebagai bahan pengawet
makanan, pencampuran obat-obatan dan mentega (Gautara dan Soersono, 2005).
Gula yang digunakan dalam pembuatan dodol tradisional umumnya adalah gula
aren yang umum dikenal sebagai gula merah. Syarat gula merah yang digunakan
dalam pembuatan dodol yaitu cokelat, kering dan tidak kotor. Fungsi gula merah
dalam pembuatan dodol ini yaitu memberikan aroma, rasa manis, mempercepat
kekentalan, sebagai pengawet, membantu lapisan keras atau tekstur dodol (Hatta,
2012).
2.5 Santan Kelapa
Santan adalah cairan berwarna putih susu yang diperoleh dengan memeras
daging buah kelapa tua yang telah diparut sebelumnya dengan penambahan air
dengan jumlah tertentu (Astawan, 1991:74). Santan pada pembuatan dodol
berfungsi sebagai sumber gizi, penambah cita rasa, dan aroma. Kelapa sebagai
bahan baku santan dipilih yang cukup tingkat ketuaannya dan tidak busuk agar
aroma dodol yang dihasilkan harum. Selain itu, kelapa juga harus bersih (Satuhu,
2004:14). Dalam pembuatan dodol ini, santan yang digunakan ialah santan kental
dan santan cair. Santan kental banyak mengandung lemak sehingga dapat
menghasilkan dodol yang mempunyai rasa yang lezat dan membentuk tekstur
kalis. Sedangkan santan cair berfungsi untuk mencairkan tepung beras ketan,
sehingga terbentuk adonan dan untuk melarutkan gula.
Biji sorgum
Pencucian
um sosoh
Digrinder sampai halus
Pencampuran
Pembungkusan
dengan plastik
P1 P2 P3
Gambar 3 .Dodol dengan formulasi tepung ketan dan tepung sorgum
5.2 Pembahasan
1. Tekstur
Tekstur adalah penginderaan yang dihubungkan dengan rabaan atau
sentuhan. Kadang-kadang tekstur juga dianggap sama penting dengan bau, rasa
dan aroma karena mempengaruhi citra makanan. Tekstur paling penting pada
makanan lunak dan renyah. Ciri yang paling sering diacuh adalah kekerasan,
kekohesifan, dan kandungan air (De Man, 1997). Tingkat kesukaan penelis
terhadap tekstur dodol dengan formulasi tepung ketan dan tepung sorgum.
Tekstur dodol yang dihasilkan dari tiga perlakuan didapatakan tekstur
dodol pada perlakuan 1 kenyal. Pada perlakuan 2 tekstur dodol agak kenyal
sedangkan pada perlakuan 3 didapatkan tekstur dodol keras. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan formulasi tepung sorgum. Menurut Suarni (2004) Tekstur dapat
dipengaruhi oleh protein yang terdapat pada sorgum tanpa sosoh. Biji sorgum
tanpa sosoh memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan dengan biji sorgum
sosoh. Maka semakin banyak penggunaan tepung sorgum akan semakin
bertambah tingkat kekerasannya.
P1 P2
8% Sangat tidak tidak suka Sangat tidak tidak suka
28% suka 12 4% suka
24% % 12
Netral suka % Netral suka
40% sangat suka 36 sangat suka
% 36
%
P3
4% 12% Sangat tidak suka
tidak suka
36% 20% Netral
suka
sangat suka
28%
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3
Gambar 3 . Hasil Uji Organoleptik Tekstur Dodol
Ket P1= Tepung ketan 60% : Tepung sorgum 40% P2= Tepung ketan 30% :
Tepung sorgum 70% P3= Tepung Ketan 20% : Tepung sorgum 80%
P1 P2
23 18 Sangat Sangat tidak tidak suka Netral
% % tidak suka 18 suka
tidak suka 6% 2 suka sangat suka
Netral %54
59 suka 2%
% %
P3
Sangat tidak suka
16% 16% tidak suka
Netral
suka
32% 36% sangat suka
Warna
4.2
4
Tingkat kesukaan
3.8
3.6
3.4
3.2
3
1 2 3
Hasil analisis sidik ragam pada warna menunjukan bahwa dodol dengan
formulasi tepung ketan dan tepung sorgum memberikan pengaruh nyata karena F
Hitung (3,7) lebih besar dibandingkan nilai α=0,05 yaitu 0,02. Hal tersebut
disebabkan oleh penambahan tepung sorgum memberikan pengaruh terhadap
warna dodol. Berdasarkan penelitian Breemer et al., (2010) warna coklat
merupakan suatu proses reaksi browning melalui jalannya reaksi Mailard dan
karamelisasi. Reaksi karamelisasi terjadi jika gula-gula yang ada pati tepung ketan
dan wikau maombo dipanaskan di atas titik lelehnya, gula yang ada pada pati
mula-mula berwarna putih atau krem akan berubah warna menjadi coklat disertai
dengan penambahan citarasa karena proses pemanasan tersebut.
