Anna Pratiwi 1801112579 Uas Amsel
Anna Pratiwi 1801112579 Uas Amsel
NIM : 1801112579
Suatu negara disusun berdasarkan Institusi-institusi untuk memnagun unsur kehidupan sosial.
Institusi sendiri tersusun dari interaksi politik, ekonomi dan sosial. Mereka terdiri dari batasan
informal (sanksi, tabu, adat istiadat, tradisi, dan kode etik), dan aturan formal (konstitusi, hukum,
hak milik). Sehingga kita dapat mendefinisikan institusi sebagai sistem aturan sosial yang mapan
dan lazim yang menyusun interaksi sosial.1 Bahasa, uang, hukum, sistem bobot dan ukuran, dan
perusahaan (dan organisasi lain) dengan demikian semua lembaga. Sepanjang sejarah, institusi
telah dirancang oleh manusia untuk menciptakan keteraturan dan sebagai gantinya mengurangi
ketidakpastian, dalam institusi sendiri memiliki peraturan yang dimana atruran tersebut di
definisikan sebagai konvensi yang dimana merupakan salah satu contoh khusus dari aturan
institusional sebagaimana yang dikatakan oleh Robert Sugden (1986) dan juga John Saerle
Setelah mengetahui mengenai akan peran institusi dalam membuat keteraturan dalam kehidupan
sosial kita kemudian harus memahami bagaimana institusi dalam menyusun interaksi sosial,
sebagaimana yang dikatakan diatas bahwa terdapat aturan dalam institusi dan aturan ini yang
disekitarnya. Seperti yang dikatakan Alan Wells (1970, 3), "Institusi sosial membentuk elemen
dalam konsep yang lebih umum, yang dikenal sebagai struktur sosial." Sedangkan Ekonom
institusional Thorstein Veblen dan John R. Commons, memahami institusi sebagai tipe khusus
1
Hodgson, G. M. (2006). What Are Institutions? Journal of Economic Issues, 40(1), 1–25.
doi:10.1080/00213624.2006.11506879
dari struktur sosial dengan potensi untuk mengubah agen, termasuk perubahan tujuan atau
preferensi mereka. Umumnya, instutusi memungkinkan pemikiran, harapan, dan tindakan yang
teratur dengan memaksakan bentuk dan konsistensi pada aktivitas manusia. Mereka bergantung
pada pikiran dan aktivitas individu yang dimana tidak dapat dikendalikan dan institusi hadir
dalam membatasi dan menekankan perilaku. Namun, batasan seperti itu dapat membuka
kemungkinan, hal itu memungkinkan adanya pilihan dan tindakan yang bertentangan dari aturan
yang dibuat. Hal ini dikarenakan regulasi tidak selalu merupakan kepemilikan bersama akan
tetapi juga ada regulasi yang dibuat guna mendukung satu pihak penguasa. Sebagaimana yang
dikemukakan Searle (1995,2005) representasi aturan dari salah satu institusi merupakan
pemikiran dari salah satu keyakinan suatu oposisi. Oleh karena itu, aturan institusi pada
prinsipnya dapat dimodifikasi, sehingga pelanggaran aturan tersebut dapat menjadi subyek
wacana.
batasan untuk menyusun interaksi politik, ekonomi dan sosial dan dalam tiap bagian institusi ini
memiliki peratutan yang dimana dibuat bukan hanya berdasarkan salah satu pihak saja tetapi
juga bisa dilihat dari sudut pandang historisnya. Salah satu institusi yang saya bahas kali ini
adalah mengenai sistem hukum sebagaimana yang di jelaskan sebelumnya sistem hukum hadir
apabila terjadi pelanggaran yang dimana kemudian bisa dijadikan sebagai subjek wacana dalam
pembuatan peraturan baru, salah satu masalah yang kian terus dihadapi oleh Amerika Latin
adalah mengenai isu hak asasi manusia. Sebagai mana yang kita ketahui masalah isu mengani
hak asasi manusia ini diawali dengan kudeta militer yang dimulai pada tahun 1970an yang
dimana menyoroti efek jangka panjangnya pada pemerintah, masyarakat sipil, dan ekonomi
kawasan ini. Di kebanyakan negara, kudeta militer yang terjadi menyingkirkan pemerintah yang
dipilih secara demokratis, seringkali karena ketakutan para elit nasional dan internasional bahwa
pejabat terpilih terlalu condong ke Kiri. Meskipun kini rezim demokrasi di Amerika Latin sudah
berhasil dijalankan tetapi tidak semua negara di Amerika Latin berhasil memadamkan kekerasan
internal bahkan hingga saat ini trauma akan kudeta tersebut masih ada. Dua negara yang dimana
memiliki pelanggaran berat akan HAM di Amerika Latin adalah Argentina dan juga Chile.
Di bawah pemerintahan diktator militer terakhir (1976-1983), pelanggaran hak asasi manusia di
Argentina belum pernah terjadi sebelumnya di Argentina. Salah satu praktik yang paling tidak
diketahui adalah mengambil anak dari ibunya dan menyerahkannya kepada keluarga pribadi
demi kebutuhan militer.2 Dinamakan guerra sucia (perang kotor). Itu terjadi selama pemerintahan
berbagai pemerintahan militer di Argentina dari tahun 1976 hingga 1983, yang mengakibatkan
hilangnya 9.000 hingga 30.000 orang, serta lebih banyak lagi korban penyiksaan dan penahanan
yang lama. Ini adalah salah satu contoh terorisme terburuk di negara-negara Amerika Latin pada
abad ke-12. Setelah pemilihan presiden 1983 mereformasi pemerintahan sipil, tuntutan keadilan
dipandang sebagai inti dari kampanye calon pemenang Raúl Alfonsín. Berdasarkan uraian di
atas, kejahatan yang dilakukan di Argentina berdasarkan Statuta Roma 1998 dapat
penghilangan paksa, serta penangkapan dan penahanan sewenang-wenang dan terus menerus.
Pelanggaran berat HAM juga terjadi di Chile yang dimana terjadi kudeta militer Pada 11
September 1973, yang dilancarkan oleh Jenderal Augusto Pinochet. Presiden Salvador Alleande
dipaksa bunuh diri. Parlemen dibubarkan dan Konstitusi dihapuskan. Namun, hal itu tidak
berhenti setelah perubahan pada tahun 1990, tetapi muncul kembali pada tahun 1998-99. Hal
tersebut pun diperdebatkan karenata dicabutnya impunitas terhadap pelanggaran berat HAM dari
2
Robert C. Power, “Pinochet and the Uncertain Globalization of Criminal Law”, The George Washington
International Law Review; 2007; 39, 1; hlm. 100.
mantan presiden akan tetapi hal tersebut juga lah yang menimbulkan kepentingan bagi
kediktatoran oleh Pinocher akan dukungan asing.3 Pada bulan Oktober 1973, Pinochet
menyetujui "The Carvan Death", sebuah tur helikopter untuk para tahanan militer dan tahanan
menghukum lawan pemerintah militer, dan dalam banyak kasus hukuman mati harus segera
dilaksanakan. Menurut perkiraan konservatif, ada 160 pembunuhan pada tahun 1973, dan 10.000
orang ditangkap dan disiksa. Banyak pembunuhan dilakukan dalam operasi rahasia untuk orang
"hilang", dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi mendefinisikan mereka sebagai orang yang
ditangkap atau ditahan oleh polisi sebelum semua keberadaannya diselesaikan. 4 Bukan hanya itu
saja mereka juga membentuk Dirección de Intelegencia Nacional (DINA), atau Dinas intelijen
‘angkatan bersenjata yang memberontak’, yang dimana mereka bertugas untuk menahan dan
kadang-kadang menyiksa mereka yang dicurigai menentang rezim yang berkuasa. Diperkirakan
terdapat 3.000 orang, termasuk 132 polisi dan anggota militer yang meninggal selama mereka
berkuasa: sekitar setengah dari jumlah tersebut, 1.205 dibinasakan dalam lima bulan terakhir
pada tahun 1973; lainnya 1.216 meninggal antara tahun 1974 dan 1977. Beberapa dari tawanan
meninggal disiksa; beberapa dieksekusi. Mengenai korban, disebutkan juga bahwa rezim militer
menjadi penyebab tewasnya lebih dari 3.000 orang, 10.000 penyiksaan bahkan kematian banyak
warga Chili di pengasingan dan beberapa warga negara asing. 5 Dan oleh karena itu Chile juga
melanggar Statuta Roma 1998 yang dimana terjadi kejahatan terhadap kemanusaiaan
3
