Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anna Pratiwi

NIM : 1801112579

Perbandingan Sistem Hukum HAM di Antara Negara Argentina dan Chile

Suatu negara disusun berdasarkan Institusi-institusi untuk memnagun unsur kehidupan sosial.

Institusi sendiri tersusun dari interaksi politik, ekonomi dan sosial. Mereka terdiri dari batasan

informal (sanksi, tabu, adat istiadat, tradisi, dan kode etik), dan aturan formal (konstitusi, hukum,

hak milik). Sehingga kita dapat mendefinisikan institusi sebagai sistem aturan sosial yang mapan

dan lazim yang menyusun interaksi sosial.1 Bahasa, uang, hukum, sistem bobot dan ukuran, dan

perusahaan (dan organisasi lain) dengan demikian semua lembaga. Sepanjang sejarah, institusi

telah dirancang oleh manusia untuk menciptakan keteraturan dan sebagai gantinya mengurangi

ketidakpastian, dalam institusi sendiri memiliki peraturan yang dimana atruran tersebut di

definisikan sebagai konvensi yang dimana merupakan salah satu contoh khusus dari aturan

institusional sebagaimana yang dikatakan oleh Robert Sugden (1986) dan juga John Saerle

(1995) bahwa “konvensi merupakan contoh khusus dari aturan institusional”.

Setelah mengetahui mengenai akan peran institusi dalam membuat keteraturan dalam kehidupan

sosial kita kemudian harus memahami bagaimana institusi dalam menyusun interaksi sosial,

sebagaimana yang dikatakan diatas bahwa terdapat aturan dalam institusi dan aturan ini yang

membuat menciptakan pertahanan lembaga sehingga menciptkan kestabilan perilaku masyarakat

disekitarnya. Seperti yang dikatakan Alan Wells (1970, 3), "Institusi sosial membentuk elemen

dalam konsep yang lebih umum, yang dikenal sebagai struktur sosial." Sedangkan Ekonom

institusional Thorstein Veblen dan John R. Commons, memahami institusi sebagai tipe khusus

1
Hodgson, G. M. (2006). What Are Institutions? Journal of Economic Issues, 40(1), 1–25.
doi:10.1080/00213624.2006.11506879
dari struktur sosial dengan potensi untuk mengubah agen, termasuk perubahan tujuan atau

preferensi mereka. Umumnya, instutusi memungkinkan pemikiran, harapan, dan tindakan yang

teratur dengan memaksakan bentuk dan konsistensi pada aktivitas manusia. Mereka bergantung

pada pikiran dan aktivitas individu yang dimana tidak dapat dikendalikan dan institusi hadir

dalam membatasi dan menekankan perilaku. Namun, batasan seperti itu dapat membuka

kemungkinan, hal itu memungkinkan adanya pilihan dan tindakan yang bertentangan dari aturan

yang dibuat. Hal ini dikarenakan regulasi tidak selalu merupakan kepemilikan bersama akan

tetapi juga ada regulasi yang dibuat guna mendukung satu pihak penguasa. Sebagaimana yang

dikemukakan Searle (1995,2005) representasi aturan dari salah satu institusi merupakan

pemikiran dari salah satu keyakinan suatu oposisi. Oleh karena itu, aturan institusi pada

prinsipnya dapat dimodifikasi, sehingga pelanggaran aturan tersebut dapat menjadi subyek

wacana.

Sebagaimana penjelasan mengenai institusi diatas dijelaskan bahwasanya Institusi merupakan

batasan untuk menyusun interaksi politik, ekonomi dan sosial dan dalam tiap bagian institusi ini

memiliki peratutan yang dimana dibuat bukan hanya berdasarkan salah satu pihak saja tetapi

juga bisa dilihat dari sudut pandang historisnya. Salah satu institusi yang saya bahas kali ini

adalah mengenai sistem hukum sebagaimana yang di jelaskan sebelumnya sistem hukum hadir

apabila terjadi pelanggaran yang dimana kemudian bisa dijadikan sebagai subjek wacana dalam

pembuatan peraturan baru, salah satu masalah yang kian terus dihadapi oleh Amerika Latin

adalah mengenai isu hak asasi manusia. Sebagai mana yang kita ketahui masalah isu mengani

hak asasi manusia ini diawali dengan kudeta militer yang dimulai pada tahun 1970an yang

dimana menyoroti efek jangka panjangnya pada pemerintah, masyarakat sipil, dan ekonomi

kawasan ini. Di kebanyakan negara, kudeta militer yang terjadi menyingkirkan pemerintah yang
dipilih secara demokratis, seringkali karena ketakutan para elit nasional dan internasional bahwa

pejabat terpilih terlalu condong ke Kiri. Meskipun kini rezim demokrasi di Amerika Latin sudah

berhasil dijalankan tetapi tidak semua negara di Amerika Latin berhasil memadamkan kekerasan

internal bahkan hingga saat ini trauma akan kudeta tersebut masih ada. Dua negara yang dimana

memiliki pelanggaran berat akan HAM di Amerika Latin adalah Argentina dan juga Chile.

