Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR

DAN INDIKATOR

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PERENCANAAN PEMBELAJARAN I

Dosen Pembimbing:

Zaini Tamim, M.Pd.I


Disusun Oleh:

Rico Amalda Utama (D01218043)

Widya Kurnia Ulfa (D71218104)

Titania Dinda Salsabilla (D91218161)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “PENGEMBANGAN DASAR KOMPETENSI,
KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran I dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
ditujukan dengan maksud mempermudah pelajar/mahasiswa/mahasiswi dalam
menguasai materi dalam bab tersebut.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta memberikan


pengaruh yang baik bagi para pembaca. Kami menyadari sepenuhnya jika
makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi susunan maupun
tata bahasanya. Tentunya kami memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran maupun
masukan yang membangun dari berbagai pihak demi kemajuan penerbitan
makalah.

Surabaya, 16 Oktober 2020

Penyusu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................2

A. Konsep Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator.......2


B. Analisis Kompetensi Dasar beserta Domainnya................................5
C. Fungsi Indikator...............................................................................21
D. Mekanisme Pengembangan Indikator..............................................22

BAB III KESIMPULAN..............................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................32

Daftar Isi Gambar


Gambar 1.1...............................................................................................................6

Kisaran Definisi Kompetensi...............................................................................6

Gambar 1.2...............................................................................................................9

Tingkatan taksonomi kognitif asli dan kognitif revisi..........................................9

Gambar 1.3.............................................................................................................11

Domain Afektif...................................................................................................11

ii
Gambar 1.4.............................................................................................................13

Domain Psikomotorik.........................................................................................13

Gambar 1.5.............................................................................................................16

Domain Iman......................................................................................................16

Gambar 1.6.............................................................................................................17

Kesinambungan antar domain Taksonomi Bloon dan Perspektif Pendidikan


Islam...................................................................................................................17

Gambar 1.7.............................................................................................................19

Aspek Kompetensi.............................................................................................19

Tabel 1.1.................................................................................................................20

Perbedaan Konsep Kompetensi Antara KTSP dan Kurikulum 2013.................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator pasti ada
dalam tiap jenjang Pendidikan untuk mengetahui tujuan pembelajaran
yang harus dicapai dan materi apa yang akan dipelajari sehingga
pembelajaran akan terarah dan terstruktur karena itu merupakan program
dalam tiap sekolah.
Dengan adanya Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator maka guru dapat mengetahui kemampuan, keterampilan serta
sikap peserta didik sehingga dapat dijadikan untuk penilaian ketercapaian
hasil pembelajaran dan dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap pokok pembahasan atau mata pelajaran
tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator?
2. Bagaimana Analisis Kompetensi Dasar beserta Domainnya?
3. Bagaimana Fungsi Indikator?
4. Bagaimana Mekanisme Pengembangan Indikator?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
dan Indikator.
2. Untuk mengetahui Analisis Kompetensi Dasar beserta Domainnya.
3. Untuk mengetahui Fungsi Indikator.
4. Untuk mengetahui Mekanisme Pengembangan Indikator.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator


1. Pengertian Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
a. Pengertian Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan
serta sikap yang harus dikuasai setelah peseta didik mempelajari pokok
pembahasan atau mata pelajaran tertentu pada jenjang Pendidikan
tertentu1 atau kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada tiap tingkat atau semester.2
Menurut Abdul Majid Standar Kompetensi merupakan kerangka
yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang
terstruktur.3
b. Pengertian Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap
minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa
siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah diterapkan, oleh
karena itu maka Kompetensi Dasar merupakan penjabaran dari Standar
Kompetensi.4
c. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian Kompetensi Dasar yang
telah ditandai oleh perubahan perilaku yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Depag, Indikator adalah wujud dari Kompetensi dasar
yang lebih spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa Indikator
1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),
170.
2
Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
3
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2012), 42.
4
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, 171.

2
merupakan penjabaran dari Kompetensi Dasar yang menunjukkan
tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan oleh peserta didik.
Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik, satuan
Pendidikan dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang
dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan alat penilaian.
Jadi Indikator merupakan Kompetensi Dasar secara spesifik yang
dapat dijadikan penilaian ketercapaian hasil pembelajaran dan menjadi
tolak ukur penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu.

2. Langkah-langkah penyusunan Kompetensi Dasar dan Indikator


a. Langkah-langkah penyusunan Kompetensi Dasar
1) Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud dengan pertanyaan:
"Kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa agar Standar
Kompetensi dapat dicapai?" maka jawaban dari pertanyaan tersebut
kemudian didaftar baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
2) Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
b. Langkah-langkah penyusunan Indikator
1) Mengkaji Kompetensi Dasar tersebut untuk mengidentifikasi
indikatornya dan rumuskan indikatornya yang dianggap relevan
tanpa memikirkan urutannya terlebih dahulu lalu tentukan
indikator-indikator yang relevan dan tuliskan sesuai urutan.
2) Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan
Kompetensi Dasarnya, apabila belum lakukan analisis lanjutan
untuk menemukan indikator-indikator lain yang kemungkinan
belum teridentifikasi.
3) Tambahkan indikator lain dan rubahlah rumusan yang kurang tepat
dengan lebih akurat dan pertimbangan urutannya.

3
3. Perumusan Kompetensi Dasar dan Indikator
a. Perumusan Kompetensi Dasar
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan
Kompetensi Dasar:
1) Meluas, artinya peserta didik memiliki kesempatan yang luas
dalam mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan nilai yang berkaitan pada saat pembelajaran
berlangsung.
2) Relevan, artinya dimana tiap kompetensi terkait dengan penyiapan
peserta didik untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui
kesempatan pengalaman.
3) Perbedaan, merupakan upaya pelayanan individual dimana peserta
didik perlu memahami apa yang perlu dipelajari, dan bagaimana
berbuat untuk mengembangkan kompetensi serta kebutuhan
individu masing-masing.5

Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan


Kompetensi Dasar yang baik sebagai berikut:
1) Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu
kepada perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa
sebagai peserta didik.
2) Rumusan Kompetensi Dasar harus mencerminkan tingkah laku
operasional yaitu tingkah laku yang dapat diamati dan diukur serta
dirumuskan dengan kata-kata kerja operasional misalnya
membandingkan, menghitung, Menyusun, dll.
3) Rumusan Kompetensi Dasar harus berisikan makna dari pokok
bahasan atau materi pokok yang akan diajarkan pada saat kegiatan
belajar mengajar.6
b. Perumusan Indikator

5
Hamzah B. Uno., Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 37.
6
Ibid., 58.

4
Dalam merumuskan Indikator pembelajaran perlu diperhatikan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap Kompetensi dasar dikembangkan sekurang-kurangnya
menjadi dua Indikator.
2) Keseluruhan Indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang
tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
3) Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal Kompetensi
Dasar dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.
4) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan tingkatan
kompetensi.
5) Rumusan Indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
6) Rumusan Indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa
Indikator penilaian mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.7

B. Analisis Kompetensi Dasar beserta Domainnya


Kompetensi tidak hanya sekedar pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi
mencakup kemampuan untuk berkomunikasi secara baik, keterampilan praktis
tentang teknologi informasi, dan sikap terhadap orang-orang ketika
berinteraksi. (Yaumi, 2013: 82). Kemampuan berkomunikasi secara baik juga
mencakup ke dalam sikap, sehingga pengertian di atas telah mencakup
kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Bila dilihat dari beberapa
definisi di atas, Yaumi (2013: 84) menyatakan bahwa kompetensi mencakup
kepada pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik
untuk melakukan tugas yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
seperti pada gambar di bawah ini.

7
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 74.

5
Gambar 1.1

Kisaran Definisi Kompetensi

Pengetahuan, sikap, dan keterampilan

Kompetensi Melakukan tugas atau pekerjaan

Berdasarkan standar

(Sumber: Yaumi, 2013: 84)

Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik bukan hanya
mencakup kompetensi pengetahuan, tetapi juga harus mencakup sikap dan
keterampilan. Penilaian kompetensi juga dapat dinilai dari hasil tugas yang
telah dikerjakan oleh peserta didik. 8

Kompetensi yang berlandaskan pendidikan agama Islam adalah


pengetahuan, keterampilan serta dasar-dasar nilai ajaran Islam yang dapat
diaplikasikan kepada kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan ajaran
Islam (Majid, 2004: 84). Kompetensi yang berlandaskan Islam juga harus
sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist sehingga peserta didik dapat
menjalankan perintah Allah, menjauhi laranganNya, dan mampu mencontoh
sikap yang dimiliki Rasullullah.

8
Lita Cahaya Purnama, “Kompetensi Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Sman 1 Parungpanjang” ( Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), 10

6
Bloom dalam Muslich (2009: 16) menganalisis kompetensi menjadi tiga
aspek yang mempunyai tingkatan berbeda-beda, yaitu (a) kompetensi kognitif;
(b) kompetensi afektif; dan (c) kompetensi psikomotorik. Lebih rinci lagi
penjelasan mengenai kompetensi menurut Benjamin S. Bloom adalah sebagai
berikut.

a. Kompetensi Kognitif
Dalam domain kognitif, Bloom membagi menjadi enam tingkatan
kognitif. Tingkatan tersebut terbagi menjadi tingkatan terendah terdiri atas
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), dan penerapan
(application). Sementara untuk tingkatan tertinggi yaitu analisis (analysis),
sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Pengetahuan (Knowledge) berupa kemampuan peserta didik dalam
mendefinisikan, menguraikan, menghitung, mengidentifikasi, memberi
tanda, mendaftar, mereproduksi, mencocokkan, menyebutkan nama,
membaca, mencatat, memilih, menyatakan, dan melihat, serta dapat
mengingat kembali pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.
Pemahaman (Comprehension) merupakan kemampuan peserta didik dalam
mengklarifikasi, mengubah, menguraikan, mendiskusikan,
memperkirakan, menjelaskan, menggeneralisasikan, memberi contoh,
membuat pemahaman, menyatakan dengan kata-kata sendiri, merangkum,
melacak dan memahami materi inti yang telah disampaikan. Penerapan
(Application) merupakan kemampuan peserta didik dalam berbuat,
mengatur, meniru, mengakses, mengumpulkan, menghitung, membangun,
memberi kontribusi, mengendalikan, menentukan, mengembangkan,
menemukan, mendirikan, mengembangkan, mengimplementasikan,
memasukan, menginformasikan, menginstruksikan, mengoprasikan segala
bentuk pengetahuan yang telah disampaikan sebelumnya agar dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan pada situasi yang baru.
Analisis (analysis) merupakan kemampuan peserta didik dalam
merinci segala bentuk informasi yang telah didapat, lalu dapat
mengembangkan kesimpulan yang berbeda. Seperti, peserta didik dapat

7
membandingkan dan memisahkan dua konsep yang berbeda. Sintesis
(synthesis) merupakan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan
kreativitas dan keterampilan, sehingga dapat membuat sesuatu yang sangat
baru. Seperti, dapat membandingkan dua karya seniman dan filosof yang
berbeda, namun hidup pada masa yang sama. Terakhir, Evaluasi
(evaluation) merupakan kemampuan peserta didik untuk mengukur dirinya
sendiri selama menerima materi pelajaran atau informasi yang telah
didapat sebelumnya. Seperti, tahapan mahasiswa yang diminta untuk
menulis skripsi, tesis, maupun disertasi.
Setelah Bloom membagi tingkatan kognitif menjadi enam bagian,
kemudian direvisi kembali oleh Anderson dan Krathwohl (2001: 31) yang
membagi menjadi enam tingkatan, dimulai dari mengingat (remember),
pemahaman (understand), penerapan (apply), analisis (analyze), evaluasi
(evaluate), dan mencipta (create). Perbedaan tingkatan domain kognitif
antara Bloom dengan Anderson dan Krathwohl, dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

8
Gambar 1.2

Tingkatan taksonomi kognitif asli dan kognitif revisi

b. Kompetensi Kognitif
Pada domain afektif ini, teori Bloom dalam Assegaf (2011:
84)menyarankan agar mengembangkan sikap secara luas dalam bidang
psikologi. Domain afektif menyediakan kerangka berpikir bagi
pengajaran, pelatihan, penilaian efektifitas pelatihan, rencana pelajaran,
dan penyampaian. Dalam domain afektif, Junaidi (2013: 35) membagi
menjadi beberapa tahapan dimulai dari tahapan yang paling rendah hingga
tahapan yang paling tinggi. Tahapan tersebut ialah receiving, responding,
valuing, organising, characteristing by value or value concept. Receiving
atau attending yang berarti kepekaan peserta didik dalam menerima
stimulasi yang datang dari luar, dan dapat pula diartikan sebagai
kemampuan untuk memperhatikan suatu objek, contohnya: peserta didik
akan segera masuk ke dalam kelas apabila melihat guru datang.

9
Responding yang bisa dikatakan sebagai peran aktif peserta didik
selama pembelajaran, contohnya: peserta didik bersedia untuk bertanya
tentang materi, mendiskusikannya, dan membaca materi yang disampaikan
guru tanpa harus ditugaskan. Valuing artinya penilaian atau menghargai.
Penilaian atau penghargaan yang berarti memberikan nilai pada suatu
kegiatan sehingga peserta didik dapat merasakan kerugian apabila tidak
mengerjakan suatu kegiatan itu, contohnya: peserta didik mau membaca
al-Qur‟an setiap hari karena ibadah dan akan mendapatkan pahala.
Organising artinya mengatur. Organising dapat diartikan menemukan
suatu nilai yang universal dalam perbedaan nilai yang ada, contohnya:
dalam pembelajaran aqidah akhlak peserta mampu hidup jujur, amanah,
dan adil walaupun di lingkungan masyarakatnya banyak yang tidak jujur,
tidak amanah, dan tidak adil. Characteristing by Value or Value Concept
yaitu nilai yang telah ada dalam peserta didik sehingga dapat
mempengaruhi tingkah lakunya yang mampu membentuk karakteristik
yang konsisten. Contohnya: dalam al-Qur‟an dan Hadits, peserta didik
diajarkan untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya, maka peserta
didik itu akan mampu menjaga dan melestarikan lingkungannya.
Bila dilihat dari pembagian aspek afektif yang dibagi oleh Bloom
maka diperlukan kepekaan terlebih dahulu oleh peserta didik sehingga
peserta didik dapat menemukan penilaian terhadap sikap yang dilakukan,
dan apabila sikap itu baik maka peserta didik dapat menerapkan sikap
baiknya ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi apabila sikap tersebut
kurang baik maka hendaknya sikap itu tidak perlu diterapkan.
Krathwohl juga menjelaskan mengenai domain afektif dalam kutipan
Yaumi (2013: 94), yang menyatakan bahwa domain afektif berkaitan erat
dengan hal-hal yang bersifat emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Domain afeksi dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi dan tahap
tertinggi yaitu internalisasi atau pembentukan pola hidup.

