Dunia saat ini sedang memasuki masa revolusi industri 4.0. Industri 4.0
merupakan nama untuk tren otomatisasi dan pertukaran data di era teknologi
manufaktur. Saat ini segala lini kehidupan manusia telah terhubung dengan berbagai
teknologi dan inovasi. Perubahan tersebut turut berpengaruh terhadap
perekonomian dan tidak terkecuali dunia industri. Tidak dapat dipungkiri, masa
industri 4.0 dapat memberikan berbagai peluang dan kesempatan bagi dunia
industri untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai pelaku usaha terutama di
industri makanan dan minuman di Indonesia harus mampu mengimplementasikan
dan beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Industri 4.0 meliputi industri
makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik. Industri
makanan dan minuman menjadi salah satu sektor unggulan dari sektor manufaktur
Indonesia. Tingginya nilai dari industri makanan dan minuman menyebabkan sektor
ini berkontribusi besar terhadap PDB dari Indonesia.
1
Hal ini menyebabkan pertumbuhan industri kuliner, terutama restoran dan
cafe bisnis di Yogyakarta telah semakin meningkat dari tahun ke tahun yang
berdampak meningkatnya persaingan di antara restoran dan cafe bisnis pesaing
untuk menarik pengunjung. Dalam rangka meningkatkan persaingan, setiap
perusahaan bisa menjadi pemimpin persaingan dengan menunjukkan produk
terbaik mereka sendiri dan mampu memenuhi keinginan konsumen yang selalu
berubah secara dinamis. Jika perusahaan tidak terbiasa terhadap perubahan pasar
dan untuk menjadi inovatif dengan menciptakan ide – ide kreatif baru dari produk
atau jasa, mereka tidak bisa bertahan di kompetisi yang sulit. Mereka berlomba-
lomba untuk menciptakan restoran yang khas dan tempat yang nyaman untuk dapat
menarik pelanggan. Ketika pengusaha restaurant mampu memberikan sesuatu yang
unik, istimewa dan berbeda dari restoran lainnya, maka peluang keuntungan dari
usaha restoran akan semakin besar sehingga restaurant ini akan sangat menjanjikan
kedepannya. Untuk meningkatkan kompetisi, masing-masing restoran ini dapat
menjadi pemimpin persaingan dengan mempertimbangkan aspek kepuasan
pelanggan.
2
Penilaian kualitas makanan erat kaitannya dengan gaya hidup. Perubahan
gaya hidup, tata cara dalam menikmati hidangan pada masyarakat khususnya
penikmat kuliner, membawa para pelaku bisnis kuliner ini kepada ide baru yang
lebih kreatif dan inovatif, tentang tata cara penyajian makanan yang menggugah
selera, kelezatan rasa, banyaknya variasi pilihan makanan, higienitas, kesegaran, dan
temperature yang sesuai. Suatu restoran juga harus berinovasi dan kreatif untuk
menciptakan rasa nyaman, tata ruang dan dekorasi yang menarik, dan artifak yang
unik kepada pengunjung restoran, sehingga diharapkan konsumen akan betah
berlama-lama di dalam restoran tersebut. Salah satunya yang dapat dilakukan yaitu
menciptakan Dining Atmosphere pada café atau restoran.
3
menjadi sasaran utama konsumen untuk menikmati hidangan. Bagaimana pelaku
usaha menciptakan sebuah kenyamanan dengan pelayanan dan standarisasi harga
yang sesuai hingga terciptanya kepuasan pada pelanggan. Pelanggan yang puas akan
terus melakukan pembelian pada café dan restoran tersebut yang biasa disebut
behavioral intentions.
Salah satu café favorit di Kota Yogyakarta yaitu Silol Kopi & Eatery. Café ini
memiliki variasi menu makanan dan minuman yang menarik, salah satunya yaitu
menyediakan makanan tradisional hingga makanan western. Café ini juga memiliki
keunggulan pada konsep ruangannya yang bernuansa vintage - klasik dan terdapat
beberapa motor antik dan mobil antik sebagai daya tarik bagi pelanggan sehingga
diharapkan dengan adanya konsep vintage ini pelanggan akan mendapatkan
pengalaman yang unik dan menarik, ditambah dengan view indoor yang unik
kemudian view outdoor yang menyajikan pemandangan kota Yogyakarta yang indah.
Maka Silol Kopi & Eatery menjadi salah satu pilihan pelanggan untuk berkunjung
untuk sekedar menikmati hidangan yang di sajikan. Maka dari itu untuk memikat
kepuasan pelanggan diharapkan para pelaku bisnis membangun Food Quality,
Service Quality, Dining Atmosphere, dan Price untuk membuat para pelanggannya
mau mengunjungi kembali ke restoran tersebut.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh food quality terhadap customer satisfaction?
2. Bagaimana pengaruh service quality terhadap customer satisfaction?
3. Bagaimana pengaruh dining atmosphere terhadap customer
satisfaction?
4. Bagaimana pengaruh price terhadap customer satisfaction?
5. Bagaimana pengaruh customer satisfaction terhadap behavioral
intentions?
5
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat manfaat bagi beberapa pihak yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai landasan yang berguna
untuk memahami bagaimana restoran - restoran dapat menumbuhkan
niat perilaku pelanggan dengan menawarkan dining experience berupa
kualitas makanan, kualitas layanan, atmosfir restoran, dan harga yang
mengesankan dan sesuai.
2. Manfaat Praktis
Membantu manajer agar memprioritaskan sumber daya mereka
untuk kualitas layanan dan makanan dalam meningkatkan loyalitas
pelanggan, serta memberikan informasi kepada manajer untuk
memberikan dining experience yang mengesankan kepada pelanggan
agar dapat menumbuhkan kepuasan bagi pelanggan.
6
makanan atau yang disajikan, yang dapat di evaluasi dengan mengecek poin-
poin yang harus dikontrol melalui nilai nutrisi yang terdapat didalam
makanan, tingkat bahan yang digunakan, rasa, dan penampilan produk.
Sehingga tercipta suatu standart produk yang ingin dicapai. Hanaysha (2006)
mengklasifikasikan beberapa elemen dari food quality yang dapat
mempengaruhi kualitas makanan adalah sebagai berikut:
1. Presentation of food
Makanan harus baik dilihat saat berada di piring, di mana hal tersebut
adalah suatu faktor yang penting. Bagaimana makanan tersebut terlihat
menarik pada saat disajikan di atas piring.
2. Taste
Kualitas dalam hal rasa dan cita rasa berbeda yang dijaga dengan baik
sesuai cita rasa yang diinginkan konsumen.
3. Diversity of choice
Variasi menu yang ditawarkan seperti variasi jenis makanan dan
variasi jenis minuman yang beraneka ragam.V ariasi makanan dan
minuman menjadi salah satu point penting dalam penilaian konsumen
dalam kualitas makanan.
4. Healty
Kualitas dalam hal kesehatan makanan pada saat di konsumsi oleh
konsumen, seperti gizi yang terdapat didalam makanan yang disajikan.
5. Freshness
Kualitas dalam hal kesegaran dari bahan makanan yang diolah adalah
contoh penting yang akan mempengaruhi penampilan makanan baik atau
tidak untuk dinikmati.
7
6. Temperature
Kesesuaian variasi temperature yang didapatkan dari makanan dan
minuman yang satu dengan lainnya. Temperature juga bisa
mempengaruhi rasa, misalnya rasa manis pada sebuah makanan akan
lebih terasa saat makanan tersebut masih hangat, sementara rasa asin
pada sup akan kurang terasa pada saat sup masih panas.
8
customers, yang berarti suasana café merupakan karakteristik fisik yang
digunakan untuk membangun kesan dan menarik pelanggan. Menurut Cox R
and Brittain P (2004:184), atmosphere this is major component of store image
and can be defined as the dominant sensory effect created by the store
design, physical characteristics and merchandising activitie. Suasana
merupakan komponen penting dari sebuah toko atau cafe, maka suatu café
harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya
dan dapat menarik konsumen untuk membeli ditoko tersebut. Menurut Levy
and Weitz (2001:576) atmosphere refers to design of an environment via
visual communication, lighting, colours, music, and scent to simulate
customers perceptual and emotional responses and ultimately to affect their
purchase behavior, yang berarti suasana café melalui visual, penataan,
cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian
yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen
untuk melakukan pembelian.