Di bawah pemerintahan diktator militer terakhir (1976-1983), pelanggaran hak asasi manusia di

Argentina belum pernah terjadi sebelumnya di Argentina. Salah satu praktik yang paling tidak

diketahui adalah mengambil anak dari ibunya dan menyerahkannya kepada keluarga pribadi

demi kebutuhan militer.2 Dinamakan guerra sucia (perang kotor). Itu terjadi selama pemerintahan

berbagai pemerintahan militer di Argentina dari tahun 1976 hingga 1983, yang mengakibatkan

hilangnya 9.000 hingga 30.000 orang, serta lebih banyak lagi korban penyiksaan dan penahanan

yang lama. Ini adalah salah satu contoh terorisme terburuk di negara-negara Amerika Latin pada

abad ke-12. Setelah pemilihan presiden 1983 mereformasi pemerintahan sipil, tuntutan keadilan

dipandang sebagai inti dari kampanye calon pemenang Raúl Alfonsín. Berdasarkan uraian di

atas, kejahatan yang dilakukan di Argentina berdasarkan Statuta Roma 1998 dapat

diklasifikasikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu: pembunuhan, penyiksaan,

penghilangan paksa, serta penangkapan dan penahanan sewenang-wenang dan terus menerus.

Pelanggaran berat HAM juga terjadi di Chile yang dimana terjadi kudeta militer Pada 11

September 1973, yang dilancarkan oleh Jenderal Augusto Pinochet. Presiden Salvador Alleande

dipaksa bunuh diri. Parlemen dibubarkan dan Konstitusi dihapuskan. Namun, hal itu tidak

berhenti setelah perubahan pada tahun 1990, tetapi muncul kembali pada tahun 1998-99. Hal

tersebut pun diperdebatkan karenata dicabutnya impunitas terhadap pelanggaran berat HAM dari
2
Robert C. Power, “Pinochet and the Uncertain Globalization of Criminal Law”, The George Washington
International Law Review; 2007; 39, 1; hlm. 100.
mantan presiden akan tetapi hal tersebut juga lah yang menimbulkan kepentingan bagi

kediktatoran oleh Pinocher akan dukungan asing.3 Pada bulan Oktober 1973, Pinochet

menyetujui "The Carvan Death", sebuah tur helikopter untuk para tahanan militer dan tahanan

kamp. Pengadilan menggunakan kendaraan militer bergerak sebagai pengadilan untuk

menghukum lawan pemerintah militer, dan dalam banyak kasus hukuman mati harus segera

dilaksanakan. Menurut perkiraan konservatif, ada 160 pembunuhan pada tahun 1973, dan 10.000

orang ditangkap dan disiksa. Banyak pembunuhan dilakukan dalam operasi rahasia untuk orang

"hilang", dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi mendefinisikan mereka sebagai orang yang

ditangkap atau ditahan oleh polisi sebelum semua keberadaannya diselesaikan. 4 Bukan hanya itu

saja mereka juga membentuk Dirección de Intelegencia Nacional (DINA), atau Dinas intelijen

‘angkatan bersenjata yang memberontak’, yang dimana mereka bertugas untuk menahan dan

kadang-kadang menyiksa mereka yang dicurigai menentang rezim yang berkuasa. Diperkirakan

terdapat 3.000 orang, termasuk 132 polisi dan anggota militer yang meninggal selama mereka

berkuasa: sekitar setengah dari jumlah tersebut, 1.205 dibinasakan dalam lima bulan terakhir

pada tahun 1973; lainnya 1.216 meninggal antara tahun 1974 dan 1977. Beberapa dari tawanan

meninggal disiksa; beberapa dieksekusi. Mengenai korban, disebutkan juga bahwa rezim militer

menjadi penyebab tewasnya lebih dari 3.000 orang, 10.000 penyiksaan bahkan kematian banyak

warga Chili di pengasingan dan beberapa warga negara asing. 5 Dan oleh karena itu Chile juga

melanggar Statuta Roma 1998 yang dimana terjadi kejahatan terhadap kemanusaiaan

sebagaimana yang dilakukan juga oleh Argentina.

