Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INKLUSI

Dosen Pengampu: Dr. Munifah Bahfen, M. Pd.

Disusun oleh:

Amelia Dwi Damayanti (2019840010)

Neli Agustin (2019840044)

Azka Nidaul Jannah (2019840047)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya


sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu
tercurah kepada junjungan Kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya. Tidak lupa Kami sampaikan rasa terima kasih kepada
dosen yang selalu membimbing serta memberi dukungan sehingga makalah ini dapat
Kami susun dengan baik.

Makalah ini Kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inklusi pada
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam makalah ini Kami akan menerima kritik dan saran dari berbagai pihak apabila
makalah ini banyak kekurangan. Penulis sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan para pembaca.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Tangerang Selatan, 16 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2

2.1 Pengertian Hambatan Sosial dan Emosional........................................................................2

2.2 Permasalahan Sosial Emosional Pada Anak........................................................................2

2.3 Faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami Permasalahan Sosial Emosional..................3

2.3 Penanganan Guru dan Orang Tua Terhadap Permasalahan Sosial Anak.............................3

BAB III PENUTUP..................................................................................................................6

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................6

3.2 Saran.....................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan


khusus (ABK) dapat belajar di sekolah umum yang ada di lingkungan merekadan sekolah
tersebut dilengkapi dengan layanan pendukungserta pendidikan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan anak.

Hambatan sosial terkait dengan perilaku, penampilan, interaksi sosial, atau pokok
bahasan untuk diskusi. Proses terkait yang menangani hambatan sosial adalah masalah
evaluasi sosial, kecemasan dalam interaksi sosial, penghindaran sosial, dan penarikan diri.
Yang juga terkait adalah komponen seperti pola otak kognitif, kecemasan kecemasan selama
interaksi sosial, dan masalah internalisasi. Ini juga menggambarkan mereka yang menekan
kemarahan, membatasi perilaku sosial, menarik diri saat menghadapi hal baru, dan memiliki
latensi yang lama untuk berinteraksi dengan orang asing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hambatan sosial dan emosional?


2. Apa saja permasalahan sosial emosional pada anak?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan anak mengalami permasalahan sosial emosional?
4. Bagaimana penanganan guru dan orang tua terhadap permasalahan sosial anak?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi hambatan sosial dan
emosional, mengetahui permasalahan sosial emosional pada anak, mengetahui faktor yang
menyebabkan anak mengalami permasalahan sosial emosional, serta mengetahui penanganan
guru dan orang tua terhadap permasalahan sosial anak.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hambatan Sosial dan Emosional

Hambatan sosial yaitu hambatan yang disebabkan karena perbedaan kelas-kelas sosial
dalam masyarakat terkait dengan perilaku, penampilan, serta interaksi sosial. Proses
menangani hambatan sosial emosional adalah masalah sosial, kecemasan dalam interaksi
sosial, penghindaran sosial, dan penarikan diri.

Hambatan emosional yaitu mereka mengalami penahanan kemarahan, membatasi


perilaku sosial, menarik diri saat menghadapi hal baru, dan sukar untuk berinteraksi dengan
orang asing.

2.2 Permasalahan Sosial Emosional pada Anak

Setiap anak memiliki ciri yang berbeda dengan yang lain. Untuk memahami
perkembangan anak perlu juga memahami permasalahan apa saya yang dialami selama
perkembangannya. Hal ini perlu dilakukan agar pendidik akan menemukan adanya
permasalahan yang dihadapi anak di masa taman kanak-kanak. Permasalahan dapat dilihat
melalui keluhan yang disampaikan orang-orang disekitar anak dan dapat juga dilihat melalui
tingkah laku yang ditunjukkan anak saat mengikuti proses belajar mengajar di kelas atau
pada saat anak bermain. berbagai hambatan yang dihadapi anak usia dini memiliki faktor-
faktor yang menyebabkan permasalahan anak seperti perkembangan emosi dan sosialnya.
Berdasarkan hasil temuan dari data penelitian, masalah perilaku yang sering di alami
anak usia taman kanak-kanak yaitu
a. Pemalu cenderung bermain sendiri, sukar berkumpul dengan teman sebayanya; pemalu
adalah Pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang, dimana orang tersebut sangat
peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas kaena penilaian
social tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri atau tidak mau terbuka.
b. Anak yang penakut seperti tidak mau maju kedepan untuk mempersentasikan hasil
karyanya, iya merasa takut di tertawakan. Takut adalah emosi yang kuat dan tidak

