Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 041361425
KELAS : HUKUM PIDANA 4B
KODE/MATA KULIAH : HKUM4203/HUKUM PIDANA
Tugas tambahan untuk memperbaiki kehadiran yaitu mebuat rangkuman terhadap modul setiap
ketidakhadiran!
Rangkuman Modul 1
1. Pengertian Hukum
Paling tidak ada sembilan pengertian hukum yang lasim dan dikenal masyarakat:
a. Hukum dalam arti sebagai ilmu prengetahuan (ilmu hukum) yang berarti juga sebagai
ilmu kaidah (normwissenschaft).
b. Hukum dalam arti sebagai disiplin yaitu ajaran hukum mengenai fenomena masyarakat
atau ajaran kenyataan atau gejala-gejala hukum yang ada dan yang hidup dalam
masyarakat.
c. Hukum dalam arti sebagai kaidah atau peraturan hidup yang menetapkan bagaimana
manusia seharusnya bertingkahlaku dalam hidup bermasyarakat.
d. Hukum dalam arti sebagai tata hukum yaitu keseluruhan aturan hukum yang berlaku
sekarang atau yang positif berlaku disuatu tempat dan pada suatu waktu.
e. Hukum dalam arti sebagai petugas hukum. Dalam konteks ini lebih banyak merupakan
anggapan dari sebagian warga masyarakat yang awam hukum (the man in the street).
f. Hukum dalam arti keputusan penguasa. Artinya hukum merupakan keseluruhan
ketentuan-ketentuan hukum yang dibuat, ditetapkan atau diputuskan oleh pihak penguasa
yang berwenang.
g. Hukum dalam arti proses pemerintahan yang berarti aktifitas dari lembaga administrative
aatu lembaga eksekutif dalam menyelenggarakan pemerintahan.
h. Hukum dalam arti sebgai perilaku yang teratur, dalam hal ini perilaku individu yang satu
terhadap yang lain secara biasa, wajar dan rasional, yang secara terus menerus dilakukan
dan pada akhirnya menimbulkan suatu ikatan yang diterima sebagai suatu keharusan.
i. Hukum dalam arti sebagai jalinan nilai-nilai yaitu untuk mewujudkan keseimbangan atau
keserasian antara pasangan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
2. Fungsi Hukum
a. Mendefenisikan hubungan antara anggota-anggota masyarakat.
b. Menjinakkan kekuasaan yang telanjang dan menunjukkan bagaimana mengatur
kekuasaan itu.
c. Menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul, baik antara individu, maupun antara
individu dengan kelompok.
d. Melakukan redefenisi hubungan antara individu-individu dan kelompok dalam kondisi
kehidupan yang telah berubah.
3. Pengertian Pidana
Secara sederhana pidana didefenisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja diberikan
oleh Negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat atas perbuatan-perbuatan
yang mana menurut aturan hukum pidana adalah perbuatan yang dilarang.
Rangkuman Modul 2
a. Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan perbuatan pidana
(fungsi preventif).
b. Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan yang tergolong perbuatan pidana
agar mereka mejadi orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat
(fungsi represif).
4. Menurut Sudarto fungsi hukum pidana itu dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fungsi yang umum
Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari hukum, oleh karena itu, fungsi hukum
pidana juga sama dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu untuk mengatur hidup
kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata dalam masyarakat.
b. Fungsi yang khusu
Fungsi khusus bagi hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan hukum terhadap
perbuatan yang hendak memperkosanya (recatsquterschutz) dengan sanksi yang berupa
pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada
cabang hukum lainnya.
5. Adami Chazawi menyebutkan bahwa sebagai bagian dari hukum publik hukum pidana
berfungsi:
a. Melindungi kepentingan hukum dari perbuatan atau perbuatan-perbuatan yang
menyerang atau memperkosa kentingan hukum tersebut.
b. Memberi dasar legitimasi bagi Negara dalam rangka Negara menjalankan fungsi
perlindungan atas berbagai kepentingan hukum.
c. Mengatur dan membatasi kekuasaan Negara dalam rangka Negara melaksanakan fungsi
perlindungan atas kepentingan hukum.
1) Tujuan hukum pidana meberi sistem dalam bagian-bagian yang banyak dari hukum
yaitu azas-azas dihubungkan satu sama lain sehingga dapat dimasukkan dalam satu
sistem.
2) Pada prinsipnya sesuai dengan sikap hukum pidana sebagai hukum publik tujuan
pokok diadakannya hukum pidana ialah melindungi kepentingan-kepentingan
masyarakat sebagai suatu kolektiviteit dari perubahan-perubahan yang
mengancamnya atau bahkan merugikannya baik itu datang dari perseorangan maupun
kelompok orang (suatu organisasi).