9
2. Space/faction (ruang/fungsi), yang memiliki item sebagai berikut:
a. Layout tata ruang
b. Equipment
c. Furnishing
3. Sign, Symbols, and Artefact (tanda atau simbol), yang terdiri dari beberapa
item yaitu:
a. Signage
b. Artifact
c. Style of décor
.5.4. Price
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:345), harga adalah sejumlah
uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah nilai yang
ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Tjiptono (2008:151), menyatakan
bahwa harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga
unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya
pengeluaran. Ezel dalam Sunyoto (2013:15), harga adalah nilai yang
disebutkan dalam mata uang atau medium moneter lainnya sebagai alat
tukar. Karena jika penetapan harga produk terlalu mahal, tidak sesuai dengan
kualitasnya, konsumen akan cenderung meninggalkannya dan mencari produk
sejenis lainnya. Sebaliknya, jika penetapan harga produk terlalu murah,
konsumen ada kemungkinan akan membeli dalam jumlah relative banyak.
10
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kesesuaian Harga
adalah kesesuaian sejumlah uang yang dibayarkan konsumen dengan kualitas
barang/jasa yang didapatkan. Penetapan harga produk terlalu mahal, tidak
sesuai kualitasnya, konsumen akan meninggalkannya dan mencari produk
sejenis lainnya dan penetapan harga produk terlalu murah, konsumen ada
kemungkinan akan membeli dalam jumlah relative banyak.
11
.5.5. Customer Satisfaction
Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai ringkasan tanggapan yang
dibuat berdasarkan pengalaman pelanggan saat mencoba suatu produk atau
layanan. Yan dan Chau (2013), telah meneliti bahwa kepuasan pelanggan
juga dapat disebut sebagai kombinasi perasaan pelanggan tentang layanan
dalam dimensi yang berbeda sedangkan pelanggan akan membandingkan
manfaat aktual dan biaya pelanggan dengan tingkat manfaat yang
diharapkan pelanggan untuk menentukan kepuasan mereka. Pentingnya
mengukur dan memantau kepuasan pelanggan, karena informasi yang
sangat berharga dan penting untuk mengembangkan niat pembelian
pelanggan bersumber dari hasil pengukuran dan pemantauan tingkat
kepuasan pelanggan (Baker & Crompton, 2000), serta memprediksi
kunjungan pelanggan kembali dan Intensi pembelian kembali (Jang & Feng,
2007; Petrick, Morais, & Norman, 2001). Oliver dan Burke (1999),
menyebutkan hubungan positif antara niat untuk mengunjungi kembali
dengan kepuasan pelanggan. Akibatnya, kepuasan pelanggan sering
dianggap sebagai salah satu aspek paling penting untuk mendorong niat
mengunjungi kembali pelanggan ke kedai. Tingkat kepuasan pelanggan
memiliki kecenderungan untuk terkait dengan niat loyalitas pelanggan.
12
atau rendah tergantung seberapa besar kepuasan yang dirasakan pelanggan.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen akan memudahkan manajemen
dalam upaya untuk mengembangkan produk atau jasanya sesuai kebutuhan
dan keinginan konsumen. Keinginan berperilaku konsumen seringkali
didasarkan pada kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.
Niat berperilaku (behavioral intentions) didefinisikan Mowen (2002)
sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam
rangka memiliki, membuang dan menggunakan produk atau jasa. Jadi
konsumen dapat membentuk keinginan untuk mencari informasi,
memberitahukan orang lain tentang pengalamamannya dengan sebuah
produk, membeli sebuah produk atau jasa tertentu, atau membuang produk
dengan cara tertentu. Menurut Simamora (2003) niat berperilaku (behavior
intentions) adalah suatu proporsisi yang menghubungkan diri dengan
tindakan yang akan datang. Menurut Kanuk (2003), niat berperilaku
(behavior intentiosn) adalah frekuensi pembelian atau proporsi pembelian
total dari pembeli yang setia terhadap merek tertentu.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa behavioral
intentions adalah suatu indikasi dari bagaimana orang bersedia untuk
mencoba dan menanamkan kepercayaaan pelanggan terhadap perusahaan
sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri.