3. Aroma
Aroma merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori
(organoleptik) dengan menggunakan indera penciuman. Aroma dapat diterima
apabila bahan yang dihasilkan mempunyai aroma spesifik (Kusmawati, dkk,
2000). Selanjutnya aroma merupakan sensasi subyektif yang dihasilkan dengan
penciuman (pembauan). Konstituen yang dapat menimbulkan aroma adalah
senyawa volatile (yang dapat diisolasi dari bahan pangan biasanya kurang daru
100 ppm) (Santoso dan Murdijati G, 1999). Tingkat kesukan aroma terhadap
dodol dengan formulasi tepung ketan dan tepung sorgum.
Aroma dodol yang dihasilkan dihasilkan dari ketiga perlakuan didapatkan
aroma dodol pada perlakuan 1 aroma khas ketan dan gula merah. pada perlakuan
2 didapat aroma sama halnya dengan 1 begitu pula dengan perlakuan 3 didapatkan
aroma yang serupa. Hal ini sesuai penelitian Winarno, (2004) yang menyatakan
bahwa dengan penambahan gula akan terbentuk karamel yang membuat rasa dan
aroma dodol lebih enak, lebih tajam sehingga rasa dan aroma dodol lebih disukai.
Aroma akan timbul dan terasa lebih kuat sewaktu dilakukannya proses
pemasakkan seperti dipanggang, direbus ataupun digoreng. Pemanasan ditujukan
untuk meningkatkan karakteristik aroma yang merupakan kombinasi reaksi
Maillard dan komponen volatil yang diserap dari minyak (Fellows, 2000)
P3
4% Sangat tidak suka
13% tidak suka
Netral
suka
48% 35% sangat suka
P1 P2
Sangat tidak tidak suka Sangat tidak tidak suka
21 4% suka 8% 20 suka
% 25 %
% Netral suka Netral suka
sangat suka 44 sangat suka
% 28
50 %
%
3.7
3.6
3.5
3.4
3.3
3.2
3.1
1 2 3
Gambar . Hasil Uji Organoleptik Aroma Dodol
Ket P1= Tepung ketan 60% : Tepung sorgum 40% P2= Tepung ketan 30% :
Tepung sorgum 70% P3= Tepung Ketan 20% : Tepung sorgum 80%
Duncan
Subset for alpha =
0.05
Perlakuan N 1 2
2 25 3.4000
3 25 3.4400
1 25 3.9200
Sig. .866 1.000
Hasil analisis sidik ragam pada aroma menujukan bahwa dodol dengan
formulasi tepung ketan dan tepung sorgum memberikan pengaruhnyata karna F
Hitung (3,0) lebih besar dibandingkan nilai α=0,05 yaitu 0,05 hal ini disebabkan
oleh. tepung ketan dan gula merah digunakan perlakuan pertama yaitu 60%
Supiani (2016) terdapat komponen volatile, yang berfungsi sebagai precursor
aroma, dan selama pemanasan terbentuk secara kompleks sehingga menghasilkan
aroma khas, yang terjadi akibat reaksi antara gugus amina dan karboksil.
4. Rasa
Rasa merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan suatu produk
dapat diterima atau tidak oleh konsumen. Rasa merupakan sesuatu yang diterima
oleh lidah. Dalam pengindraan cecapan manusia dibagi empat cecapan utama
yaitu manis, pahit, asam dan asin serta ada tambahan respon bila dilakukan
modifikasi (Zuhra, 2006).
