DOSEN PENGAJAR:
MULYA SUMAPERWATA S.H M.H
DIKERJAKAN OLEH:
KELOMPOK III
2017
Hakikat Ideologi Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud dengan sistem adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Nilai Pancasila
Nilai dasar meliputi hakikat kelima sila Pancasila, Nilai-nilai dasar tersebut
merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal sehingga dalam
nilai dasar tersebut mengandung cita-cita, tujuan dan nilai-nilai yang baik dan
benar. Sebagai Ideologi terbuka, nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan melekat
pada kelangsungan hidup Negara. Nilai ini meliputi arahan, kebijakan, strategi,
sasaran, serta lembaga pelaksanaannya. Dan merupakan eksplisitasi, yaitu
penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar Ideologi pancasila.
2. Nilai Praktis
Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau fundasi di atas mana semua kegiatan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara dibangun dan dasar tersebut umumnya
berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam masyarakat itu sendiri
(dimensi realitas). Pancasila sejak awal pembahasannya (sidang BPUPKI tanggal
29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dan sidang gabungan tanggal 22 Juni 1945)
memang direncanakan untuk dijadikan Dasar Negara. Tanggal 18 Agustus 1945
sidang PPKI menetapkan secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Sebagai Pengarah
3. Sebagai Tujuan
1. Liberalisme
Mengenai konsep liberalisme, dapat kita tarik beberapa pokok pemikiran yang
terkandung di dalamnya, sebagai berikut:
2. Konservatisme
3. Komunisme
Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari
kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international
yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari
Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin
1. penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun
tidak.
2. analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada.
3. berisi resep perbaikan untuk masa depan.
4. rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan
terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda.
5. system pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator
5.Marxisme
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh
seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh
inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya
yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi
menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya.
Dimana eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di
mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan
demokrasi politik.
6.Sosialisme
Hal-hal pokok yang terkandung dalam Sosialisme, adalah:
7. Fasisme
8.Kapitalisme
Kapitalisme adalah bentuk system perokonomian.
9. Demokrasi
Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan
dari dua kata: demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi
artinya kekuasaan ditangan rakyat. Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat
dalam kekuasaan sudah muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani
didapatkan bukti nyata yang menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta. Hal
ini pernah diungkapkan Plato, bahwa sumber kepemimpinan ialah kehendak yang
bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan Aristoteles menjelaskan macam-
macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam pemerintahan: kerajaan,
aristokrasi, republik, atau rakyat memagang sendiri kendali urusannya.”
10. Neoliberalisme
Dunia saat ini memasuki era globalisasi, ciri dunia tanpa batas, cenderung
homogen (sama), akses infomasi dan komunikasi kian cepat. Selain itu secara
langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa
masyarakat Indonesia. Hal itu terkadang tidak disadari oleh masyarakat karena
kurangnya proses penyaringan (Filterisasi). Pancasila yang merupakan ideologi
bangsa Indonesia kian hari kian akut yang jauh dari realitas ideologi ini ada
melalui proses perjalanan sejarah yang panjang.
Arus globalisasi tidak hanya ditandai dengan adanya pasar bebas, mesin pengeruk
uang, serta adanya kecendrungan strata sosial yang kurang merata. Tetapi lebih
dari itu, arus globalisasi juga mampu menanamkan benih-benih ideologi yang
kurang pantas diserap berdasarkan konteks masyarakat yang ada diberbagai
wilayah tertentu. Proses ini bisa terjadi melalui difusi kebudayaan, perebutan
hegemoni perekomian baik secara penguatan geopolitik maupun transformasi
kebudayaan yang pada akhirnya suatu bangsa akan mengalami kehilangan
identitas jati diri bangsanya. Pancasila sendiri terlahir adanya semangat
nasionalisme yang merupakan cikal bakal adanya semangat untuk membangun
bangsa yang satu.
Pada dasarnya ideologi pancasila yang kita anut selama ini berdasrkan Demokrasi
yang ber-tipologi teosentris bukan pada aspek antroposentrisnya. Tipologi itu
berdasarkan azaz-azaz yang termaktub dalam substansi pancasila yakni
“Ketuhanan yang maha Esa”. Namun pada akhirnya seiring arus globalisasi yang
kian tak terbendung maka benih-benih liberalisasi dan komunisme merambah
pada tatanan masyarakat Indonesia baik secara sistemik maupun sistematis.
Produk hukum yang dijadikan sebagai sandaran atas kebijakan umum tidak
terlepas dari kepentingan asing yang sengaja menancapkan benih-benih
ideologisasi pihak asing, sebagai contoh kebijakan privatisasi BUMN, hal ini
bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945 (Ekonomi kerakyatan) yang konsisten
dengan sila ke-5 “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebagai respon
atas jawaban secara tersurat maupun tersirat penolakan terhadap sistem ekonomi
Liberal. Dengan adanya gejala tersebut diatas semakin diperlukan sebuah kajian
krtis terhadap pancasila sebagai sumber nilai bagi kehidupan masyarakat
Indonesia.
Kesimpulan