13
1.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
14
intentions.
5. Customer satisfaction memiliki
pengaruh signifikan terhadap
behavioral intentions.
3. The Role of 1. Patron Partial Least 1. PDE memiliki pengaruh positif
Patron Dining Dining Squares (PLS) terhadap relationship quality.
Experience and Experience 2. PDE memiliki pengaruh positif
terhadap emotions.
Emotions on 2. Emotions
3. Emotions memiliki pengaruh
Relationship 3. Relationship
positif terhadap relationship
Quality in Chain Quality
quality.
Restaurant 4. Loyalty 4. Relationship quality memiliki
Industry (Ying intentions pengaruh positif terhadap loyalty
Tuan Lo: 2015) intentions.
5. Factors That 1. Food quality Multiple Linier 1. Food quality tidak memiliki
Influence 2. Service Regression pengaruh signifikan terhadap
Customer’s quality Analysis customer satisfaction.
2. Service quality memiliki pengaruh
Intentions To 3. Place
signifikan terhadap customer
Revisit Cafe: Case 4. Price
satisfaction.
Study Of Siete 5. Promotion
3. Place tidak memiliki pengaruh
Café (Cibro & 6. Physical signifikan terhadap customer
Hudrasyah, evidence satisfaction.
2017). 7. Customer 4. Price tidak memiliki pengaruh
satisfaction signifikan terhadap customer
8. Revisit satisfaction.
intention 5. Promotion tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap
customer satisfaction.
6. Physical evidence memiliki
pengaruh signifikan terhadap
customer satisfaction.
7. Customer satisfaction memiliki
pengaruh signifikan terhadap
revisit intention.
6. Influence of Age 1. Service Regression 1. Service quality memiliki
on Customer quality analysis pengaruh positif terhadap
Dinning 2. Food quality customer satisfaction.
Experience 3. Menu 2. Food quality memiliki pengaruh
15
Factors in US 4. Ambience positif terhadap customer
Japanese and satisfaction.
Restaurants convenience 3. Menu memiliki pengaruh
(Johnny Sue 5. Price and positif terhadap customer
Reynolds & value satisfaction.
Jaesun Hwang, 6. Customer 4. Ambience and convenience
2006) satisfaction memiliki pengaruh positif
terhadap customer satisfaction.
5. Price and value memiliki
pengaruh positif terhadap
customer satisfaction.
7. Pengaruh Food 1. Food Quality Regression 1. Food quality memiliki pengaruh
Quality, Dining 2. Dining analysis positif terhadap kepuasan
Atmosphere, dan Atmosphere pelanggan.
Kesesuaian Harga 3. Kesesuaian 2. Dining atmosphere memiliki
Terhadap Harga pengaruh positif terhadap
Kepuasan 4. Kepuasan kepuasan pelanggan.
Pelanggan Cafe Pelanggan 3. Kesesuaian harga memiliki
Ria Djenaka pengaruh positif terhadap
Shining Batu kepuasan pelanggan.
(Titah Salsabilah: 4. Food quality, dining
2018) atmosphere, dan kesesuaian
harga memiliki pengaruh
positif terhadap kepuasan
pelanggan.
8. How Food 1. Food Quality Regression 1. Food quality memiliki pengaruh
Quality, Price, 2. Price analysis positif terhadap customer
Ambiance and 3. Ambiance satisfaction.
Service Quality 4. Service 2. Price memiliki pengaruh positif
Effects Customer Quality terhadap customer satisfaction.
Satisfaction: A 5. Customer 3. Ambiance memiliki pengaruh
study on Satisfaction positif terhadap customer
Nepalese satisfaction.
Restaurants in 4. Service quality memiliki
Finland (Dipesh pengaruh positif terhadap
Karki: 2018) customer satisfaction.
16
9. Service quality, 1. Service Regression 1. Service quality memiliki
customer Quality analysis pengaruh positif terhadap
satisfaction, and 2. Perceived customer satisfaction.
behavioral Value 2. Perceived value tidak Service
intentions in fast- 3. Food Quality quality memiliki pengaruh
food restaurants 4. Customer positif terhadap customer
(Hong Qin and Satisfaction satisfaction.
Victor R. 5. Behavioral 3. Food quality memiliki
Prybutok: 2009) Intentions pengaruh positif terhadap
customer satisfaction.
4. Customer satisfaction memiliki
pengaruh positif terhadap
behavioral intentions.
10. Effects of 1. Food Quality Regression 1. Food quality memiliki
customers’ café 2. Service analysis pengaruh positif terhadap
experience on Quality customer satisfaction.
their perceptions 3. Ambiance 2. Service quality memiliki
of value for 4. Value for pengaruh positif terhadap
money, Money customer satisfaction.
satisfaction, and 5. Customer 3. Ambiance memiliki pengaruh
loyalty Satisfaction positif terhadap customer
intentions: A case 6. Loyalty satisfaction.
of the Auckland Intentions 4. Value for money tidak
café industry memiliki pengaruh positif
(Miao Zhang: terhadap customer
2017 satisfaction.
5. Customer satisfaction memiliki
pengaruh positif terhadap
loyalty intentions.
17
Hubungan antara food quality, service quality, dining atmosphere,
price, dan customer satisfaction terhadap behavioral intentions digambarkan
ke dalam suatu kerangka penelitian sebagai berikut :
Food
Quality
H1
Service
Quality H2
H5 Behavioral
Customer
Intentions
Satisfaction
H3
Dining
Atmosphere
H4
Price
Tabel 1.1
Kerangka Penelitian
18
.8.1. Pengaruh food quality terhadap customer satisfaction
Hasil penelitian dari Ivyanno U. Canny (2014) dan Dipesh Karki (2018)
membuktikan adanya pengaruh food quality terhadap customer satisfaction
oleh pelanggan restoran. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengajukan
hipotesis awal penelitian sebagai berikut:
19
Malik (2012) mengukur kesenjangan antara ekspektasi layanan dan
persepsi layanan pelanggan dalam kaitannya dengan layanan yang diberikan
oleh industri makanan dan memeriksa dampak pada kepuasan mereka.
Temuannya menegaskan bahwa service quality memiliki pengaruh positif
pada kepuasan pelanggan. Ahmed et al (2010), menemukan hubungan yang
signifikan dan positif antara empat dimensi service quality (bukti fisik,
keandalan, daya tanggap dan jaminan) dan kepuasan pelanggan. Oleh
karena itu karyawan adalah pusat dari mana pelanggan menilai keseluruhan
tingkat kinerja pelayanan (Ha dan Jang, 2010: 521). Para penyedia jasa
makanan akan selalu mengajarkan karyawannya untuk bersikap baik, cepat,
dan ramah kepada pelanggannya untuk memberikan kesan yang positif
dibenak mereka.
20
Petzer and Mackey (2014) menyatakan bahwa dining atmosphere
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan karena dining
atmosphere akan menciptakan suasana makan yang nyaman dan sesuai
dengan harapan pelanggan dalam menikmati suatu hidangan makan,
perasaan nyaman tersebut kemudian akan membuat pelanggan betah
berlama-lama dalam café sehingga menimbulkan kepuasan pada pelanggan.
Kotler (2009:138) memberikan definisi kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang
dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka.
satisfaction.
21
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:345), price adalah sejumlah
uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah nilai yang
ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Bila konsumen melakukan pertukaran
maka akan muncul persepsi atas kepuasan yang dicapai oleh konsumen. Bila
kegunaan (utility) yang diperoleh oleh konsumen dibadingkan dengan uang
yang dibayarkan adalah lebih besar maka konsumen merasa puas karena
barang/jasa yang dibeli itu murah.
22
K. Ryu dan H. Han (2010), customer satisfaction sangat penting bagi
keberadaan bisnis apa pun. Kepuasan pelanggan dianggap sebagai penentu
sikap pasca pembelian dan mencerminkan hasil positif atau negatif, yang
berasal dari pengalaman pribadi konsumen. Menurut H. Lee, and W. Kim
(2012), menjelaskan niat perilaku sebagai kemungkinan pelanggan untuk
mengunjungi kembali di masa depan dan merekomendasikan restoran
tersebut kepada yang lain.
