Disusun Oleh:
SYAHDAN
NIM. P2002060
NAMA : SYAHDAN
NIM : P2002060
Kelompok : 1 (Satu)
No.HP : 081349359516
LANDASAN TEORI
MEDIS
A. Definisi
Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, yakni pada usia kehamilan 22
minggu atau jika berat janin kurang dari 500 gram. Namun, American College
of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) sendiri mendefinisikan abortus
jika terjadi pada 13 minggu pertama kehamilan. Abortus sering disebut juga
keguguran atau early pregnancy loss.
Penyebab abortus belum diketahui dengan pasti, namun diduga berkaitan
dengan kelainan kromosom janin. Kelainan kromosom menyebabkan
kegagalan implantasi akibat peningkatan reaksi sistem imun ibu terhadap janin
dan terganggunya perkembangan plasenta sehingga terjadi apoptosis.
Pasien dengan abortus dapat datang dengan gejala awal kehamilan seperti
terlambat menstruasi dan tes kehamilan positif, kemudian pasien datang
karena perdarahan pervaginam dan nyeri perut bawah. Diagnosis abortus
dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu abortus
mengancam/imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit,
dan missed abortion (T.Tulandi, et all. 2018).
B. Manifestasi Klinis
C. Komplikasi
D. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dijelaskan dalam berbagai konsep teori antara lain
adanya abnormalitas kromosom, disregulasi sistem imun selama kehamilan,
defek fase luteal, peningkatan kadar kortisol, dan gangguan oksidasi plasenta.
Abnormalitas Kromosom
Abnormalitas kromosom janin akan menyebabkan peningkatan reaksi
sistem imun ibu yang ditandai dengan peningkatan TNF dan IL-1-0 yang
akan menyebabkan gangguan perkembangan plasenta baik morfologi dan
fungsi, termasuk ukuran, bentuk dan vaskularisasi. Abnormalitas kromosom
juga dikaitkan dengan invasi trofoblas abnormal di desidua sehingga
terjadilah apoptosis janin (CallejaAgius, 2012).
E. Penatalaksanaan Medik
F. Pengkajian Keperawatan
G. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA