Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
a. Perkembangan Motorik
Pada usia sekolah dasar perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan
terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Mereka
sudah mampu mengontrol dan mengoordinasikan gerakan anggota tubuhnya seperti
menggerakkan tangan dan kaki dengan baik. Otot-otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat,
sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang, melompat, melempar, menangkap,
menyeimbangkan badan dan berlari dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat. Bermacam-
macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat, mereka juga mampu
memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk
menghasilkan karya. Dilakukan pula berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan yang
kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan
umpet-umpetan, dimana anak menggunakan keterampilan motornya,disamping itu, anak-anak
juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti olahraga
senam, berenang, atau permainan hoki, dengan tujuan merangsang perkembangan motorik anak.
Menurut Cratty, anak perempuan kadangkala lebih unggul dalam tugas-tugas motorik yang
bersifat ritmis seperti dalam menari. Dan karena aspek usia perkembangan fisik maupun
motoriknya, anak usia sekolah dasar sebaiknya diberikan pembelajaran yang membuat fisik dan
motoriknya lebih aktif. Karena ini sangat penting bagi mereka untuk menyempurnakan
pertumbuhan dan perkembangan keterampilan motoriknya.
Pada anak usia sekolah dasar, mereka sedang mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat,
maka dari itu dibutuhkan terpenuhinya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
fisiknya. Pemenuhan faktor-faktor ini harus menumbuhkan kesatuan yang menghasilkan
perkembangan fisik yang baik dan sempurna bagi anak usia sekolah dasar. Faktor tersebut antara
lain adalah:
1. Faktor Hereditas
Hereditas (keturunan atau bawaan) adalah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang
ada pada orang tua atau dari keturunan kerabat-kerabat terdekat yang menjadi faktor penting
perkembangan anak usia SD. Sifat bawaan ini sulit untuk dirubah kerena udah menjadi kebiasaan
atau keturunan dari sifat orang tuanya.
2. Faktor Kondisi Lingkungan
Faktor atau kondisi lingkungan ini juga mempengaruhi perkembangan fisik anak usia SD.
Lingkungan merupakan suatu tempat dimana kita saling membutuhkan atau saling berinteraksi
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
3. Faktor Maturation
Faktor maturation adalah kematangan yang membuat organ-organ kehidupan, baik fisik maupun
psikis mampu berfungsi, berkembang dan melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini tentunya tak
akan terjadi jika anak usia SD tidak mendapatkan asupan Gizi dan Nutrisi yang cukup sesuai
kebutuhannya.
4. Faktor Gizi dan Nutrisi
Dalam perkembangan fisik anak usia SD, faktor ini berperan sangat penting, karena tanpa
adanya asupan gizi dan nutrisi yang seimbang, kondisi fisik anak usia SD tidak akan berkembang
dengan sempurna dan rentan terkena berbagai penyakit.
Dalam tubuh anak usia sekolah dasar yang sedang berkembang dengan sangat pesat, diperlukan
asupan gizi yang baik agar dalam perkembangannya ia tidak terjangkit penyakit dan memiliki
imun yang kuat. Dengan memberikan gizi yang sesuai kebutuhan dan seimbang, maka hal
tersebut akan berdampak memberi energi, meningkatkan pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, dan mengatur proses tubuh dengan baik. Di Indonesia pola menu seimbang
tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Dengan diberikannya gizi yang cukup, anak usia sekolah dasar tidak akan terjangkit penyakit-
penyakit yang akan menghambat proses tumbuh kembangnya, seperti gizi buruk, dan lain-lain.
Anak usia SD berada pada fase pertumbuhan yang sangat pesat, sehingga kadar pemberian gizi
juga mampu mempengaruhi kepribadiannya, disini kepribadian meliputi kecerdasan dan
emosionalitasnya.
Dengan memberikan gizi yang seimbang dan cukup, perkembangan intelektual anak usia SD
akan berjalan sebagaimana mestinya dan tidak mengalami hambatan, sebaliknya akan terjadi jika
asupan gizi yang diberikan tidak cukup dan seimbang maka anak tersebut akan mengalami
berbagai hambatan dan rintangan dalam perkembangan intelektualnya sehingga menyebabkan
tidak stabilnya emosi dan mentalnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan otak akan maksimal
jika diimbangi dengan pemberian gizi yang cukup, jika otak tidak menerima asupan gizi yang
cukup ia akan kesusahan berkembang dengan maksimal, bahkan terkadang mengalami
perkembangan yang abnormal. Jika perkembangan otak maksimal, kepribadian anak akan
cenderung stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan baik, namun jika perkembangan otak
terhambat, kepribadian anak akan cenderung tidak stabil dan kesulitan menempatkan dirinya di
lingkungan sekitarnya.
Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima dari orang
tuanya di rumah dan gurunya di sekolah.
Sekolah merupakan lembaga kedua yang memberikan andil besar setelah keluarga dalam
perkembangan kepribadian anak usia SD.
Pada usia awal anak masuk sekolah, peran hubungan antara guru dengan orangtua sangat
menentukan tercapainya tujuan belajar yang maksimal, kedua pihak tersebut berkerjasama
melakukan transfer of knowledge, value and attitude pada sang anak.
Oleh karena itu, agar anak mengalami perkembangan kepribadian yang sehat seharusnya
pendidikan yang didapatkan anak selaras atau sinkron dan terintegrasi antara pembinaan di
rumah dengan di sekolah, agar anak usia SD yang masih baru mengenal dunia luar tidak merasa
bingung dan mengalami krisis kepercayaan pada dirinya.
Pendidikan formal yang diberikan melalui sekolah akan menghasilkan 3 pengaruh besar pada
anak usia SD, pengaruh tersebut adalah:
1. Hasrat Berprestasi
Dengan pembelajaran yang diberikan di sekolah, anak usia SD akan memiliki kepribadian yang
berhasrat untuk berprestasi, dimana ia merasa ingin mencapai sesuatu, ingin menjadi yang
terbaik, ingin berusaha mencapai sesuatu dengan usahanya sendiri, namun hal ini bukan karena
paksaan, melainkan hasil dari pembelajaran yang ditujukan untuk membentuk pribadi yang
percaya diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Daftar Pustaka
Chaeruman, Uwes. 2015. Contoh Artikel Konseptual.
https://www.slideshare.net/uweschaeruman/contoh-artikel-konseptual (diakses tanggal 19
Oktober 2020)
Susilo, Adi. 2017. Menulis Artikel Konseptual https://dosen.perbanas.id/menulis-artikel-
konseptual-watts-2014 (diakses tanggal 19 Oktober 2020)
Abdul, H. & Nurhayati. 2010. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Agus, T., Hera,
L.M., Puji, L.P. 2010. Pendidikan Anak di Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mawardin. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Manusia. https://www.kompasiana.com/mawardin/556c4ba15b7b6135048b4569/faktorfaktor-
yang-mempengaruhi-perkembangan-manusia (diakses tanggal 20 Oktober 2020)
Andesta, Dian. 2020. Analisis kebutuhan anak usia dasar dan Implikasinya dalam
penyelenggaraan
pendidikan. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jip/article/view/2269 (diakses tanggal 20
Oktober 2020)
Sonora. 2019. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik, Mana yang Lebih Penting untuk Penunjang
Karier?. https://www.google.ae/amp/s/www.sonora.id/amp/421840531/motivasi-intrinsik-dan-
ekstrinsik-mana-yang-lebih-penting-untuk-penunjang-karier (diakses tanggal 21 Oktober 2020)