23
.9.1. Bentuk Penelitian
dianalisis. Menurut Sugiyono (2015, 23) data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka, atau data kuantitatif yang diangkakan (scoring). Data dapat
berupa angka atau skor dan biasanya diperoleh dengan menggunakan alat
dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan
sasaran untuk mendapatkan suatu data. Adapun obyek penelitian ini adalah
Silol Kopi & Eatery. Sedangkan subjek penelitian menurut Arikunto (2001,
24
subjek penelitian harus ditata sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan
data. Dengan demikian subyek pada penelitian ini adalah pelanggan yang
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
sampel dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema dan objek penelitian.
Kriteria yang dipilih dalam penelitian ini adalah kalangan muda berusia 18-25
tahun yang pernah melakukan pembelian di Silol Kopi & Eatery. Hal ini
25
dilakukan dengan pertimbangan agar pelanggan dapat memberikan jawaban
jika subjeknya kurang dari 100 orang maka diambil semuanya, jika subjeknya
besar atau lebih dari 100 orang maka diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
150 responden.
26
Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel penelitian yang
Tabel 1.2
27
ramah dan sopan
kepada saya.
1. Tata ruang di Silol Skala Likert
memungkinkan saya
Dining atmosphere untuk bergerak Sangat tidak setuju (1)
melalui visual, Tidak setuju (2)
dengan mudah.
penataan, cahaya, Netral (3)
2. Design interior dan Setuju (4)
musik dan aroma yang eksterior menarik Sangat setuju (5)
dapat menciptakan secara visual bagi
lingkungan pembelian saya.
Dining Atmosphere yang nyaman sehingga 3. Suasana di Silol
dapat mempengaruhi membuat saya
persepsi dan emosi nyaman.
konsumen untuk 4. Silol memiliki
melakukan pembelian. lingkungan yang
(Levy and Weitz, 2001) bersih.
28
kepuasan mereka (Yan diberikan.
dan Chau, 2013) 4. Saya senang
mengunjungi Silol.
Behavioral intentions 1. Saya akan Skala Likert
sebagai kemungkinan merekomendasikan
pelanggan untuk Silol kepada orang Sangat tidak setuju (1)
Behavioral Intentions mengunjungi kembali lain. Tidak setuju (2)
di masa depan dan 2. Saya akan Netral (3)
merekomendasikan mempertimbangkan Setuju (4)
restoran tersebut mengunjungi Silol di Sangat setuju (5)
kepada yang lain. (H. masa depan.
Lee & W. Kim, 2012) 3. Saya akan mengatakan
hal positif tentang Silol
kepada orang lain.
Dalam penelitian ini penulis Ivyanno U. Canny (2014) dan Ying Tuan
pada tahun 2014 dan 2015. Kuesioner dibagi ke dalam dua bagian sebagai
berikut :
29
penghasilan dalam satu bulan, frekuensi mengunjungi Silol Kopi &
1. Uji Validitas
sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
membandingkan nilai rata-rata r hitung dengan r tabel. Jika r hitung > 5% atau
0,05 tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid dan sebaliknya jika r
hitung < 5% atau 0,05 tabel maka alat ukur yang digunakan tidak valid.
30
Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan korelasi item
total yang penulis kutip dari Ety Rochaety (2007:47) dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
r = Korelasi
n = Ukuran sampel
2. Uji Reliabilitas
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
pengukur sama. Reliabilitas dapat melihat sejauh mana hasil pengukuran dapat
31
Uji reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Alpha
Cronbach (α) yang penulis kutip dari Ety Rochaety dalam bukunya yang berjudul
Dimana:
1. Analisis Deskriptif
sebagai berikut:
32
F
p= x 100 %
N
Keterangan :
P : Persentase
N : Jumlah responden
Y =α +bX
Keterangan:
Y = behavioral intentions
a = Konstanta atau bila harga X = 0
b = koefisien regresi
X = customer satisfaction
a. Uji F
33
perubahan behavioral intentions maka digunakan uji F. Pada uji F akan diperoleh
a) Menentukan Ho dan Ha
Ho : β = 0
Ha : β ≠ 0
behavioral intentions.
b) Penerimaan Ho dan Ha
b. Uji t
34
intentions digunakan uji t. Pada uji t akan diperoleh informasi mengenai arah
oleh nilai koefisien regresi (beta). Langkah – langkah uji t adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : β = 0
intentions.
