Anda di halaman 1dari 15

ELEMEN MESIN

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Elemen Mesin

Oleh :

Renaldi

Parrangan

D021191061

PROGRAM STUDI

TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020

Page 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas izi - Nya saya dapat membuat makalah Elemen
Mesin yaitu, Poros / Shaft, Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam teknik mesin poros / shaft banyak digunakan bersamaan dengan komponen mesin
yang berputar seperti roda gogi, pulley, dan sprocket. Sebagai mahasiswa teknik kita harus
mengetahui secara mendalam tentang poros / shaft agar kita dapat memahami dengan benar apa
 bila akan membuat, memperbaiki, memasang elemen mesin yang berhubungan dengan shaft.

Oleh karena itu, kami ditugaskan untuk membuat makalah ini dengan tujuan agar dapat
mendapatkan pengetahuan tentang poros lebih banyak, tidak hanya di bangku kuliah saja.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi saya pribadi dan bagi pembaca.
Tidak lupa kritik dan saran yang membangun agar saya dapat menyusun makalah lebih baik
lagi.

Makassar, 22 September 2020

 penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ 2

BAB 1 PERANCANGAN POROS DAN AKSESORISNYA...............................................4

1.1. POROS............................................................................................................................. 4
1.2. PEMBEBANAN POROS.................................................................................................8
1.3. PEMASANGAN DAN KONSENTRI TEGANGAN......................................................9
1.4. MATERIAL POROS........................................................................................................10
1.5. DAYA POROS................................................................................................................. 10
1.6. PERANCANGAN POROS..............................................................................................11
1.7. PASAK............................................................................................................................ 12

BAB 2 PENUTUP................................................................................................................. 14

2.1. KESIMPULAN............................................................................................................... 14
BAB 1
PERANCANGAN POROS DAN AKSESORISNYA

1.1 POROS

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana
terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen
 pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban
 puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward
Shigley, 1983)

Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran mesin.
Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol
kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau
dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.

Contoh sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda kereta api, As gardan, dan
lain-lain.

Untuk merencanakan sebuah poros, perlu diperhitungkan gaya yang bekerja pada poros
di atas antara lain: gaya dalam akibat beratnya (W) yang selalu berpusat pada titik gravitasinya.
Gaya (F) merupakan gaya luar arahnya dapat sejajar dengan permukaan benda ataupun
membentuk sudut α dengan permukanan benda. Gaya F dapat menimbulkan tegangan pada
 poros, karena tegangan dapat rimbul pada benda yang mengalami gayagaya. Gaya yang timbul
 pada benda dapat berasal dari gaya dalam akibat berat benda sendiri atau gaya luar yang
mengenai benda tersebut. Baik gaya dalam maupun gaya luar akan menimbulkan berbagai
macam tegangan pada kontruksi tersebut.

A. Macam-macam poros

1.Berdasarkan Jenis Pembebanannya

a. Gandar

Gandar merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir, fungsinya hanya sebagai
 penahan beban, biasanya tidak berputar. Contohnya seperti yang dipasang pada roda-roda
kereta barang, atau pada as truk bagian depan.

 b. Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, di mana beban
utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

c. Poros Transmisi

Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin
ke elemen mesin yang lain. Poros transmisi mendapat beban puntir murni atau puntir dan
lentur yang akan meneruskan daya ke poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau
sproket rantau, dan lain-lain.

B. Berdasarkan Bentuknya

1. Poros Lurus

Poros

Engkol

Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah gerakan naik
turun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang kecil sampai yang sedang
 biasanya dibuat dari satu bahan yang ditempa kemudian dibubut, sedangkan yang besar-
 besar dibuat dari beberapa bagian yang disambung-sambung dengan cara pengingsutan.

Didalam praktek dikenal 2 macam poros engkol yaitu :


a. Poros Engkol Tunggal

Poros ini terdiri dari sebuah poros engkol dan sebuah pen engkol. Kedua-duanya diikat
menjadi satu oleh pipi engkol yang pemasangannya menggunakan cara pengingsutan.
Pipi engkol biasanya dibuat daripada baja tuang, sedangkan pen engkolnya dari pada baja
St.50 atau St.60. jarak antara sumbu pen engkol dengan sumbu poros engkol adalah
setengah langkah torak.

 b. Poros Engkol Ganda

Poros engkol ini mempunyai 2 buah pipi engkol terdiri dari satu bahan sedang
 pemasangan poros engkolnya adalah dengan sambungan ingsutan. Poros-poros engkol
ini bahan dibuat dari besi tuang khusus. Disamping harga pembuatannya lebih ringan,
 besi tuang itu mempunyai sifat dapat menahan getaran-getaran.