10
Gambar 1.3

Domain Afektif

c. Kompetensi Psikomotik
Domain psikomotorik yang dikembangkan oleh Simpson dalam Yaumi
(2013: 98) mempunyai beberapa tahapan: Persepsi yang meliputi
keterampilan fisik dan motorik. Contohnya: menulis dan berbicara,
Kesiapan untuk bertindak baik secara fisik, mental, maupun emosional,
contohnya: melakukan tindakan sesuai dengan urutan langkah-langkah,
respons terbimbing yang meliputi peniruan, sistem coba dan salah, dan
banyak berlatih akan menghasilkan kinerja yang baik, contohnya: dapat
mengetahui isyarat tangan dari instruktur ketika mengoprasikan suatu
mesin, respons biasa yaitu mempelajari kebiasaan yang akan menghasilkan
suatu keterampilan yang tetap, contohnya: dapat menggunakan komputer,
respons yang kompleks yang meliputi cara kerja yang cepat, akurat dan

11
terkoordinatif, contohnya: dapat mengoprasikan komputer secara cepat
dan akurat, adaptasi yang meliputi modifikasi pola gerak yang sesuai
dengan persyaratan khusus, contohnya: dapat memodifikasi suatu perintah
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, organisasi yang berarti membuat
pola gerak yang baru sesuai dengan masalah yang terjadi, contohnya:
dapat membangun teori yang baru. Oleh karena itu peserta didik
diharapkan agar mempunyai kemampuan dasar menulis dan membaca
sehingga dapat mencapai kepada tahapan psikomotorik yang lebih tinggi
lagi.
Pada domain psikomotorik ini belum tuntas dibahas oleh Bloom, maka
domain ini dikembangkan dan diuraikan oleh Reynolds, tetapi domain
versi Dave yang paling relevan bagi domain psikomotorik ini dimulai dari
tahapan yang paling rendah sampai tertinggi, yaitu: meniru, manipulasi,
ketepatan, artikulasi, dan tahapan naturalisasi merupakan tahapan tertinggi
karena keterampilannya semakin alami (Assegaf, 2011: 86). Pada tahap
psikomotorik ini terbagi menjadi lima tahapan, pada tahapan awal peserta
didik dapat meniru dengan cara mengamati sehingga dapat
mengembangkan keterampilan yang tepat dan semakin alami.

12
Gambar 1.4

Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik lainnya dalam kutipan Junaidi (2011: 39) terbagi


menjadi enam tingkatan keterampilan, diantaranya, gerak refleks yaitu
gerakan atau respons yang dilakukan dengan cepat dan tanpa sadar,
contohnya: peserta didik meniru gerakan sholat atau meniru orang yang
sedang membaca AlQur‟an. Keterampilan pada gerak dasar (basic
fundamental movements) yaitu gerakan yang dilakukan tanpa latihan tetapi
dapat diperhalus melalui praktik, gerakan ini bersifat terpola, contohnya
berlari kecil waktu sa‟i, melakukan gerkan sholat seperti berdiri, rukuk,

13
dan sujud. Kemampuan perseptual (perceptual abilities) yaitu gerakan
yang lebih meningkatkan karena telah dibantu kemampuan perseptual,
contohnya: peserta didik dapat melantunkan ayat Al-Qur‟an dengan
merdu. Gerakan kemampuan fisik (psycal abilities) yaitu gerkan yang
lebih efisien karena telah berkembang melalui pembelajaran, contohnya:
peserta didik dapat menahan nafas lama saat melantunkan ayat Al-Qur‟an,
Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengendalikan gerakan
yang terampil, tangkas, dan cekatan dalam melakukan gerakan yang rumit,
contohnya: peserta didik dapat melantunkan ayat Al-Qur‟an dengan
menggunakan bermacam-macam qira’ah. Gerakan indah dan kreatif (non-
discursive communication) yaitu gerakan yang dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan melalui perasaan, contohnya: peserta didik dapat
berdakwah dengan menggunakan seni wayang, seni drama maupun musik.

