Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT

STROKE HEMORAGIK

STASE: KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

Disusun Oleh:
NUR INDAH PUSPITA SARI
P2002048

PROGRAM STUDI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke berada dalam peringkat kedua, dibawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab
kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius (Ramadany, dkk. 2013), dan 15-
30% adalah stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral (Satyanegara, 2014). Kelainan
fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan terjadinya gangguan perdarahan otak yang dapat
menyebabkan berbagai defisit neurologik diantaranya adalah defisit motorik berupa hemiparesis
(Fatkhurrohman, 2011). Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot,
gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak, yang mengakibatkan kesulitan saat berjalan,
sehingga penderita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Irdawati, 2008
dalam Apriliyani, 2016). Berdasarkan diagnosis penurunan kekuatan otot merupakan salah satu dari
faktor yang brhubungan yang mendukung masalah keperawatan hambatan mobilisasi fisik pada
pasien stroke hemoragik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trinita et al (2014) menjelaskan tentang pasien stroke
yang mengalami penurunan fungsi kognitif dengan karakteristik usia diatas 75 tahun dan jenis
pendidikan kurang dari 12 tahun. Penelitian lain menyebutkan karakteristik pasien stroke iskemik
yaitu usia terbanyak 60 tahun keatas, jenis kelamin terbanyak adalah perempuan, tingkat pendidikan
terbanyak adalah dibawah SLTP/sederajat, lokasi iskemik terbanyak adalah hemisfer kiri, luas
iskemik rata-rata 4,71 mm dan sebagian responden mempunyai penyakit penyerta (Apriliyanti,
2013).

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Neurologis.
2. Mengetahui peran perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien dengan gangguan
Neurologis

2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Stroke


a. Definisi Stroke
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf local dan atau global,
munculny mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut antara lain
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo),
perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan (Kemenkes RI, 2013). Stroke adalah
suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah
otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah otak yang terganggu. Ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar
akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun (Bustan, 2007).

b. Definisi Stroke Hemoragik (SH)


Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan
ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi
vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid adalah aneurisma sakular
(Berry) dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah
pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat
dan perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid (Price dan Lorraine, 2005). Perdarahan
dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur
sel saraf di dalam tengkorak. Perdarahan dapat terjadi di bagian mana saja dari sistem
saraf. Secara umum, perdarahan di dalam tengkorak diklasifikasikan berdasarkan lokasi
dalam kaitannya dengan jaringan otak dan meningen dan oleh tipe lesi vaskular yang ada.
Perdarahan ke dalam lapisan terluar meningen, misalnya perdarahan subdura atau epidura,
paling sering kaitannya dengan trauma. Menurut Smith pada tahun 2001, tipe-tipe
perdarahan yang mendasari stroke hemoragik adalah intraserebrum , intraventrikel, dan
dan subarakhnoid. Selain lesi vaskular anatomik, penyebab stroke hemoragik adalah
hipertensi, gangguan peredaran darah, pemberian antikoagulan yang terlalu agresif

3|Page
(terutama pada pasien berusia lanjut), dan pemakaian amfetamin dan kokain intranasal
(Price dan Lorraine, 2005). Perdarahan pada stroke hemoragik dapat terjadi d bagian dalam
serebral seperti thalamus, basal ganglia, pons, dan serebellum (Swash and John, 2009).

B. Klasifikasi Stroke
Stroke hemoragik sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Stroke hemoragik adalah stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke hemoragik biasanya terjadi akibat
kecelakaan yang mengalami benturan yang keras dikepala dan mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah diotak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik lebih berbahaya daripada stroke iskemik karena akibat yang ditimbulkan
dapat terjadi secara akut atau mendadak. Stroke hemoragik bisa terjadi karena tekanan darah
yang terlalu tinggi.
Pecahnya pembuluh Hemarogik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan
yang menutupi otak. Gejala klinis dari SHI beragam, nyeri berat, sakit kepala berat, lemah,
muntah, dan adanya pada rongga subrakhnoid pada pemeriksaan fungsi lumbal. Penyebab
paling utama SHI pada lansia yaitu hipertensi, robeknya pembuluh darah, rusaknya bentuk
pembuluh darah, tumor, gangguan pembentukan darah dan lainnya. Perdarahan (hematoma)
yang luas akan menekan otak menyebabkan pembengkakan dan pada akhirnya
mengahancurkan jaringan otak.
Hemrogik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). Darah yang sampai pada
ventrikel (rongga kecil) dapat menggumpal dan mengakibatkan hidrosefalus akut. Pada
penderita PSA mengeluh nyeri kepala hebat, nyeri punggung, mual, muntah, dan rasa takut.
Dampaknya apabila perdarahan pembuluh darah ini menyebabkan cairan yang mengelilingi
otak akan mengalir mengelilingi otak dan mengakibatkan pembuluh darah sekitarnya kejang
dan menyumbat pasokan darah ke otak.

