Anda di halaman 1dari 7

UNDANG – UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG – UNDANG NOMOR

12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG –


UNDANGAN

BERDASARKAN PASAL 1 UU NOMOR 15 TAHUN 2019

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) diubah sebagai berikut:

N UNDANG – UNDANG NO 12 TAHUN 2019 UNDANG – UNDANG NO 15 TAHUN 2019


O
1. Pasal 1 berjumlah 16 ayat. Penambahan 1 ayat pada pasal 1 sehingga
bertambah menjadi 17 ayat yang berbunyi :

“Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang


selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.”
2. Pasal 20 ayat 1 berbunyi : Pasal 20 ayat 1 beubah menjadi :
“Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh DPR “Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh DPR,
dan Pemerintah”. DPD, dan Pemerintah”.

Pasal 20 ayat 4 berbunyi: Pasal 20 ayat 4 berubah menjadi :


“Prolegnas jangka menengah dapat dievaluasi “Sebelum menyusun dan menetapkan Prolegnas
setiap akhir tahun bersamaan dengan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada
penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas ayat (3), DPR, DPD, dan Pemerintah melakukan
tahunan”. evaluasi terhadap Prolegnas jangka menengah
masa keanggotaan DPR sebelumnya”.
Pasal 20 ayat 5 berbunyi :
“Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas Pasal 20 ayat 5 berubah menjadi :
tahunan sebagai pelaksanaan Prolegnas jangka “Prolegnas jangka menengah sebagaimana
menengah dilakukan setiap tahun sebelum dimaksud pada ayat (3) dapat dievaluasi setiap
penetapan Rancangan Undang-Undang tentang akhir tahun bersamaan dengan penyusunan dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”. penetapan Prolegnas prioritas tahunan”.

Penambahan 1 ayat pada pasal 20 sehingga


bertambah menjadi 6 ayat yang brbunyi :
“Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas
tahunan sebagai pelaksanaan Prolegnas jangka
menengah dilakukan setiap tahun sebelum
penetapan Rancangan Undang-Undang tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.”

3. Pasal 21 ayat 4 berbunyi : Pasal 21 ayat 4 brbunyi :

“Penyusunan Prolegnas di lingkungan “Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah


Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang dikoordinasikan oleh menteri atau kepala
menyelenggarakan urusan pemerintahan di lembaga yang menyelenggarakan urusan
bidang hukum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”.
4. Pasal 23 ayat 2b yang berbunyi : Pasal 23 ayat 2b berubah menjadi :

“keadaan tertentu lainnya yang memastikan “keadaan tertentu lainnya yang memastikan
adanya urgensi nasional atas suatu Rancangan adanya urgensi nasional atas suatu Rancangan
Undang-Undang yang dapat disetujui bersama Undang-Undang yang dapat disetujui bersama
oleh alat kelengkapan DPR yang khusus oleh alat kelengkapan DPR yang khusus
menangani bidang legislasi dan menteri yang menangani bidang legislasi dan menteri atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan di kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
bidang hukum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan”.
5. Pasal 26 ayat 1 berbunyi : Pasal 26 ayat 1 berubah menjadi :

“Perencanaan penyusunan Peraturan “Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah


Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
25 dikoordinasikan oleh menteri yang dikoordinasikan oleh menteri atau kepala
menyelenggarakan urusan pemerintahan di lembaga yang menyelenggarakan urusan
bidang hokum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”.
6. Pasal 47 ayat 3 berbunyi : Pasal 47 ayat 3 berubah menjadi :

“Pengharmonisasian, pembulatan, dan “Pengharmonisasian, pembulatan, dan


pemantapan konsepsi Rancangan Undang- pemantapan konsepsi Rancangan Undang-
Undang yang berasal dari Presiden Undang yang berasal dari Presiden
dikoordinasikan oleh menteri yang dikoordinasikan oleh menteri atau kepala
menyelenggarakan urusan pemerintahan di lembaga yang menyelenggarakan urusan
bidang hukum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan”.
7. Pasal 49 ayat 3 berbunyi : Pasal 49 ayat 3 berubah menjadi :

“Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) “Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengoordinasikan persiapan pembahasan mengoordinasikan persiapan pembahasan dengan
dengan menteri yang menyelenggarakan urusan menteri atau kepala lembaga yang
pemerintahan di bidang hukum”. menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.”
8. Pasal 54 ayat 2 berbunyi : Pasal 54 ayat 2 berubah menjadi :

“Pengharmonisasian, pembulatan, dan “Pengharmonisasian, pembulatan, dan


pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan
Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan di kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
bidang hukum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”.

