NIM : 010001800587
- Pada Asuransi Wajib, premi yang akan dibayarkan itu telah ditentukan oleh
Pemerintah dan biasanya dibayarkan melalui pembayaran pajak, sementara pada
Asuransi Komersil premi yang akan dibayarkan ditentukan berdasarkan besar
pertanggungan yang akan diperjanjikan.
3. a. Asurasni jiwa yang dimaksud dalam kasus tersebut adalah Asuransi Jiwa Dwi Guna,
karena si Tertanggung memperjanjikan dengan Perusahaan Asruasni bahwa premi
yang dibayarkan akan dikembalikan saat ia mencapai umur 65 tahun atau apabila ia
meninggal sebelum mencapai umur 65 tahun, maka ahli warisnyalah yang akan
memperoleh manfaat dari Asuransi yang dilakukan tersebut. Dasar hukumnya adalah
Pasal 302 KUHD.
b. Asuransi yang dilakukan oleh A dengan B dan C diperbolehkan, dan merupakan
termasuk ke dalam double insurance yang diperbolehkan, karena asuransi yang di
adakan adalah Asurnasi Jiwa, dimana di dalam Asurasni Jiwa tidak dikenal Asas
Indemnitas.
c. Apabila terdapat ketentuan yang bertentangan sebagaimana yang ada di soal, maka
yang diberlakukan adalah ketentuan yang telah diperjanjikan antara pihak yang
mengadakan perjanjian asuransi. Dengan berdasar pada Pasal 1338 KUHPer, yang inti
dari isinya menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat, berlaku sebagai undang-undang
bagi para pihak yang membuatnya.
b. Prinsip yang dapat digunakan oleh Penanggung dalam kasus tersebut adalah Prinsip
Sebab Langsung, dengan membuktikan bahwa kebakaran yang terjadi itu disebabkan
oleh kesalahan atau kelalalian si tertanggung yang sangat melampaui batas. Hal ini
sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 294 KUHD.
b. Kerugian yang dimaksud dalam kasus adalah jenis kerugian Actual Total Loss,
karena Kapal (objek yang dipertanggungkan) tenggelam dan tidak ditemukan lagi.
Dalam kasus ini juga tidak diperlukan Deductible, karena deductible tidak berlaku
dalam kasus dengan jenis kerugian total loss, Deductible hanya berlaku dalam kasus
yang kerugiaannya partial loss.
6. a. Dalam kasus ini terdapat jenis Asuransi Wajib, dengan berdasar pada UU. No. 33
Tahun 1964, yang memiliki ketentuan bahwa PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja
menerima iuran oleh penumpanng udara (karena di dalam kasus adalah kecelakaan
pesawat) yang kemudian dapat dimintakan klaim ganti ruginya apabila terjadi
evenement.
b. Berdasar pada UU. No. 33 Tahun 1964 j.o PP. No. 17 tahun 1965, yang berhak atas
santunan adalah setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang
mengalamni kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum,
selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutaan tersebut. Maka
dengan melihat ketentuan tersebut, seluruh penumpang yang tewas berhak untuk
mendapatkan santunan asuransi.
7. a. Apabila sudah disepakati bahwa Premi yang akan dibayarkan adalah sebesar Rp. 20
Juta, maka dalam Asuransi Syariah, pembayaran premi ini harus dibagi dua, dikenal
juga dengan sebutan Akad Tabarru (yang tujuannya adalah untuk tujuan kebaikan dan
tolong menolong) dan Akad Tijarah/Investasi (yang tujuannya adalah untuk tujuan
komersil).
Pada dasarnya pembagian Premi kedalam dua akad ini tidak ditentukan, dan
merupakan hak dari pada tertanggung mengenai berapa porsi yang akan dibayarkan
pada masing-masing akad.
Diketahui :
- JP = 700.000.000
- NB = 1.000.000.000
-K = 500.000.000
Rumus : JP/NB x K