4|Page
c. KONSEP MEDIK STROKE
1. Manifetasi Klinis

Tanda & gejala Penjelasan


Ketika stroke merusak bagian otak yang mengendalikan otot-otot
yang digunakan untuk berbicara, maka beberepa orang mengalami
kesulitan berbicara korban memahami kata-kata dan percakapan
tetapi tidak dapat berbicara dengan jelas. Kondisi ini disebut disartia
Perubahan
dan menyerang Nervus Trigeminus (V), Nervus Oftalmikus, Nervus
kemampuan bicara
Maksilaris, Nervus Mandibularis, Nervus Fasialis (VII), Nervus
hipoglosus (XII), Nervus vagus (X).
Ketika stroke telah merusak bagian otak yang mengendalikan
bahasa, korban dapat kehilangan kemampuan berbicara dan
memahami pembicaraan. Kondisi ini disebut afasia.
Memori dan konsentrasi mungkin akan terpengaruh setelah stroke.
Masalah memori
Pada tahap awal orang yang terkena troke mungkin tidak dapat
dan kesulitan
berkonsentrasi untuk waktu yang lama dan dapat menjadi mudah
konsentrasi
terganggu kondisi ini menyerang nervus asesorius.
Stroke sering menyebabkan kelumpuhan pada satu sisi tubuh.
Kondisi ini disebut hemiplegia yang menyerang nervus
asesorius,nervus trigeminus. Kelimpuhan mungkin hanya mengaruhi
wajah,lengan,kaki atau mungkin memengaruhi satu sisi seluruh
tubuh dan wajah. Seseorang yang menderita stroke disisi kiri otak
dapat menunjukkan kelumpuhan sisi kanan. Sedangkan seseorang
yang menderita stroke disisi kanan otak dapat menunjukkan
Kelumpuhan kelumpuhan pada sisi kiri tubuh.
Proses: otak dan tulang belakang terbagi menjadi dua bagian.
masing-masing bagian otak dan atau saraf tulang belakang hanya
mengontrol separu sisi tubuh. masing-masing sisi otak mengontrol
pergerakan dan sensasi bagian tubuh yang berlawanan. maka dari
itu, stroke pada korteks serebral sebelah kanan akan menyebabkan
kelemahan atau kelumpuhan kaki,tanagn,atau wajah bagian kiri,dan
tidak akan mempengaruhi kaki,tangan,dan wajah sebelah kanan.
Menggompol Obstruksi a. serebri anterior di atas korpus kalosum dan proksimal
lobulus parasentralis akan menyebabkan paralisa spastik dan
5|Page
gangguan korteks sensorik tungkai kontralateral. Kadang- kadang
juga terjadi kelemahan sfingter kandung kemih. Penyumbatan di
Serebri anterior yang mengakibatkan infark di rostral korpus
kalosum akan menampilkan dispraksia lengan kiri.

2. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti
mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya
karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang
lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan stroke
(Arum, 2015) diantaranya :
a. Faktor risiko medis Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:
1. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
2. Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)
3. Migraine (sakit kepala sebelah)
b. Faktor risiko pelaku Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku
menerapkan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat pada :
1. Kebiasaan merokok
2. Mengosumsi minuman bersoda dan beralkhohol
3. Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
4. Kurangnya aktifitas gerak/olahrag
5. Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang jelas

Jenis kelamin Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena
stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi
serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat
kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau

6|Page
lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia
lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.
Usia Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia
55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun.
Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia
di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada
orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur.
Genetik Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh
darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko
stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan
faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke
yang lain.
Ras & etnis Orang asia memiliki kecenderungan terkena stroke lebih besar dari orang
eropa, hal ini ada kaitannya dengan lingkungan hidup, pola makan dan
sosial ekonomi. Makanan asia lebih banyak mengandung minyak dari
pada makanan orang eropa. Menurut data kesehatan di amerika serikat,
penduduk yang berasal dari keturunan afrika-amerika beresiko terkena
serangan stroke 2 kali lebih besar dari penduduk keturunan eropa.
Keadaan ini makin meningkatkan hamper 4 kali lipat pada umur sekitar
50 tahun, namun pada usia sekitar 65 tahun penduduk amerika yang
terkena stroke sama dengan keturunan afrika-amerika (Wardhana, 2011).