C. Perencanaan

Hal-hal penting dalam perencanaan poros sebagai berikut ini perlu diperhatikan

: 1. Kekuatan poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur (bending
moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur.
Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya : kelelahan,
tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun
 penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman
untuk menahan beban-beban tersebut.

2.Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam menahan
 pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh
karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan
 poros tersebut.

3.Putaran kritis

Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin
tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan
putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat
terjadi
 pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan
 poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari
 putaran

kritisnya, 4.

Korosi

Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat
mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada pompa air. Oleh
karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang tahan korosi perlu
mendapat prioritas utama.

5. Material poros

Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya
dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case hardening)
sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom
nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll. Sekalipun demikian, baja paduan
khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan
yang berat saja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat
treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.

D. Perhitungan pada Poros


Pada poros yang menderita beban puntir dan beban lentur sekaligus, maka pada
 permukaan poros akan terjadi tegangan geser karena momen puntir dan tegangan lentur
karena momen lengkung, maka daya rencana poros dapat ditentukan denan rumus:

Dimana

Pd = daya rencana (kW)

Fc = factor koreksi

P = daya nominal motor penggerak (kW)

Jika momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T (kg.mm) maka:

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros d (mm), maka tegangan
geser (kg.mm2) yang terjadi adalah:

Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen
 puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban lentur dimasa
mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur maka dapat
dipertimbangkan pemakaian factor Cb yang harganya antara 1,2-2,3.(jika tidak diperkirakan
akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil = 1,0).

Dari persamaan diatas diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros

Perhitungan putaran kritis

Dimana :

W = berat beban yang

berputar l = jarak anatara

bantalan

E. Beban Pada Poros

. a. Poros dengan Beban Puntir

Daya dan perputaran, momen puntir yang akan dipindahkan oleh poros dapat ditentukan
dengan mengetahui garis tengah pada poros.

Apabila gaya keliling F pada gambar sepanjang lingkaran dengan jari-jari r menempuh t
tengah α (dalam radial), maka jarak ini adalah r · , dan kerja yang  jarak melalui
sududilakukan adalah F.
Gaya F yang bekerja pada keliling roda gigi dengan jari-jari r dan gaya reaksi pada poros
sebesar F merupakan suatu kopel yang momennya Mw = F.r. Momen ini merupakan
momen puntir yang bekerja dalam poros.

W = F · r · α = Mw · α

Bila jarak ini ditempuh dalam waktu t, maka daya:

P = W / t = Mw · α t = Mw · ω

di mana ω ialah kecepatan sudut poros. Jadi, momen puntirnya:

Mw = ω P

 b. Poros dengan Beban Lentur Murni

Poros dengan beban lentur murni biasanya terjadi pada gandar dari kereta tambang dan
lengan robot yang tidak dibebani dengan puntiran, melainkan diasumsikan mendapat
 pembebanan lentur saja. Meskipun pada kenyataannya gandar ini tidak hanya mendapat
 beban statis, tetapi juga mendapat beban dinamis.

Jika momen lentur M1, di mana beban pada suatu gandar diperoleh dari 1 2 berat
kendaraan dengan muatan maksimum dikurangi berat gandar dan roda, tegangan lentur
yang diizinkan adalah σa, maka diameter dari poros adalah:

c. Poros dengan Beban Puntir dan Lentur

Poros dengan beban puntir dan lentur dapat terjadi pada puli atau roda gigi pada mesin
untuk meneruskan daya melalui sabuk, atau rantai. Dengan demikian poros tersebut
mendapat beban puntir dan lentur akibat adanya beban. Beban yang bekerja pada poros
 pada umumnya adalah beban berulang. Jika poros tersebut mempunyai roda gigi untuk
meneruskan daya besar, maka kejutan berat akan terjadi pada saat mulai atau sedang
 berputar. Selain itu beban punter dan lentur juga terjadi pada lengan arbor mesin frais,
terutama pada saat pemakanan.