d. Kompetensi Iman, Ilmu, Amal, dan Akhlak


Selanjutnya dalam Pendidikan Agama Islam, Assegaf (2011: 86)
membagi menjadi empat domain yakni, iman, ilmu, amal, dan akhlak.
Konsep ilmu dalam Islam memiliki kesamaan dengan kognitif, konsep
amal mendekati domain psikomotorik, konsep akhlak lebih mendekati
kepada domain afektif, sedangkan konsep iman adalah tambahan atau
tindak lanjut dari konsep domain yang telah dijelaskan sebelumnya, karena
dalam ajaran Islam orang yang berilmu sering disebut berdampingan
dengan orang yang beriman. Sesuai dengan firman Allah SWT yang
terdapat dalam Al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11:

14
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Bila dilihat dari ayat di atas dikatakan bahwa Allah meninggikan orang
yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya. Adapun yang
pertama kali disebut adalah orang yang beriman terlebih dahulu setelah itu
orang yang berilmu, sehingga dalam pendidikan Islam keimanan
seseorang sangatlah penting agar mereka dapat mengaplikasikan ilmu
yang didapat sesuai dengan perintah Allah.

Dalam taksonomi Pendidikan Islam, Domain iman dibagi menjadi


tujuh tahapan, yaitu: kontemplasi (Tafakur), pengakuan (Tasyahud),
percaya dengan bukti (Burhân), mampu membedakan kepercayaan
(Furqân), yakin, ihsan, dan tahap tertinggi adalah taqwa. (Assegaf,
2011:93).

Bila dibandingkan dengan taksonomi yang dimiliki oleh Bloom, maka


taksonomi ini membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam, dimana
keimanan merupakan tujuan utama dari keberagamaan seorang muslim.
Dalam domain iman juga memiliki beberapa tahapan seperti halnya
domain lainnya yang telah dirumuskan oleh Bloom, adapun tahapan
domain iman dapat disistematisasis pada gambar berikut ini:

15
Gambar 1.5

Domain Iman

Karakteristik peserta didik pada domain iman dapat dilihat oleh


perilaku ketaatan dan keshalihan, keimanan juga dapat bertambah karena
ibadah dan dapat berkurang karena maksiat, keimanan seseorang dapat
dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari, dan rukun iman merupakan bentuk
ekspresi keyakinan seseorang (Assegaf, 2011: 97).

Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui, bahwa


keimanan peserta didik bisa dilihat dari tingkah laku atau kompetensi
afektif, dan dari ibadah yang dikerjakannya atau kompetensi psikomotorik.

Berikut ini merupakan keterkaitan antara taksonomi Bloom dalam


perspektif Pendidikan Agama Islam.

16
Gambar 1.6

Kesinambungan antar domain Taksonomi Bloon dan Perspektif Pendidikan Islam

Maksud dari ilmu > kognitif adalah orang mencari ilmu tidak hanya
sekedar mengembangkan pengetahuan semata, tetapi juga sebagai bentuk
ibadah kepada Allah. Tanda amal > psikomotorik adalah tidak hanya
memiliki keterampilan semata, tetapi juga pertanggungjawaban di hadapan
Allah. Tanda akhlak > afektif adalah tidak hanya mampu merespons dan
menanamkan nilai, tetapi juga berusaha agar menjadi insan kamil
(Assegaf, 2011: 92). Oleh karena itu dalam konsep kompetensi berawal
dari keimanan, karena orang yang berilmu dan beriman biasanya
disejajarkan. Selanjutnya bentuk ilmu, amal, dan akhlak yang dimiliki

17
seharusnya dapat dijalankan bersamaan dengan iman, agar apapun yang
dilakukan bisa bertujuan sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Mudlofir (2011: 18) menjelaskan beberapa aspek kompetensi yang


berdasarkan dengan konsep yang dimiliki oleh Gordon, dan contoh dalam
Pendidikan Agama Islam, diantaranya pengetahuan (knowledge), seperti
pengetahuan peserta didik tentang tata cara melaksanakan shalat jama’ dan
qasar sehingga peserta didik dapat melaksanakannya dengan baik,
pemahaman (understanding), seperti pesera didik dapat memahami tata
cara sholat safar dalam memecahkan masalah sholat bagi musafir,
keterampilan (skill), seperti peserta didik mampu dalam melaksanakan
sholat jama’ yang sesuai dengan syarat sah sholat, nilai (value), seperti
perilaku peserta didik dalam melaksanakan sholat walau sedang dalam
perjalanan tetapi tetap bertanggung jawab untuk melaksanakan sholat
dengan baik, sikap (attitude), seperti perasaan senang, bahagia peserta
didik ketika telah melaksanakan sholat walaupun dalam keadaan sulit
seperti ketika berpergian, minat (interest), seperti minat peserta didik
untuk melaksanakan sholat tepat waktu meski sedang dalam perjalanan.