3
Katarina Tomasevski, Responding to Human Rights Violations 1946-1999, (The Hague: Kluwer Law International,
2000) hlm. 111
4
Ibid, hlm 111
5
Marcus Klein, “The Human Ri ghts Violations of the Pinochet Regime and Their Legacy”, Revista Europea de
Estudios Latinoamericanos y del Caribe; April 2003; 74, hlm. 109
Maka dari itu kita bisa melihat persamaan pelanggaran berat yang terjadi di Argentina dan juga

Chile dimana pelanggaran itu terjadi selama masa kediktatoran dan dimana menyebabkan

banyak ribuan orang hilang, dan dari hal ini kita melihat bahwa orang yang paling merasakan

dari kehilangan tersebut adalah para perempuan yang dimana jugalah seorang ibu. Dan

pelanggaran tersebut juga dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang dimana

mengacu pada Pasal 7 Statuta Roma 1998 yang dimana merupakan kejahatan berupa

pembunuhan, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa serta penangkapan dan penahanan

secara sewenang-wenang.

Meskipun dengan persamaan tersebut terdapat perbedaan dalam praktik pemulihan yang dimana

dalam kasus Chile didirikan Komisi Nasional untuk Kebenaran dan Rekonsiliasi melalui Dekrit

tertinggi, Komisi ini didirikan bersadarkan Supreme Decree No, 355, pada tanggal 25 april 1990

Misi mereka adalah mencatat pelanggaran hak asasi manusia yang mengakibatkan kematian atau

penghilangan paksa selama pemerintahan militer dari 11 September 1973 hingga 11 Maret 1990.

Sedangkan di Argentina sendiri undang-undang Argentina menyatakan bahwa amnesti “tidak

menghalangi pengajuan suatu gugatan perdata”. Sehingga terdapat 1.351 orang yang dilaporkan

bertanggung jawab atas pelanggaran HAM tersebut yang dimana sebagian besar yaitu sebanyak

1.195 orang berhasil di proses dibawah hukum milier, meskipun begitu terdapat tujuh orang

terdakwa yang dimana dijatuhi hukuman akan tetapi dikarenakan mereka merupakan bekas

kepala negara dan juga terjadi tekanan dari pihak militer untuk mengkompromikan mengenai

HAM itu sendiri. Akan tetapi untuk proses pemulihan ini sendiri Chile dan Argentina memiliki

kebijkan yang sama yaitu dengan merealisasikan hak ekonomi dan sosial korban, maka hak

tersebut terwujud terutama dalam bentuk pensiun, santunan, pelayanan kesehatan dan beasiswa

pendidikan.
Maka berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Institusi merupakan batasan untuk

menyusun interaksi politik, ekonomi dan sosial dan dalam tiap bagian institusi ini memiliki

peraturan salah satunya adalah Hukum yang dimana mengatur mengenai Hak Asasi Manusia.

Amerika Latin mengalami isu mengenai hak asasi manusia terutama pada masa rezim militer

yang dimana terjadi pelanggaran HAM dan terdapat dua negara yang mengalami pelanggaran

HAM berat yaitu Argentina dan Chile yang dimana mereka melakukan kejahatan berupa

pembunuhan, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa serta penangkapan dan penahanan

secara sewenang-wenang. Dalam menangani masalah ini mereka memiliki berbeda prinsip yang

dimana Chile mengusung adanya pembentukan komisi dan meniadakan amnesti, berbeda dengan

Argentina yang tetap membuat amnesti. Meskipun begitu mereka memiliki cara pemilihan yang

sama yaitu dengan memberikan kompensasi terhadap korban.

DAFTAR PUSTAKA

Hodgson, G. M. (2006). What are institutions?. Journal of economic issues, 40(1), 1-25.

Katarina Tomasevski, Responding to Human Rights Violations 1946-1999, (The Hague: Kluwer

Law International, 2000)

Marcus Klein, “The Human Ri ghts Violations of the Pinochet Regime and Their Legacy”,

Revista Europea de Estudios Latinoamericanos y del Caribe; April 2003; 74

North, D. C. (1991). Institutions. Journal of economic perspectives, 5(1), 97-112.

Robert C. Power, “Pinochet and the Uncertain Globalization of Criminal Law”, The George

Washington International Law Review; 2007


Sujatmoko, A. (2017). PEMULIHAN (REPARATIONS) KORBAN PELANGGARAN BERAT

HAK ASASI MANUSIA DI ARGENTINA DAN CILE. Asy-Syari'ah, 19(2), 175-196.

Anda mungkin juga menyukai