1.2 Pembebanan Poros

Pada prinsipnya, pembebanan pada poros ada 2 macam, yaitu puntiran karenabeban torsi dan
 bending karena beban transversal pada roda gigi, puli atau sproket. Beban yang terjadi juga bisa
merupakan kombinasi dari keduanya. Karakter pembebanan yang terjadi bisa konstan, bervariasi
terhadap waktu, maupun kombinasi dari keduanya. Perbedaan antara poros dan as (axle) adalah
 poros meneruskan momen torsi (berputar), sedangkan as tidak. Pada pembebanan konstan
terhadap waktu, tegangan yang terjadi pada as dengan roda gigi atau puli yang berputar pada
 bantalan terhadap as tersebut adalah tegangan statik. Pada poros yang dibebani dengan bending
steady akan terjadi tegangan fully reversed seperti pada gambar 7.1(a). Tegangan yang terjadi
karena beban bending maupun torsi bisa fully reversed,  repeated ataupun  fluctuating,  seperti
 pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Macam tegangan yang bervariasi terhadap waktu


1.3 Pemasangan dan Konsentrasi Tegangan

Untuk mengakomodasi pemasangan komponen seperti bantalan, sproket, roda gigi dan lain-lain,
 poros dibagi menjadi beberapa  step dengan diameter yang berbeda, seperti ditunjukkan pada
gambar 1.2

.
Gambar 1.2 Berbagai macam cara pemasangan komponen pada poros

Page 9
Pasak (key),  snap ring dan cross pin  berfungsi untuk mengamankan posisi elemen mesin yang
terpasang untuk bisa mentransmisikan torsi dan untuk mengunci elemen mesin tersebut pada
arah aksial. Pemasangan komponen pada poros dan adanya step akan mengakibatkan terjadinya
konsentrasi tegangan. Penggunaan pasak dan pin untuk menahan elemen mesin bisa digantikan
dengan memanfaatkan gesekan. Salah satunya adalah clamp collar . Split collar adalah tipe lain
dari clamp collar yang menggunakan ulir. Selain itu juga bisa digunakan suaian press dan shrink.
Tetapi pemanfaatan gesekan ini masih juga menimbulkan konsentrasi tegangan.

Taper pin standar juga sering digunakan untuk memasang elemen mesin pada poros, seperti
untuk memasang  sheave. Pin ini terpasang pada lubang dan dikunci dengan memanfaatkan
gesekan antara permukaan pin dengan permukaan lubang. Pemasangan taper pin harus di tempat
dimana momen bendingnya kecil, untuk menghindari konsentrasi tegangan.  Rolling element
bearing dipasang pada frame dan poros dengan memanfaatkan suaian press. Dibutuhkan step
 pada poros untuk menahan bearing. Snap ring digunakan untuk mencegah pergerakan aksial
 poros terhadap bearing. Keuntungan penggunaan pasak adalah mudah untuk dipasang dan
ukurannya telah distandarkan berdasar diameter poros. Pasak juga terpasang pada lokasinya
secara akurat (‟ phasing‟  ), mudah dilepas dan diperbaiki. Kekurangan penggunaan pasak adalah
tidak bisa menahan pergerakan aksial dan memungkinkan terjadinya ‟backlash‟, karena adanya
clearance antara pasak dengan poros.

Taper pin meneruskan torsi dengan baik dan bisa menahan pergerakan aksial dan radial, tetapi
memperlemah poros. Pelepasannya dari poros lebih sulit dari pada pasak. Clamp collar mudah
dipasang, tetapi sulit untuk memasang lagi pada posisinya. Suaian press adalah hubungan
semipermanen, sehingga untuk memasang dan melepasnya diperlukan alat khusus.

1.4 Material Poros

Baja sering digunakan karena modulus elastisitasnya tinggi, sehingga ketahannya terhadap
defleksi tinggi. Besi cor dan besi nodular digunakan ketika gear atau komponen lain terintegrasi
 pada poros. Perunggu dan stailess steel digunakan di laut atau pada kondisi korisif lainnya.
Through atau case hardened steel sering digunakan pada poros yang digunakan juga sebagai
 jurnal pada sleeve bearing. Kebanyakan poros terbuat dari baja karbon rendah dan medium yang
dirol panas (hot rolled) maupun dingin (cold rolled). Ketika diperlukan kekuatan yang lebih
tinggi, bisa digunakan baja paduan. Cold rolled sering digunakan pada poros diameter kecil
(sampai diameter 3 in.), sedangkan hot rolled untuk diameter yang lebih besar. Untuk material
yang sama, sifat mekanik pada cold rolled lebih besar, tetapi akan terjadi tegangan sisa pada
 permukaan. Alur pasak, groove dan step akan melokalisasi adanya tegangan sisa dan akan
mengakibatkan „warping ‟  . Permukaan poros yang di roll panas harus dimesin untuk
menghilangkan karburizing pada permukaan, sedangkan permukaan yang di roll dingin
dibiarkan, kecuali pada bagian dispesifikasikan pada perancangan, seperti untuk tempat bantalan
dll.

1.5 Daya Poros

Page 10
Daya instan yang ditransmisikan poros adalah hasil perkalian torsi T dengan kecepatan sudut ω
(ω dalam radian per satuan waktu), yaitu :
 P = Tω 

Pada mesin yang beroperasi dengan torsi atau kecepatan sudut bervariasi terhadap waktu, daya
rata-ratanya adalah :
 Pavg = Tavg ωavg

1.6 Perancangan Poros

Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada perancangan poros.
Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besar akan mempercepat keausan
 bantalan dan mengakibatkan terjadinya misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan
 pada poros bisa dihitung hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan
 penampang poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus diketahui terlebih
dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam merancang poros, pertama kali yang
dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru kemudian menghitung defleksi berdasar
geometri yang telah ditentukan. Perancangan poros juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi
 poros (pada pembebanan bending dan torsi) terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu.
Jika frekuensi pembebanan mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi, sehingga
timbul getaran, tegangan dan defleksi yang besar.

Aturan umum perancangan poros :


A. Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek mungkin dan
meminimalisasi keadaan „overhang‟  ,
B. Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan mengusahakan tumpuan
sederhana, kecuali karena tuntutan perancangan. Hal ini karena batang kantilever akan
terdefleksi lebih besar,
C.Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa (kekakuan spesifik) lebih
baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada poros pejal, tetapi harganya akan lebih
mahal dan diameter akan lebih besar,
D. Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen bending yang besar
 jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya dengan cara menambahkan fillet dan
relief. 
E.Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah baik untuk
digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga yang lebih murah dan pada
 poros yang dirancang untuk defleksi, tegangan yang terjadi cenderung kecil,
F.Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh melebihi 0.005 inch
dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang dari 0.03 º.
G. Jika digunakan plain bearing,  defleksi poros pada arah sepanjang bantalan harus kurang dari
tebal lapisan oli pada bantalan,
H. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing,  defleksi sudut poros pada
 bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,
I.Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust bearing untuk setiap arah
gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada beberapa thrust bearing karena ekspansi
termal pada poros akan mengakibatkan overload pada bantalan.
J.Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi ketika gaya terbesar yang
diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin besar akan semakin baik, tetapi akan
semakin sulit untuk dicapai.

Perancangan Poros untuk Fully Reversed Bending dan Steady TorsionPembebanan ini termasuk
kasus fatigue multiaksial sederhana. Metode ASME Standar ANSI/ASME untuk Perancangan
 poros transmisi dipublikasikan sebagai B106.1M-1985. Pendekatan ASME mengasumsikan
 pembebanan adalah bending fully reversed (komponen bending rata-rata adalah nol) dan steady
torque (komponen torsi alternating adalah nol)  pada kondisi yang mengakibatkan tegangan di
 bawah kekuatan yield torsional material. Banyak poros yang masuk dalam kategori ini.
Digunakan kurva elips dengan memasukkan ketahanan bending (bending endurance strength)
 pada sumbu σa dan kekuatan yield tarik pada sumbu σm sebagai batas kegagalan. Kekuatan yield
tarik didapat dari kriteria Von Misses.

Perancangan Poros untuk Fluctuating Bending dan Fluctuating torsion Jika beban torsi tidak
konstan, komponen alternating akan mengakibatkan tingkat tegangan multiaksial kompleks.
Pendekatan dilakukan dengan kriteria von Misses. Untuk tujuan perancangan, yaitu mencari
diameter poros yang dibutuhkan, dengan asumsi komponen alternating dan rata-rata dijaga pada
rasio yang konstan, gaya aksial pada poros sama dengan nol.

1.7 Pasak (Key) dan Alur Pasak (Key Way)

Menurut ASME, definisi pasak adalah “demountable elemen mesin yang ketika dipasang pada
alurnya, mempunyai kegunaan untuk mentransmisikan torsi antara poros dan hub.” Standar
 pengelompokan pasak berdasarkan bentuk dan dimensinya. Pasak  paralel  berpenampang segi
empat dengan tinggi dan lebar konstan pada arah memanjang Pasak miring mempunyai lebar
konstan dengan tinggi
 bervariasi secara linier pada arah memanjang dengan kemiringan 1/8 inch per foot dan
dipasang pada alur miring sampai terkunci. Ada 2 macam pasak miring, yaitu pasak
miring tanpa kepala dan dengan kepala gib Pasak woodruff berbentuk
setengah lingkaran dengan lebar konstan, dipasang pada alur pasak yang juga berbentuk
setengah lingkaran Pasak miring bisa langsung mengunci gerakan aksial, sedangkan pada pasak
 paralel atau woodruff,  perlu ditambahkan alat untuk mengunci, seperti retaining ring atau clamp
collar.

Page 12
Gambar 1.3 Macam pasak

Pasak Paralel (Parallel Keys)


Pasak jenis ini paling sering digunakan. ANSI mendefinisikan dimensi penampang dan
kedalaman alur pasak sebagai fungsi diameter poros di mana alur pasak berada. Pasak yang
digunakan untuk poros diameter kecil . Setengah bagian pasak paralel dipasang masuk pada
 poros dan setengah sisanya dipasang pada hub, Pasak paralel biasanya dibuat dari batang yang
diroll dingin dengan toleransi negative (dimensi sebenarnya selalu lebih kecil dari dimensi
nominal). Pada pembebanan torsi alternating, dengan torsi positif ke negatif tiap siklusnya,
suaian pasak harus diperhatikan. Adanya clearance akan mengakibatkan backlash dan beban
impak. Untuk menghilangkan efek backlash, digunakan  setscrew (skrup pengencang) dan
dipasang pada hub, 90° terhadap pasak. Setscrew ini akan menahan pergerakan hub secara aksial
dan menghindarkan pasak dari backlash. Standar ASME untuk setscrew. Untuk mencegah
terpuntirnya pasak karena adanya defleksi pada poros, panjang pasak harus lebih kecil dari 1.5
kali diameter poros. Jika diinginkan lebih kuat, bisa digunakan 2 buah pasak.

Pasak Miring (Tapered Keys)


Lebar pasak miring untuk diameter tertentu sama dengan pasak paralel. Kemiringan dan dimensi
kepala gib distandarkan. Kemiringan dimanfaatkan sebagai pengunci terhadap gerakan aksial
dengan memanfaatkan adanya gesekan antar permukaan. Kepala gib digunakan untuk melepas
 pasak dengan cara menariknya ketika tidak dimungkinkan mendorong bagian pasak yang kecil,
karena tidak bisa dijangkau. Karena pemasangan pasak miring pada satu sisi, sehingga terjadi
clearance pada satu sisi, maka dimungkinkan terjadinya eksentrisitas antara hub dan pasak.

Pasak Woodruff (Woodruff Keys)


Pasak jenis ini digunakan pada poros ukuran kecil dan  „self-aligning‟  , sehingga sering digunakan
 pada poros miring. Pemasangan pasak jenis ini pada hub sama seperti pasak paralel, yaitu
setengah bagiannya. Bentuk setengah lingkaran memungkinkan pasak masuk lebih dalam pada
alur pasak, sehingga akan lebih sulit untuk terguling, tetapi lebih lemah jika dibandingkan
dengan pasak paralel. Lebar pasak woodruff adalah fungsi diameter poros, seperti pada pasak
 paralel. Standar yang sering digunakan adalah standar ANSI. Pada standar ANSI, digunakan
 penomororan pasak untuk tiap ukuran. Diameter pasak nominal ditunjukkan oleh 2 digit terakhir
dibagi 8 (dalam inch). Lebar pasak nominal ditunjukkan oleh digit yang mendahului 2 digit
terakhir dibagi 32 (dalam inch). Contohnya, pasak nomor 808, diameter nominalnya adalah
8/8=1 inch, lebarnya adalah 8/32=1/4 inch.

Page 13
BAB 2 PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Poros transmisi (transmission shaft ) atau sering hanya disebut poros ( shaft )digunakan
 pada mesin rotasi untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Poros mentransmisikan torsi dari driver (motor atau engine) ke driven. Komponen mesin yang
sering digunakan bersamaan dengan poros adalah roda gigi, puli dan sprocket

Pada prinsipnya, pembebanan pada poros ada 2 macam, yaitu puntiran karenabeban torsi
dan bending karena beban transversal pada roda gigi, puli atau sprocket.

Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada perancangan
 poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besar akan mempercepat
keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai.

 pasak adalah “demountable elemen mesin yang ketika dipasang pada alurnya, mempunyai
kegunaan untuk mentransmisikan torsi antara poros dan hub.” Standar pengelompokan pasak
 berdasarkan bentuk dan dimensinya. Pasak paralel berpenampang segi empat dengan tinggi dan
lebar konstan pada arah memanjang Pasak miring mempunyai lebar konstan dengan tinggi

Anda mungkin juga menyukai