PENDAHULUAN
1. Sebagai tugas besar pada mata kuliah Struktur Beton Bertulang pada
Semester Ganjil tahun ajaran 2020/2021 tepatnya pada Semester V.
.1 Teori Dasar
1.1. Definisi Beton dan Beton Bertulang
Beton bertulang adalah suatau bahan material yang teruat dari beton dan
baja tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan
bangunan yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan
bangunan tersebut.
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting.
Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua
struktur, besar maupun kecil – bangunan, jembatan, perkerasan jalan,
bendungan, dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi
lembah (viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses
besar beton sebagai bahan konstruksi yang universal cukup mudah dipahami
jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut
antara lain :
a) Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak
bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-
rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yangmemadai
sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan
padapermukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
e) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat
panjang. Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat
digunakan sampai kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk
menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan
beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama
semakin bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses
pemadatan pasta semen.
g) Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi
bentuk yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang
sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
2. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus
mengenal dengan baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang
tersebut antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari
dengan tingkat pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini
biasanya ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan
kelembapan 100%. Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari
dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada
kisaran 20 Mpa hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton
dengan kekuatan 20 Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton
prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk
kolom pada lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan
kekuatan sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh
perusahaan-perusahaan pembuat beton siapcampur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian
sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara
pembebanannya. Di banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus
berisi 200 mm. untuk beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap
silindersilinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya
hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh dari pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa
perlu melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan.
Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan
seperti itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan
beton diatas 35 atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat
teliti dan perhatian penuh kepada detail-detail seperti pencampuran,
penempatan, dan perawatan. Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang
relatife lebih besar. Kurva teganganregangan pada gambar dibelakang
menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah silinder
uji standar berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.
• Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3
2/3 kekuatan maksimum beton.
• Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva
teganganregangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan
beberapa masalah ketika kita melakukan analisis struktural terhadap
konstruksi beton karena perilaku konstruksi tersebut juga akan nonlinear
pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi.
• Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan
tetap bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada
regangan sekitar 0,003 sampai 0,004.
• Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail
daripada beton berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton yang lebih
lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami
kegagalan.
2. Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan
karakteristik dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada
beberapa defenisi mengenai modulus elastisitas:
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal
dari kurva.
b) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung)
pada kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50%
dari kekuatan maksimum beton.
c) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik
pada kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari
kekuatan tekan maksimumnya disebut Modulus sekan.
d) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus
jangka panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan
yang diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.
4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak
hanya berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian)
dalam arah lateral.
5. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya.
Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton
dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila
beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak
menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini
tidak terjadi bila balok menerima beban.
6. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-
betul murni tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit.
Akibatnya, pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu
menghasilkan nilai-nilai leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5 dari
kuat tekan maksimumnya.
1.4. Kolom
1. Menentukan pembebanan
Wu = 1,2DL + 1,6LL
1.5. Balok
1. Balok Sederhana
2. Kantilever
Balok 1 ujung menerus disebut juga sebagai balok teritisan adalah balok
sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom tumpuannya
5. Balok Kontinu
1.6. Pelat
1. Perencanaan Pelat Atap
Pelat atap merupakan suatu struktur yang menyerupai struktur pelat
lantai yang memiliki ketebalan lebih kecil dibandingkan dengan struktur
pelat lantai. Struktur pelat atap ini termasuk ke dalam jenis konstruksi
yang tidak terlindungi sehingga dibutuhkan ketebalan selimut beton
yang lebih tebal dibandingkan dengan pelat lantai. Hal tersebut
berfungsi untuk melindungi tulangan beton pada pelat atap dari
pengaruh cuaca (udara, panas maupun hujan).
Wu = 1,2DL + 1,6LL
4) Menghitung Kperlu
Lantai
No Luas
Lantai Yang
Kolom Dipikul Tributary
1 1 3 3,75
2 2 3,75
3 1 3,75
2 1 3 7,03
2 2 7,03
3 1 7,03
3 1 3 6,09
2 2 6,09
3 1 6,09
4 1 3 2,81
2 2 2,81
3 1 2,81
5 1 3 5,63
2 2 5,63
3 1 5,63
6 1 3 12,19
2 2 12,19
3 1 12,19
7 1 3 14,06
2 2 14,06
3 1 14,06
8 1 3 7,50
2 2 7,50
3 1 7,50
9 1 3 3,75
2 2 3,75
3 1 3,75
10 1 3 7,03
2 2 7,03
3 1 7,03
11 1 3 6,09
2 2 6,09
3 1 6,09
12 1 3 2,81
2 2 2,81
3 1 2,81
Dalam laporan ini, lantai yang dipikul oleh kolom sebesar 3 lantai
kemudian beban maksimal dan jenis mutu beton sebesar:
10
K = fc’ x
0.83
10
= 30 x
0.83
= 361,45
3w
Luas Kolom =
k
3× 4125
Luas Kolom =
361,45
Luas Kolom = 34,24 cm2
10
K = fc’ x
0.83
10
= 30 x
0.83
= 361,45
3w
Luas Kolom =
k
3× 8250
Luas Kolom =
361,45
Luas Kolom = 68,48 cm2
10
K = fc’ x
0.83
10
= 30 x
0.83
= 361,45
3w
Luas Kolom =
k
3× 12375
Luas Kolom =
361,45
Luas Kolom = 102,71 cm2
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Table 2.3 Perhitungan Dimensi Kolom I
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25
Table 2.9 Perhitungan Dimensi Kolom VII
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Table 2.12 Perhitungan Dimensi Kolom X
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
Karena balok yang ditopang oleh kolom lebih besar daripada dimensi
perhitungan kolom, maka berdasarkan teori Strong Coloumn Weak Beam, dimensi
kolom harus lebih besar atau sama dengan dimensi balok, sehingga Result ditulis
25.
k=
be hf hf hf be hf ¿
1+( ¿x( )x [4−6 x ( )+ 4( )² +( −1)x ( )² ]
bw hw hw hw bw hw be hf
1+( −1) x( )
bw hw
k=
k = 2,817
Jakarta.