9. Pasal 55 ayat 2 berbunyi : Pasal 55 ayat 2 berubah menjadi :

“Pengharmonisasian, pembulatan, dan “Pengharmonisasian, pembulatan, dan


pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan
Presiden dikoordinasikan oleh menteri yang Presiden dikoordinasikan oleh menteri atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan di kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
bidang hukum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”.
10. Pasal 58 ayat 2 berbunyi : Pasal 58 ayat 2 berbubah menjadi :

“Pengharmonisasian, pembulatan, dan “Pengharmonisasian, pembulatan, dan


pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur Daerah Provinsi yang berasal dari DPRD Provinsi
dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD
mengikutsertakan instansi vertikal dari Provinsi yang khusus menangani bidang
kementerian yang menyelenggarakan urusan legislasi”.
pemerintahan di bidang hokum”.
11 Tidak ada penyisipan pasal 71A diantara pasal Di antara Pasal 71 dan Pasal 72 disisipkan 1
71 dan pasal 72. (satu) pasal, yakni Pasal 71A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

“Pasal 71A Dalam hal pembahasan Rancangan


Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 ayat (1) telah memasuki pembahasan
Daftar Inventarisasi Masalah pada periode masa
keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan
Rancangan Undang-Undang tersebut disampaikan
kepada DPR periode berikutnya dan berdasarkan
kesepakatan DPR, Presiden, dan/atau DPD,
Rancangan Undang-Undang”.
12. Ketentuan Pasal 85 berbunyi : Ketentuan Pasal 85 berubah menjadi :
“Pengundangan Peraturan Perundang-undangan “Pengundangan Peraturan Perundang-undangan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dalam Lembaran Negara Republik Indonesia atau
atau Berita Negara Republik Indonesia Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dan dimaksud dalam Pasal 82 dan Pasal 83
Pasal 83 dilaksanakan oleh menteri yang dilaksanakan oleh menteri atau kepala lembaga
menyelenggarakan urusan pemerintahan di yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum”. bidang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.”
13. Tidak ada penyisipan pasal 95A dan 95B Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
diantara pasal 95 dan pasal 96. pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B sehingga
berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 95A berbunyi :

(1) Pemantauan dan Peninjauan terhadap


Undang-Undang dilakukan setelah
Undang-Undang berlaku.

(2) Pemantauan dan Peninjauan terhadap


Undang-Undang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh DPR,
DPD, dan Pemerintah.

(3) Pemantauan dan Peninjauan terhadap


Undang-Undang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikoordinasikan oleh DPR
melalui alat kelengkapan yang khusus
menangani bidang legislasi.

(4) Hasil dari Pemantauan dan Peninjauan


terhadap Undang-Undang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat menjadi
usul dalam

(5) penyusunan Prolegnas.

Pasal 95B berbunyi :

(1) Pemantauan dan Peninjauan terhadap


Undang-Undang dilaksanakan dalam 3
(tiga) tahap sebagai berikut:

A. tahap perencanaan;
B. tahap pelaksanaan; dan
C. tahap tindak lanjut.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai


Pemantauan dan Peninjauan terhadap
Undang-Undang diatur masing-masing
dengan Peraturan DPR, Peraturan DPD,
dan Peraturan Presiden.”

14. Tidak ada penyisipan BAB di antara BAB XII Di antara BAB XII dan BAB XIII disisipkan 1
dan BAB XIII. (satu) bab, yakni BAB XIIA sehingga berbunyi
sebagai berikut: “BAB XIIA KETENTUAN
PERALIHAN”
15. Pasal 91 ayat 1 berbunyi : Pasal 91 ayat 1 berubah menjadi :

“Dalam hal Peraturan Perundang-undangan “Dalam hal Peraturan Perundang-undangan perlu


perlu diterjemahkan ke dalam bahasa asing, diterjemahkan ke dalam bahasa asing,
penerjemahannya dilaksanakan oleh menteri penerjemahannya dilaksanakan oleh menteri atau
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
di bidang hukum”. pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”.

15. Tidak ada penyisipan pasal 99A diantara pasal Di antara Pasal 99 dan Pasal 100 disisipkan 1
99 dan 100. (satu) pasal, yakni Pasal 99A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

“Pasal 99A Pada saat pembentukan kementerian


atau lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan belum terbentuk, tugas dan
fungsi Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan tetap dilaksanakan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum.”

Anda mungkin juga menyukai