Ha : β ≠ 0
2) Penerimaan Ho dan Ha
Analisis regresi linier sederhana akan dilakukan dengan bantuan software SPSS.
Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk menguji :
35
a. Pengaruh food quality, service quality, dining atmosphere, dan price
regresi yang memiliki satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Keterangan :
Y = Variabel dependen
a = Intersep
a. Uji F
36
Uji hipotesis berganda bertujuan untuk menguji apakah semua variabel
1) Menentukan Ho dan Ha :
b. Uji T
37
Uji hipotesis berganda bertujuan untuk menguji apakah masing-masing variabel
dependen.
1) Menentukan Ho dan Ha :
Analisis regresi linier berganda akan dilakukan dengan bantuan software SPSS.
b. Sistematika Penulisan
38
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini berisi landasan teori antara lain food quality, service quality, dining
atmosphere, price, customer satisfaction, dan behavioral intentions. Pada bab dua
juga dipaparkan mengenai penelitian terdahulu, hipotesis penelitian dan kerangka
penelitian.
Pada bab ini berisi bentuk penelitian, obyek, subyek, tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, definisi operasional, indikator dan skala pengukuran, metode
pengumpulan data, metode pengujian instrument penelitian dan metode analisis
data.
Pada bab ini berisi analisis data dan pembahasan dari data yang telah dikumpulkan
melalui penyebaran kuesioner.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi manajerial, saran dan
keterbatasan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
39
Andaleeb, S.S. and Conway, C. (2006), “Customer satisfaction in the restaurant
industry: an examination of the transaction-specific model”, The Journal of
Services Marketing, Vol. 20 No. 1, pp. 3-11.
Bell, J., Gilbert, D., Lockwood, A., 1997. Service quality in food retailing operations:
a critical incident analysis. Int. Rev. Retail Distrib. Consum. Res. 7 (4), 405–423.
Ferre, Marie. 1978. What is Food Quality. Journal of Food Distribution Research.
34-36.
Ghozali, 2014. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
UNDIP , Semarang.
Ha, J. and Jang, S. 2010. Effects of service quality and food quality: The moderating
role of atmospherics in an ethnic restaurant segment. International Journal of
Hospitality Management, 29(3): 520-529.
Hanaysha, Jalal. 2016. Testing The Effect of Food Quality, Price Fairness and
Physical Environment On Customer Satisfaction In Fast Food Restaurant
Industry. Asian Economic and Social Society, Vol.6, pp. 31-40.
K. Ryu and H. Han, “The Influence of the Quality of Food, Service, and Physical
Environment on Customer Satisfaction and Behavioral Intention in Quick-Casual
Restaurants: Moderating Role of Perceived Price,” Journal of Hospitality &
Tourism Research, vol. 34, no. 3, pp. 310-329, 2010.
Levy, Michael and Barton A. Weitz. 2001. Retailing Management. New York:
40
McGraw Hill.
Mowen. John dan Jerry. C. Olson 2002 Perilaku Konsumen. Terjemahan: Lina Salim.
Jakarta: Erlangga
Olorunniwo, F., Hsu, M.K., Udo, G.J., 2006. Service quality, customer satisfaction,
and behavioral intentions in the service factory. J. Serv. Mark. 20 (1), 59–72.
Petzer, Daniel and Mackey, Nedia. 2014. Dining Atmospherics and Food and Service
Quality as Predictors of Customer Satisfaction at Sit-Down Resturants.African
Journal of Hospitality, Tourism and Leisure, Vol.3 (2).
Potter, Norman and Joseph, H. Hotchkiss. 1995. Food Science. New York:
Champman and Hall.
Rozekhi, A.N, Shahrill H., Ashraf Siddik K., Putri Dahlia, Noor S. 2016. The
Influence of Food Quality on Customer Satisfaction in Fine Dining Restaurant:
Case in Penang. International Academic Research Journal of Business and
Technology. 2(2), Page 45-50.
Tjiptono, Fandy dan Gregorious, Chandra. 2011. Service, Quality and Satisfaction.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Zeithaml, A. Valarie and M.J Bitner, Dwayne D. Gremler. 2006. Service Marketing.
Singapore: McGraw Hill.
41