3. Patofisiologi
Definisi Stroke
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf local dan atau global,
munculny mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut antara lain
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo),

7|Page
perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan (Kemenkes RI, 2013). Stroke adalah suatu
penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang
terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak
yang terganggu. Ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun (Bustan, 2007).

2. Definisi Stroke Hemoragik (SH)


Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke dapat terjadi
apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam
ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang
dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid adalah aneurisma sakular (Berry) dan
malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian
kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan
perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid (Price dan Lorraine, 2005).

3. Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada
struktur-struktur sel saraf di dalam tengkorak. Perdarahan dapat terjadi di bagian mana saja
dari sistem saraf. Secara umum, perdarahan di dalam tengkorak diklasifikasikan berdasarkan
lokasi dalam kaitannya dengan jaringan otak dan meningen dan oleh tipe lesi vaskular yang
ada. Perdarahan ke dalam lapisan terluar meningen, misalnya perdarahan subdura atau
epidura, paling sering kaitannya dengan trauma. Menurut Smith pada tahun 2001, tipe-tipe
perdarahan yang mendasari stroke hemoragik adalah intraserebrum , intraventrikel, dan dan
subarakhnoid. Selain lesi vaskular anatomik, penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi,
gangguan peredaran darah, pemberian antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada
pasien berusia lanjut), dan pemakaian amfetamin dan kokain intranasal (Price dan Lorraine,
2005). Perdarahan pada stroke hemoragik dapat terjadi d bagian dalam serebral seperti
thalamus, basal ganglia, pons, dan serebellum (Swash and John, 2009).

4. WOC

8|Page
9|Page
5. Pemeriksaan penunjang
1. CT-SCAN
Membantu dalam membedakan jenis stroke iskemik atau stroke hemoragik dapat
ditentukan lokalisasi infark, perdarahan, dan menyingkirkan penyebab lain seperti
tumor, hematoma subdural yg dapat menyerupai gejala infark, atau perdarahan diotak.
2. Angiografi
Mendeteksi abnormalitas di dalam pembuluh darah ke otak (menyempit atau
tersumbat apakah ada aneurisma).

6. Komplikasi

Pneumonia Akibat gangguan pada gerakan menelan, mobilitas dan


pengembangan paru, serta batuk yang parah setelah serangan stroke,
maka dapat terjadi perandangan dirongga dada.
Kejang Penderita stroke dapat mengalami serangan kejang pada hari-hari
pertama setelah serangan, yaitu biasanya pada hari pertama atau
kedua. Serangan ini bisa berupa kedutan atau kejang kaku pada otot,
pernapasan yang berisik, lidah yang tergigit, mulut yang berbuih,
inkontenensua dan kehilangan kesaran dalam waktu yang singkat.
Kemungkinan serangan kejang lebih besar bila stroke tersebut
disebabkan oleh emboli serebral ketimbang oleh trombosis atau
perdarahan serebral.
Dekubitus Karena mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaan, dekubitus
sering terjadi diantara penderita yang mempunyai penyakit diabetes
melitus atau tidak mampu mengendalikan kandung kemih.

7. Konsep asuhan keperawatan


a. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
b. Keluhan utama Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
10 | P a g e
c. Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
f. Riwayat psikososial Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
g. Pola-pola fungsi kesehatan Menurut Marilyn E. Doenges, 2009 pola fungsi kesehatan
meliputi:
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Biasanya ada riwayat perokok,
penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
2) Pola nutrisi dan metabolisme: Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
3) Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4) Pola aktivitas dan latihan: Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
5) Pola tidur dan istirahat: Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot
6) Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
7) Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah, tidak kooperatif.
8) Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan / kekaburan pandangan, perabaan / sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.

11 | P a g e
9) Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
10) Pola penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

12 | P a g e
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stroke berada dalam peringkat kedua, dibawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab
kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius (Ramadany, dkk. 2013), dan
15-30% adalah stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral (Satyanegara, 2014).
Kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan terjadinya gangguan perdarahan otak
yang dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik diantaranya adalah defisit motorik berupa
hemiparesis (Fatkhurrohman, 2011). Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak, yang mengakibatkan kesulitan
saat berjalan, sehingga penderita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Irdawati, 2008 dalam Apriliyani, 2016). Berdasarkan diagnosis penurunan kekuatan otot
merupakan salah satu dari faktor yang brhubungan yang mendukung masalah keperawatan
hambatan mobilisasi fisik pada pasien stroke hemoragik.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media

Andarmoyo, (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC

Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.

Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : TIM.

Junaidi, I. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: PT.Andi

Lyndon, (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai