H3313024 Bab2
H3313024 Bab2
4
5
lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai
meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011).
Pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari
yang cukup dengan temperatur optimal antara 21 0 C – 30 0 C. sementara
untuk suhu perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 25 0 C –
35 0 C. Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun
agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Curah hujan optimal untuk
budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu
tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan
mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap
lingkungan tumbuhnya. Mentimun di Indonesia dapat di tanam di dataran
rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan
laut (Sumpena, 2001). Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995),
mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m di
atas permukaan laut, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di
ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18 0 C dan suhu udara ≤ 25 0 C, sehingga
penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman.
D. Budidaya Tanaman Timun (Cucumis sativus L.)
1. Persiapan Lahan dan Pengolahan Lahan
Tanah yang akan ditanami digemburkan dengan cara dicangkul
sebaik-baiknya. Tanah yang telah dicangkul akan menjadi remah sehingga
aerasinya berjalan baik dan zat-zat beracun pun akan hilang. Rumput-
rumputan (gulma) dihilangkan, terutama akar alang-alang supaya akar-
akar tanaman sayur dapat tumbuh dengan bebas tanpa persaingan dan
perebutan unsur hara dengan gulma (Sunarjono, 2003).
Pembuatan bedeng dilakukan dengan cara pencangkulan akan
mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-
pori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan
7
b. Penyulaman
Media tanam yang digunakan sama dengan media yang
digunakan dalam persemaian dilakukan penyiraman secara intensif
pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
gembor berlubang halus agar tanaman yang baru dipindahkan tidak
rusak, penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau
pertumbuhannya terganggu. Penyulaman dilakukan dengan segera
minimal seminggu setelah tanaman dipindahkan ke pot permanen agar
diperoleh pertumbuhan yang serempak (Suhendar, 2007).
c. Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu pemeliharaan yang utama untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Peranan suplai unsur hara untuk
tanaman menunjukkan manfaat yang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi mentimun (Sumpena, 2001). Penambahan
bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan salah
satu teknik budidaya yang lebih baik dari segi teknis, ekonomis, sosial
maupun dari lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang
mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhannya. Pupuk kandang mengandung unsur makro seperti
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) kalsium (Ca), magnesium (Mg),
dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar
berasal dari kotoran padat (Koswara, 1992).
Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat
yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan
kualitas mentimun. Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik
berupa pupuk kandang ayam 10 ton/ha, dan pupuk anorganik berupa
Urea 225 kg/ha TSP 120 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan curater.
Pemupukan dilakukan 2 kali yakni pemberian awal dan pemberian
11
masukan ini mencakup sarana produksi dan peralatan yang dibeli. Produksi
merupakan hasil dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan
beberapa masukan atau input. Kegiatan produksi adalah mengkombinasi
berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Menurut Mosher (1987) biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi
besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diperoleh.
b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dpengaruhi produksi.
Menurut Soekartawi (2002) Total biaya produksi adalah
penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap dan dapat ditulis
dengan rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Total Biaya (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi
berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi
berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Q x Pq
Keterangan :
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produk
Pq = Harga produk (Rp)
15