Konsep kompetensi secara luas dibagi menjadi dua aspek kompetensi


yaitu kompetensi yang dapat diamati dan kompetensi yang tidak dapa
diamati. keterampilan hidup dalam kebiasaan atau performansi adalah
kompetensi yang dapat diamati dan dapat diukur, sedangkan ada beberapa
aspek kompetensi yang tidak dapat diamati atau tidak nampak. adalah, (a)
pengetahuan; (b) keterampilan; (c) proses berpikir; (d) penyesuaian diri;
(e) sikap; dan (f) nilai (Sukmadinata, 2012: 18). Oleh karena itu kebiasaan
peserta didik dapat dinilai dari pengetahuan, keterampilan, proses dan
penyesuaian yang dimiliki oleh peserta didik sehingga peserta didik yang
mempunyai aspek nilai yang baik, maka akan terlihat baik juga dalam
kebiasaan sehari-hari. Ketujuh aspek kompetensi di atas dapat
digambarkan sebagai berikut.

18
Gambar 1.7

Aspek Kompetensi

Selain itu ada beberapa aspek kompetensi yang dimaksudkan oleh


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), diantaranya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang diharapkan dapat terwujud pada diri peserta didik dalam
kebiasaan melakukan tindakan keseharian. (Mudlofir, 2011: 20).
Kompetensi yang digunakan pada penelitian ini adalah kompetensi yang
terdapat pada KTSP, adapun perbedaan konsep kompetensi pada KTSP
dan Kurikulum 2013, pada tingkat SMA/SMK.

19
Tabel 1.1

Perbedaan Konsep Kompetensi Antara KTSP dan Kurikulum 2013

Penulis menyimpulkan dari beberapa konsep luas tentang kompetensi,


bahwa aspek kompetensi dapat dibagi menjadi beberapa aspek,
diantaranya pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, minat.
Dalam kurikulum, penilaian kompetensi siswa hanya dibagi ke dalam tiga
aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kompetensi yang dapat terlihat
seperti perilaku, kebiasaan atau performansi, dan kompetensi yang tidak
dapat terlihat seperti pengetahuan, keterampilan, proses, penyesuaian diri,
sikap dan nilai. Agar peserta didik atau individu bisa dikatakan kompeten
tidak hanya dengan memiliki pengetahuan saja, tetapi juga dapat
berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.

20
C. Fungsi Indikator
Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa indikator ialah penanda
(marker) daripada perubahan yang ada ketika Kompetensi Dasar itu telah
tercapai. Dalam hal ini perubahan itu berlaku pada Kognitif, Psikomotorik,
dan juga Afektif. Namun apakah kita semua mengetahui fungsi daripada
Indikator itu sendiri? Kalau begitu mari sejenak membahas dan memahami
fungsi daripada Indikator itu sendiri.
Indikator dikembangkan dan diuraikan dari kompetensi dasar dengan
menggunakan kata kerja operasional (KKO). Tiap kompetensi dasar dapat
dijabarkan dalam tiga atau lebih indikator. Oleh karena itu kata kerja yang
digunakan harus kata kerja operasional dan cakupan materinya lebih terfokus
dan lebih sempit dari kompetensi dasar.9
Adapun fungsi-fungsi daripada Indikator sangatlah banyak dan sangat
penting dalam menunjang Kompetensi Dasar. Berikut adalah fungsi daripada
Indikator :
1. Merupakan pedoman dalam mengembangkan materi
Dalam mengembangkan materi, haruslah sesuai dengan indikator yang
ada. Ini dimaksudkan, bila mengembangkan materi berdasarkan indikator,
maka pengembangannya akan sesuai dengan ekspektasi dan mengena pada
aspek yang ingin dikembangkan. Baik itu mata pelajaran, kebutuhan
peserta didik, dan lain-lain sebagainya.
2. Pedoman dalam melakukan desain kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang ada perlu untuk didesain agar dapat
mencapai kompetensi yang sudah direncanakan. Dalam melakukan desain,
indikator haruslah menjadi acuan karena indikator bisa memberikan
abstrak ataupun gambaran mengenai desain pembelajaran yang efektif dan
sesuai dengan kompetensi yang diinginkan.
3. Pedoman dalam melakukan pengembangan bahan ajar

9
Minin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007) hlm. 8

21
Bahan ajar merupakan hal yang krusial dalam pelaksanaannya.
Seringkali peserta didik merasa bosan dengan bahan ajar yang ada. Untuk
itulah diperlukan pengembangan bahan ajar agar peserta didik kembali
tertarik untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Namun, perlu diingat
bahwa dalam mengembangkan bahan ajar, haruslah mengikuti indikator
yang ada. Karena ini semua berkaitan dengan pemilihan bahan ajar yang
ada. Jika tidak sesuai maka akan tidak efektif pengembangan yang
dilakukan.
4. Pedoman dalam merancang dan mengembangkan evaluasi belajar.
Setiap pembelajaran pasti ada evaluasi dan evaluasi ini haruslah sesuai
dengan indikator karena ini memang tuntutan sebagaimana yang tercantum
dalam SK dan KD yang telah di rancang. 10