Katarina Tomasevski, Responding to Human Rights Violations 1946-1999, (The Hague: Kluwer Law International,
2000) hlm. 111
4
Ibid, hlm 111
5
Marcus Klein, “The Human Ri ghts Violations of the Pinochet Regime and Their Legacy”, Revista Europea de
Estudios Latinoamericanos y del Caribe; April 2003; 74, hlm. 109
Maka dari itu kita bisa melihat persamaan pelanggaran berat yang terjadi di Argentina dan juga
Chile dimana pelanggaran itu terjadi selama masa kediktatoran dan dimana menyebabkan
banyak ribuan orang hilang, dan dari hal ini kita melihat bahwa orang yang paling merasakan
dari kehilangan tersebut adalah para perempuan yang dimana jugalah seorang ibu. Dan
pelanggaran tersebut juga dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang dimana
mengacu pada Pasal 7 Statuta Roma 1998 yang dimana merupakan kejahatan berupa
pembunuhan, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa serta penangkapan dan penahanan
secara sewenang-wenang.
Meskipun dengan persamaan tersebut terdapat perbedaan dalam praktik pemulihan yang dimana
dalam kasus Chile didirikan Komisi Nasional untuk Kebenaran dan Rekonsiliasi melalui Dekrit
tertinggi, Komisi ini didirikan bersadarkan Supreme Decree No, 355, pada tanggal 25 april 1990
Misi mereka adalah mencatat pelanggaran hak asasi manusia yang mengakibatkan kematian atau
penghilangan paksa selama pemerintahan militer dari 11 September 1973 hingga 11 Maret 1990.
menghalangi pengajuan suatu gugatan perdata”. Sehingga terdapat 1.351 orang yang dilaporkan
bertanggung jawab atas pelanggaran HAM tersebut yang dimana sebagian besar yaitu sebanyak
1.195 orang berhasil di proses dibawah hukum milier, meskipun begitu terdapat tujuh orang
terdakwa yang dimana dijatuhi hukuman akan tetapi dikarenakan mereka merupakan bekas
kepala negara dan juga terjadi tekanan dari pihak militer untuk mengkompromikan mengenai
HAM itu sendiri. Akan tetapi untuk proses pemulihan ini sendiri Chile dan Argentina memiliki
kebijkan yang sama yaitu dengan merealisasikan hak ekonomi dan sosial korban, maka hak
tersebut terwujud terutama dalam bentuk pensiun, santunan, pelayanan kesehatan dan beasiswa
pendidikan.
Maka berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Institusi merupakan batasan untuk
menyusun interaksi politik, ekonomi dan sosial dan dalam tiap bagian institusi ini memiliki
peraturan salah satunya adalah Hukum yang dimana mengatur mengenai Hak Asasi Manusia.
Amerika Latin mengalami isu mengenai hak asasi manusia terutama pada masa rezim militer
yang dimana terjadi pelanggaran HAM dan terdapat dua negara yang mengalami pelanggaran
HAM berat yaitu Argentina dan Chile yang dimana mereka melakukan kejahatan berupa
pembunuhan, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa serta penangkapan dan penahanan
secara sewenang-wenang. Dalam menangani masalah ini mereka memiliki berbeda prinsip yang
dimana Chile mengusung adanya pembentukan komisi dan meniadakan amnesti, berbeda dengan
Argentina yang tetap membuat amnesti. Meskipun begitu mereka memiliki cara pemilihan yang
DAFTAR PUSTAKA
Katarina Tomasevski, Responding to Human Rights Violations 1946-1999, (The Hague: Kluwer
Marcus Klein, “The Human Ri ghts Violations of the Pinochet Regime and Their Legacy”,
Robert C. Power, “Pinochet and the Uncertain Globalization of Criminal Law”, The George