2
menyenangkan yang disebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu
bahaya. Ketakutan yang tidak beralasan dan sangat kuat merupakan hasil dari kepanikan.
c. Kecemasan karena berpisah, seperti kesedihan yang berlebih ketika berpisah dengan ibu,
enggan pergi ke sekolah atau tempat lainnya karena takut berpisah. Kecemasan adalah
suatu perasaan yang bersifat umum, di mana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
d. Anak temper seperti menangis dengan keras, berguling-guling dilantai, menjerit,
melempar barang dan memukul, menenang, Tantrum Temper tantrum merukapan luapan
emosi yang meledakledak. Prilaku ini sering diikuti dengan tingkah dan berbagai kegiatan
e. Perilaku agresif seperti ringan tangan, merebut mainan temannya. Agresif merupakan
bentuk ekspresi marah yang diwujudkan melalui prilaku yang dilakukan dengan sengaja
untuk menyakiti orang lain.

2.3 Faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami Permasalahan Sosial Emosional


Dalam permasalahan perkembangan sosial emosi anak khususnya di usai 2-3 dan 3-4 tahun
beberapa faktor yang menyebabkan anak terlihat bermasalah yaitu;
(1) Faktor keluarga
Faktor keluarga, yang mana kedua orang tua sibuk bekerja sehingga kurangnya
meluangkan waktu untuk anak tersebut dan ada pula orang tua yang memberikan pola
asuh yang membebaskan tapi ada aturan untuk anak (demokratis) dan pola asuh yang
memberikan kebebasan penuh pada anak (permisif).
(2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang kurang mendukung bagi anak untuk mengembangkan aspek
sosial emosi sehingga orang tua cenderung membiarkan anak bermain atau diam di dalam
rumah, di lingkungan tempat tinggal anak sangat rawan dengan bahasa yang kotor dan
bahasa hewan, beberapa anak masih belum bisa bersosial dengan temannya kerena di
dalam lingkungan tempat tinggal anak tidak diajarkan untuk bersosial dikarenakan para
orangtua takut dan khawatir mungkin anak akan terpengaruh dengan lingkungan yang
memakai bahasa kotor dan bahasa binatang tersebut.