D. Mekanisme Pengembangan Indikator


Dalam Indikator terdapat juga tahap pengembangan Indikator. Dimana
ada beberapa mekanisme atau langkah yang bisa ditempuh dalam melakukan
pengembangan terhadap Indikator. Berikut ini adalah langkah-langkah yang
bisa dilakukan dalam mengembangkan Indikator:
1. Menganalisis Tingkat Kompetensi yang ada dalam SK maupun KD
Kenapa perlu dilakukan analisa tentang tingkat kompetensi? Karena
hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan yang ada dalam kompetensi.
Tingkat Kompetensi sendiri bisa dilihat dari Kata Kerja Operasional
(KKO) yang digunakan. Perlu diketahui bahwa Kata Kerja Operasional
yang digunakan hendaklah memenuhi tiga aspek yaitu Kognitif, Afektif,
dan Psikomotorik. Nanti akan dilampirkan daftar Kata Kerja Operasional
dari ketiga aspek tersebut
2. Menganalisis Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Dalam mengembangkan Indikator, perlu adanya analisa mengenai
aspek mana yang hendaknya dimasukkan dalam setiap mata pelajaran.

10
Isdisusilo, Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran
Jakarta : kata pena, 2012 hlm. 164-165

22
Seperti contoh aspek afektif dan kognitif dimasukkan dalam mata
pelajaran keagamaan. Namun tidak jarang juga aspek psikomotorik juga
dimasukkan didalamnya. Selain itu analisa peserta didik juga perlu
mengingat peserta didik beragam baik pola pikirnya maupun gaya
belajarnya. Pengembangan indikator juga perlu mempertimbangkan
kemauan sekolah. Standar setiap sekolah berbeda-beda dan itu
berpengaruh terhadap pengembangan indikator.
3. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Mengembangkan Indikator perlu juga memperhatikan kebutuhan yang
tengah dibutuhkan baik oleh sekolah maupun peserta didik. Potensi
daripada sekolah dan juga peserta didik juga harus dimanfaatkan dalam
mengembangkan indikator agar indikator menjadi lebih baik.
4. Merumuskan Indikator
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
indikator. Berikut adalah hal yang harus diperhatikan:
a. Setiap KD hendaklah dikembangkan sekurang kurangnya menjadi tiga
indikator
b. Keseluruhan Indikator mencapai tuntutan yang ada dalam KD dan juga
SK.
c. Indikator yang akan dikembangkan hendaklah menggambarkan
hierarki kompetensi yang ada.
d. Rumusan Indikator hendaklah mencakup minimal dua aspek yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
e. Rumusan Indikator mencakup tiga aspek utama yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
5. Mengembangkan Indikator Penilaian

Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari


indikator (indikator pencapaian kompetensi). indikator penilaian perlu
dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik
maupun evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian
bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh warga sekolah.

23
Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan nontes harus sesuai
dengan indikator penilaian

Lampiran Tabel Kata Kerja Operasional


CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6)
Pengetahua Pemahaman Penerapan Analisis Penilaian
Sintesis (C5)
n (Cl) (C2) (C3) (C4) (C6)
Memperkira Menganalisi Membanding
Mengutip Menugaskan Mengabstraksi
kan s kan
Menyebutka Menyimpulk
Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur
n an
Menjelaska Mengkategor Memecahka
Menentukan Menganimasi Menilai
n ikan n
Menggamba Mengumpulka Mengarahka
Mencirikan Menerapkan Menegaskan
r n n
Menyesuaika Mengkategori
Membilang Merinci Mendeteksi Mengkritik
n kan
Mengidentif Mengasosias Mengkalkula Mendiagnosi
Mengkode Menimbang
lkasi ikan si s
Membanding Memodifikas Mengkombina
Mendaftar Menyeleksi Memutuskan
kan i sikan
Menunjukka Mengklasifik
Menghitung Memerinci Menyusun Memisahkan
n asi
Memberi Mengkontras Menominasi
Menghitung Mengarang Memprediksi
label ikan kan
Memberi Mendiagram
Mengubah Membangun Membangun Memperjelas
indek kan