Rasa yang dihasilkan dari tiga perlakuan didapatkan bahwa rasa dodol pada
perlakuan 1 lebih banyak disukai panelis hal ini karna penambahan konsentrasi
ketan lebih banyak dari pada perlakuan 2 dan 3. Sedangkan pada perlakuan 2 dan
3 panelis tdk menyukai, karena lebih menyukai konsentrasi ketan yg lebih banyak
hal ini simpulkan bahwa konsentrasi bahan sangat mempengaruhi rasa. Hal ini
sesuai dengan penelitian Asrul (2001) Tepung ketan pada dasarnya memiliki cita
rasa yang sangat sedikit manis jika dirasakan dengan teliti, rasa manis pada tepung
ketan berasal dari polisakarida yang terdapat pada pati tepung ketan, namun rasa
netral cenderung menutupi rasa manis tersebut. Karena rasanya yang netral maka
makanan sumber pati biasanya digunakan sebagai makanan pokok yang
merupakan sumber karbohidrt terbesar.
P1 p2
8% Sangat tidak tidak suka Sangat tidak tidak suka
suka 20 suka
36% 24% 52 %
Netral suka Netral suka
%
32% sangat suka 28 sangat suka
%
p3
Sangat tidak suka
tidak suka
36% 32%
Netral
suka
sangat suka
32%
Rasa
4.5
4
3.5
Tingkat Kesukaan
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3
Gambar. Hasil Uji Organoleptik Rasa Dodol
Ket P1= Tepung ketan 60% : Tepung sorgum 40% P2= Tepung ketan 30% :
Tepung sorgum 70% P3= Tepung Ketan 20% : Tepung sorgum 80%
Rasa
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
3 3.040
25
0
2 3.320
25
0
1 25 3.9600
Sig. .263 1.000
Hasil analisis sidik ragam pada rasa menunjukkan bahwa dodol dengan
formulasi tepung ketan dan tepung sorgum memberikan pengaruh nyata karena
F Hitung (7,23) lebih besar dibandingkan nilai α=0,05 yaitu 0,01. Hal ini
disebabkan oleh proporsi tepung ketan lebih sedikit dibandingkan tepung sorgum
sehingga menimbulkan keras pada dodol dan cenderung tidak disukai panelis
karna tepung sorgum mengadung tani Sorgum tidak memiliki protein gliadin dan
glutenin yang mampu membentuk gluten seperti terigu. Tepung ketan pada
dasarnya memiliki cita rasa yang sangat sedikit manis jika dirasakan dengan teliti,
rasa manis pada tepung ketan berasal dari polisakarida yang terdapat pada pati
tepung ketan, namun rasa netral cenderung menutupi rasa manis tersebut. Karena
rasanya yang netral maka makanan sumber pati biasanya digunakan sebagai
makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrt terbesar (Asrul 2001:9).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji organoleptik dodol dengan formulasi tepung ketan dan
tepung sorgum berpengaruh terhadap tekstur, warna, aroma, dan rasa dodol yang
dihasilkan. Nilai tekstur terbaik yaitu terdapat pada perlakuan 1 dengan
konsentrasi tepung ketan 60% : tepung sorgum 40%, dengan persentase Panelis
tertinggi 28% skala hedonik suka. Warna terbaik terdapat pada Perlakuan 1
dengan konsentrasi tepung ketan 60% : Tepung ketan 40%, dengan persentase
panelis tertinggi 23% skala hedonik suka. Aroma terbaik terdapat pada Perlakuan
1 dengan konsentrasi Tepung ketan 60% : Tepung sorgum 40%, dengan
persentase panelis tertinggi 21% skala hedonik suka. Rasa terbaik terdapat pada
Perlakuan 1 dengan konsentrasi tepung ketan 60% : Tepung sorgum 40%, dengan
persentase panelis tertinggi 36% skala hedonik suka.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan dan wahyuni. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
Mahmud dkk, 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Qinah E. 2009. Pengaruh Konsentrasi Gula Pasir dan Tepung Ketan terhadap
Sifat Kimia, Organoleptik serta Daya Simpan Dodol Ubi Jalar Ungu.
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Satuhu, S., dan Sunarmani. 2004. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Adonan kukus