2.4 Penanganan Guru dan Orang Tua Terhadap Permasalahan Sosial Anak

3
A. Penanganan Guru Terhadap Permasalahan Sosial Anak

a. Pemalu

Menggunakan kontak mata, mengajarkan percakapan pembuka dan penutup, melatih


dalam berbagai situasi sosial, mencari sumber penyebab rasa malu pada anak,
memberikan contoh perilaku yang baik saat bersosialisasi, mengajarkan anak agar
berani mengambil resiko, membantu proses perubahan anak secara bertahap,
membantu memilih bakat atau hobi yang sesuai minatnya, membantu menata emosi
anak. Mengajar
b. Perilaku Agresif
Kendala anak agresif terletak pada masalah konsentrasi, anak agresif dilatih
konsentrasi mereka dengan mengajarkan kegiatan yang dilakukan guru untuk melatih
konsentrasi anak seperti menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran beras
atau kacang tanah sambil menghitung jumlahnya, selain berujuan untuk melatih
konsentrasi anak, kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih motorik halus anak.
c. Anak Manja
Guru melihat faktor penyebab perilaku anak terlebih dahulu. Faktor penyebab
kemanjaan bisa berasal dari keluarga, masyarakat dan sekolah.
d.. Negativisme
Penanganan yang dilakukan guru adalah dengan cara mengadakan metode belajar
yang memberikanperhatian lebih pada anak serta mengarahkan cara belajar anak ke
hal yang lebih baik.
e. Perilaku Berkuasa
Penanganan guru adalah dengan cara menempatkan tempat duduk anak tersebut tepat
di depan guru agar selalu terpantau setiap perbuatan yang dilakukan, memberi
perhatian dan pengawasan penuh terhadap anak yang berperilaku ini agar anak terbiasa
mengerjakan kewajibannya sendiri.
B. Penanganan Orang Tua Terhadap Permasalahan Sosial Anak
a. Pemalu

4
Orang tua memberikan pengertian kepada anak dengan membimbing anak untuk
terbiasa dalam situasi keramaian dan pada tempat-tempat yang banyak orangnya
dengan mengajak anak ikut serta dalam acara tertentu.
b. Perilaku Agresif
Cara yang dilakukan terhadap anak adalah menegur anak dengan perlahan jika anak
melakukan kesalahan, menerapkan hukuman kepada anak jika anak melakukan
perbuatan buruk.
c. Manja
Penyebab anak menjadi manja karena orang tua terlalu berlebihan memberikan
perhatian dan menuruti semua permintaan anak. Cara untuk menanganinya adalah
tidak membiasakan dan menuruti semua kemauan anak. Mengajarkan anak
mengerjakan pekerjaannya sendiri.
d. Negativisme
Penanganannya adalah dengan memberikan perhatian lebih dan sering menenangkan
anak pada saat anak marah. Memuji anak dengan lembut jika anak telah mengerjakan
pekerjaan rumah.
e. Perilaku Berkuasa
Cara yang dilakukan adalah menegur anak saat dia menyuruh atau meminta anggota
keluarga yang lain mengerjakan sesuatu yang di inginkan dia. Memberikan saran dan
menyadarkan anak bahwa perilaku dia tidak baik.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hambatan sosial yaitu hambatan yang disebabkan karena perbedaan kelas-kelas sosial
dalam masyarakat terkait dengan perilaku, penampilan, serta interaksi sosial. Hambatan
emosional yaitu mereka mengalami penahanan kemarahan, membatasi perilaku sosial,
menarik diri saat menghadapi hal baru, dan sukar untuk berinteraksi dengan orang asing.
Permasalahan sosial emosional yang dialami anak adalah malu, penakut, selalu merasa
cemas, serta perilaku yang agresif. Adapun faktor yang menyebabkan anak mengalami
permasalahan sosial emosional yaitu faktor keluarga dan faktor lingkungan.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi materi, isi materi, dan cara penulisan karya tulis ini, untuk itu
penulis meminta saran dari pembaca untuk bisa membantu memperbaiki makalah ini agar
lebih sempurna untuk penulisan berikutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Izzaty, Rita Eka, Dkk. (2017). Model Konseling Anak Usia Dini. Bandung: Pt Remaja
Rosdakary.
Hasan Maimunah, (2010). PAU (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Diva Press.
Syaodih, Ernawulan Dan Agustin, Mubiar. (2006). Bimbingan Konseling Untuk Anak
Usia Dini. Tanggerang Selatan: Univesitas Terbuka.
Widiyati, Dkk. (2019). Analisis Kecemasan Anak TK Di Awal Masuk Sekolah Dalam
Interaksi Didalam Kelas Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini. Vol 3.
Zakiyah, Nisaus. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Temper
Tantrum Pada Anak Usia Toddler Di Dukuh Pelem Kelurahan Baturetno Banguntapan
Bantul. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Arriani, F. (2014). Perilaku Agresif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 8(2),
263 - 274.

Anda mungkin juga menyukai