3) Salah satu cara untuk mecapai tujuan hukum pidana adalah memidana seseorang yang
telah melakukan tindak pidana. Dasar pembenar penjatuhan pidana bertolak pangkal
dan pemikiran sebagai berikut:
a) Ketuhanan (Theologis)
b) Falsafah (Wijsbegeerte)
c) Perlindungan hukum (Juridis)
4) Teori hukum pidana dibagai dalam 3 jenis, yaitu:
a) Teori Mutlak
b) Teori Relatif
c) Teori Gabungan
d. Mengatur konsep mengenai tujuan diadakannya hukum pidana di atas sebenarnya
tercermin (termanifestasi) dalam tiga aliran pokok yang pernah berkembang dalam
hukum pidana. Tiga aliran pokok tersebut ialah:
1) Aliran klasik
2) Aliran modern
3) Aliran neoklasik/neomodern
Rangkuman Modul 3
1. Pengertian pembuatan pidana
Pembuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang mana disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut.
2. Pengertian Strafbaarfeit
Suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan hukuman, bertentngan dengan
hukum, dilakukan oleh orang yang bersalah dan orang itu dianggap bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Perbedaan Prinsip Perbuatan Pidana dan Strafbaarfeit
Perbuatan pidana yang pokok pengertian harus mengenai perbuatan, yang dalam hal ini tidak
mungkin mengenai orang yang melakukan perbuatan, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Prof. Moeljatno di atas yang memisahkan antara perbuatan dan pembuatnya. Pokok
pengertian pada perbuatan dan apakah inkonkrito yang melakukan perbuatan tadi sungguh-
sungguh dijatuhi pidana atau tidak, itu sudah di luar arti perbuatan pidana.
Pada perkembangannya telah tumbuh pemikiran baru tentang Strafbaarfeit, yang menurut
pandangan Pompe, Jonkers dan Vos, telah tumbuh pemikiran tentang pemisahan antara “de
strafbaarfeit van heit feit” dan “de strafbaarfeit van de dader”, dengan perkataan lain bahwa
adanya pemisahan antara “perbuatan yang dilarang dengan ancaman pidana” dan orang yang
melanggar larangan yang dapat dipidana” yang dalam hal ini satu pihak tentang perbuatan
pidana dan di pihak lain tentang kesalahan. Dengan adanya pemisahan antara perbuatan dan
pembuatan merupakan termasuk aliaran /paham dualistis.
3. Elemen-elemen Perbuatan Pidana
a. Elemen-elemen Perbuatan Pidana secara mendasar terdiri dari bagian objektif dan bagian
subjektif.
b. Elemen-elemen perbuatan pidana menurut Simons adalah:
1) Perbuatan manusia (positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan)
2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld)
3) Melawan hukum (onrechtmatig)
4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband stand)
5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatoaar person)
4. Elemen-elemen Perbuatan Pidana menurut Moeljatno:
a. Perbuatan (manusia)
b. Memenuhi rumusan dalam Undang-Undang (syarat formil)
c. Bersifat melawan hukum syarat materiil.
Rangkuman Modul 4
1. Sejarah Asas Legalitas
a. Asas legalitas diciptakan oleh seorang ahli hukum Jerman bernama Paul Johan Anslem
von Feuerbach (1775-1833)
b. Asas Legalitas berdasarkan adagiun nullum delictum, nulla poena sine praevia legi
poenali yang berarti tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa Undang-Undang
sebelumnya.
c. Asa legalitas lahir untuk melindungi kepentingan individu dari kesewenag-wenangan
Negara sesuai dengan tujuan hukum pidana menurut aliran klasik.
d. Asas legalitas yang diajarkan oleh Paul Johan Anslem von Feuerbach, menghendaki
penjerahan tidak melalui pengenaan pidana, namun melalui ancaman pidana di dalam
perundang-undangan sehingga harus dicantumkan dengan jelas kejadian dan pidanya,
e. Teori asas legalitasnya Paul Johan Anslem von Feuerbach ini kemudian dikenal dengan
psycologische dwang yang berarti untuk menetukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
dalam suatu Undang-Undang pidana, tidak hanya perbuatan tersebut dituliskan dengan
jelas dalam Undang-Undang pidana tetapi juga mengenai macamnya pidana yang
diancamkan. Kali ini dimaksud agar orang yang akan melakukan perbuatan pidana
mengetahui lebih dahulu perihal pidana yang diancamkan sehingga ada perasaan takut
terhadap sanksi pidana yang diancamkan dan diharapkan tidak melakukan perbuatan
tersebut.
f. Pada hakikatnya ruh dari asas legalitas terdapat dalam ajaran agama.
g. Dalam perkembangan tuntutan keadilan asa legalitas ini disimpangi di beberapa Negara.
h. Sejarah perkembangan asas legalitas dalam hukum pidana dengan segala faktor yang
mempengaruhinya terdapat empat macam sifat ajaran yang dikandung oleh asas
legalitas:1) asas legalitas hukum pidana yang menitik beratkan pada perlindungan
individu untuk memperooleh kepastian dan persamaan hukum; 2) Asas legalitas hukum
pidana yang menitikberatkan pada dasar dan tujuan pemidanaan agar dengan sanksi
pidana itu hukum pidana bermanfaat bagi masyarakat sehingga tidak ada pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh masyarakat; 3) Asas legalitas hukum pidana yang
menitikberatkan tidak hanya pada ketentuan tentang perbuatan pidana saja aagar orang
menghindari perbuatan tersebut tetapi juga harus diatur mengenai ancaman pidanya agar
penguasa tidak sewenag-wenang dalam menjatuhkan pidana; 4) Asas legalitas hukum
pidana yang menitikberatkan pada perlindungan hukum kepada Negara dan masyarakat.
Asas legalitas disini bukan hanya kejahatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang saja
akan tetapi menurut ketentuan hukum berdasarkan ukuran dapat membahayakan
masyarakat.
2. Pengertian asas legalitas
a. Pengertian asas legalitas adalah tidak ada perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas
kekuatan Undang-Undang pidana yang ada sebelum perbuatan dilakukan
b. Kata ‘perbuatan’ dalam asas legalitas dapat bersifat positif maupun negatif. Perbuatan
bersifat positif berarti melakukan sesuatu yang dilarang, sedangkan perbuatan yang
bersifat negatif mengandung arti tiak melakukan sesuatu yang diwajibkan oelh Undang-
Undang.
c. Melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dikenal dengan istilah
delik komisi, sedangkan tidak melakukan perbuatan yang diwajibkan oleh undang-
undang dikenal dengan delik omisi.
d. Kata ‘pemrbuatan pidana’ dalam asas legalitas merujuk pada pengertian perbuatan pidana
yaitu ada perbuatan yang dilarang menurut ketentuan undang-undang dan ada ancaman
bagi barang siapa yang melakukan.
e. Kata ‘undang-undang pidana’ dalam asas legalitas tidak hanya kitab undang-undang
pidana, tetapi juga seluruh undang-undang pidana yang tertulis, umum maupun khusus,
baik perundang-undangan yang dikodifikasi ataupun tidak dikodifikasi. Undang-undang
di sini tidak hanya dalam pengertian formal tetapi juga dalam pengertian materiil.
4. Asas Legalitas Dalam Konteks Hukum Pidana Nasional Dan Hukum Pidana Internasional
a. Asas legalitas dalam hubungannya dengan hukum pidana nasional biasanya dituangkan
dalam Undang-Undang Dasar suatu Negara dan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana masing-masing Negara.
b. Asas legalitas dalam hubungannya dengan hukum pidana internasional harus diterapkan
dengan standar yang berbeda dengan hukum pidana nasional yang berkaitan dengan
tanggung jawab pidana individu terhadap kejahatan-kejahatan internasional. Hukum
pidana internasional. Hukum pidana internasional tidak dikodifiksikan seperti halnya
hukum pidana nasional tetapi juga bersumber dari hukum kebiasaan internasional. Oleh
karena itu, asas legalitas tidak mengikat seluruhnya dalam hubungannya dengan
kejahatan-kejahatan di bawah hukum Internasional.
c. Dalam hukumannya dengan hukum pidana nasional, asas legalitas menganut prinsip yang
fundamental yaitu larangan terhadap ex post facto dalam hukum pidana dan larangan
penerapan sanksi pidana secara retroaktif serta analogi dalam yudisial interpretasi. Oleh
karena itu, aturan hukum pidana tidak boleh bersifat ambigu. Akan tetapi, dalam
hubungannya dengan hukum pidana internasional, yang sumber hukumnya berasal dari
kebiasaan internasioanal, asas legalitas tidaklah dapat diterapkan seperti sistem hukum
pidana nasional.
d. Asas legalitas dalam hubungannya dengan hukum pidana internasioanl tertuang dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Kovenan Hak-Hak Sipil Dan Politik, Konvensi
Eropa Hak Asasi Manusia, Konvensi Amerika Hak Asasi Manusia, Piagam Afrika
Tentang Hak Asasi Manusia Dan Hak Penduduk dan Statuta Roma.
Rangkuman Modul 5
Rangkuman Modul 6
1. Apakah Melawan Hukum itu?
Negara kesatua Republik Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan, oleh
sebab itu setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum. Dalam
pergaulan sehari-hari di masyarakat kita sering mendengar kata-kata “Anda telah melakukan
perbuatan melawan hukum”, namun banyak orang tidak mengerti hal sesungguhnya arti
perbuatan melawan hukum itu.
2. Unsur Melawan Hukum
Salah satu unsur perbuatan pidana adalah unsur sifat melawan hukum. Unsur itu merupakan
suatu penilaian objektif terhadap perbuatan dan bukan terhadap si pembuat. Untuk
menentukan apakah suatu perbuatan dikatakan perbuatan melawan hukum diperlukan unsur-
unsur:
a. Perbuatan tersebut melawan hukum
b. Harus ada kesalahan pada pelaku
c. Harus ada kerugian
5. Apakah Melawan Hukum Dalam Hukum Perdata sama dengan Melawan Hukum dalam
Hukum Pidana?
Dalam hukum pidana, untuk perbuatan melawan hukum atau yang disebut dengan istilah
“perbuatan pidana” mempunyai arti, konotasi dan pengaturan hukum yang berbeda sama
sekali dengan perbuatan melawan hukum secara perdata.