24
Memasangk Mempertaha Mengkorelas Menanggulang
Mengurutkan Menugaskan
an nkan ikan i
Membiasaka Merasionalk Menghubungk
Menamai Menguraikan Menafsirkan
n an an
Mempertaha
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan
nkan
Membedaka Mencerahka Mengkreasika
Membaca Menentukan Memerinci
n n n
Mendiskusik Menggambar
Menyadap Menjelajah Mengoreksi Mengukur
an kan
Menggunaka Membagank
Menghafal Menggali Merancang Merangkum
n an
Mencontohk Menyimpulk Membuktika
Menim Menilai Merencanakan
an an n
Menerangka
Mencatat Melatih Menemukan Mendikte Memvalidasi
n
Mengemuka
Mengulang Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes
kan
Mereproduk Mengemuka Memaksimal
Mempolakan Memperjelas Mendukung
si kan kan
Mengadaptas Memerintah
Meninjau Memperluas Memfasilitasi Memilih
i kan
Menyimpulk Memproyeks
Memilih Menyelidiki Mengedit Membentuk
an ikan
Mengoperasi
Menyatakan Meramalkan Mengaitkan Merumuskan
kan
Mempelajar Mempersoal Menggeneralis
Merangkum Memilih
i kan asi

25
Mengkonsep Menggabungk
Mentabulasi Menjabarkan Mengukur
kan an
Memberi Melaksanaka
Melatih Memadukan
kode n
Menelusuri Meramalkan Mentransfer Membatasi
Memproduks
Menulis Mereparasi
i
Memproses
Mengaitkan Menampilkan
Mensuimulas
Menyiapkan
ikan
Memecahkan Memproduksi
Mel.akukan Merangkum
Merekonstruks
Mentabulasi
i
Menyusun
Memproses
meramalkan

CONTOH DAFTAR KKO UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)

Menanggapi Menghayati
Menerima (Al) Menilai (A3) Mengelola (A4)
(A2) (A5)
Mengasumsik Mengubah
Memilih Menjawab Menganut
an prilaku
Mempertanyak Berakhlak
Mem bantu Meyakini Mengubah
an mulia
Mempengaru
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata
hi

26
Mengkompromik Mengklasifikasik Mendengarka
Memberi Meyakinkan
an an n
Mengkombinasik Mengkualifik
Menganut Menyenangi Memperjelas
an asi
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan
Membentuk
Mendukung Mengundang Membuktikan
pendapat
Menggabungk
Menyetujui Memadukan memecahkan
an
Menampilkan Memperjelas Mengelola
Melaporkan Mengusulkan Menegosiasi
Memilih Menekankan Merembuk
Mengatakan Menyumbang
Memilah
Menolak

CONTOH KKO UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)

KETETAPAN ARTIKULASI
PENIRUAN (PI) MANIPULASI (P2)
(P3) (P4)
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan

27
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjelaskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menskestsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Mendengarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur

28
BAB III
KESIMPULAN
Standar Kompetensi (SK) adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan serta
sikap yang harus dikuasai setelah peseta didik mempelajari pokok pembahasan
atau mata pelajaran tertentu pada jenjang Pendidikan tertentu atau kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada tiap tingkat atau
semester. Kompetensi dasar (KD) adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap
minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah
menguasai standar kompetensi yang telah diterapkan, oleh karena itu maka
Kompetensi Dasar merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi. Indikator
merupakan penanda pencapaian Kompetensi Dasar yang telah ditandai oleh
perubahan perilaku yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Aspek kompetensi dapat dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, minat. Dalam kurikulum,
penilaian kompetensi siswa hanya dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kompetensi yang dapat terlihat seperti perilaku, kebiasaan atau
performansi, dan kompetensi yang tidak dapat terlihat seperti pengetahuan,
keterampilan, proses, penyesuaian diri, sikap dan nilai. Agar peserta didik atau
individu bisa dikatakan kompeten tidak hanya dengan memiliki pengetahuan saja,
tetapi juga dapat berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa indikator ialah penanda (marker)
daripada perubahan yang ada ketika Kompetensi Dasar itu telah tercapai. Adapun
fungsi-fungsi daripada Indikator sangatlah banyak dan sangat penting dalam
menunjang Kompetensi Dasar. Berikut adalah fungsi daripada Indikator :
merupakan pedoman dalam mengembangkan materi, pedoman dalam melakukan
desain kegiatan pembelajaran, pedoman dalam melakukan pengembangan bahan
ajar, pedoman dalam merancang dan mengembangkan evaluasi belajar.
Dalam Indikator terdapat juga tahap pengembangan Indikator. Dimana ada
beberapa mekanisme atau langkah yang bisa ditempuh dalam melakukan

1
pengembangan terhadap Indikator. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa
dilakukan dalam mengembangkan Indikator: menganalisis tingkat kompetensi
yang ada dalam SK maupun KD, menganalisis mata pelajaran, peserta didik, dan
sekolah, menganalisis kebutuhan dan potensi, merumuskan indikator, dan
mengembangkan indikator penilaian.

2
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan
Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Haryati, Minin. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Isdisusilo. Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan
pembelajaran. Jakarta : kata pena, 2012.
Junaidi. 2011. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI. Kementerian Agama Republik
Indonesia
Majid, Abdul. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mudlofir, Ali. 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara
Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008.
Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai