Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN SECTIO SESARIA (SC)

Disusun Oleh:
BAGUS INDRA PRATAMA
2014901110013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN SECTIO SESARIA (SC)

A. Definisi
Secsio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).

Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin,
2006).

Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan
ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati
cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal.

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya


perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim.
Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya
jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
Dari beberapa faktor penyebab sectio caesarea
B. Mekanisme Fisiologis
sebagai berikut :
Cefalo Pelvic Disproposi 1. KPD (Ketuban Pecah Dini)
2. Janin Besar (Makrosomia) atau Kelainan Letak
Sectio Sesaria Janin
3. Faktor hambatan jalan lahir
Post Operasi sc 4. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Post Ansestasi Spinal Luka Post Operasi Nifas

Penurunan saraf Penurunan saraf Jaringan Jaringan Uterus Laktasi Psikologis


ekstermitas Bawah otonom terputus terbuka (Taking in, taking
hold, taking go)
Kontraksi Progesteron dan
Kelumpuhan Penurunan Merangsang Proteksi uterus esterogen menurun
saraf area sensorik kurang Perubahan
Cemas vegetatif motorik psikologis
Mobilitas Prolaktin meningkat
Invasi Adekuat Tidak Adekuat
Penurunan Nyeri bakteri Penambahan
peristaltik anggota baru
usus Pertumbuhan kelenjar
Pengelupasan Atonia uretri susu terangsang
Resti desidua
infeksi Kebutuhan
Resiko meningkat
Konstipasi Perdarahan Isapan bayi
Lochea
Perubahan
Hipovolemik Anemi Oksitosin meningkat pola peran

Kekurangan HbO2 Ejeksi ASI


volume cairan menurun

Adekuat Tidak adekuat


Metabolisme anaerob
ASI keluar ASI tidak keluar
Asam laktat meningkat
Efektif Inefektif laktasi
laktasi
Suplai O2 ke jaringan menurun Kelelahan Kurang pengetahuan
perawatan payudara

Nekrose Intoleransi aktivitas Menyusui tidak efektif


Etiologi
Menurut Manuaba, 2012 dan Nurarif & kusuma 2015 menyebutkan bahwa etiologi
persalinan SC sebagai berikut:
a. Etiologi yang berasal dari ibu
1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
2) Panggul sempit.
3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
4) Partus lama (prolonged labor).
5) Ruptur uteri mengancam.
6) Partus tak maju (obstructed labor).
7) Distosia serviks.
8) Pre-eklampsia dan hipertensi.
9) Disfungsi uterus.
10) Distosia jaringan lunak
b. Etiologi yang berasal dari janin
1) Letak lintang.
2) Letak bokong.
3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
Jenis-Jenis Sectio Caesaria
Menurut Sarwono, (2009) sectio caesarea dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis,
yaitu
a. Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas uterus
b. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa dengan
teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).
c. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan hysteroktomy
dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra
uterin berat
Pemeriksaan Penunjang :
a. Elektroensefalogram ( EEG ), Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
b. Pemindaian CT, Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI), Menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ), Untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik
atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium, Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler, Hitung
darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematocrit, Panel elektrolit, Skrining
toksik dari serum dan urin, AGD, Kadar kalsium darah, Kadar natrium darah,
Kadar magnesium darah.

C. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan SC


I. Pengkajian
1. Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,
diagnosa medis, no RM dan tanggal masuk rumah sakit). Identitas
penanggung jawab/suami (nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat).
2. Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Keadaan atau apa yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit hepatik, alergi terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita hipertermia malignan atau reaksi
anastesi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi
Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer
atau stasis vaskuler (peningkatan pembentukan trombus).
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor stres
multipel. Dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan
tegangan.
c. Makanan/cairan
Malnutrisi, membran mukosa yang kering, pembatasan puasa
praoperasi.
d. Pernafasan
Adanya kondisi kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Riwayat transfusi darah dan tanda munculnya proses infeksi.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang,
tes Coombs.
b. USG : melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan,
dan presentasi janin.
c. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.
d. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
e. Pelvimetri : menentukan CPD.
f. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.
g. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap
gerakan/stres dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.
h. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau
aktivitas uterus (Doengoes, 2001).
II. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Nyeri Akut
1. Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual dan potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (Internasional Association for the Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari
enam bulan.
2. Batasan karakteristik
Subjektif :
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif :
a. Perubahan autonomik (misalnya : perubahan TD, pernapasan atau
nadi).
b. Tampak luka operasi pada abdomen
c. Prilaku ksprisif (misalnya : gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
yang berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela napas
panjang).
d. Gangguan tidur.
e. Focus menyempit
f. Pucat
3. Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab nyeri (misalnya : biologis, kimia, fisik dan
psikologis).

Diagnosa 2 : Risiko Infeksi


1. Definisi
Berisiko terhadap invasi organism patogen
2. Batasan karakteristik
Adanya insisi pada abdomen
Ada tanda-tanda infesi (dolor, kalor, tumor, rubor dan fungsio lesea)
3. Faktor risiko
a. Kerusakan jaringan
b. Pertahanan primer tidak adekuat (kulit luka, trauma jaringan, penurunan
fungsi silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH, dan gangguan
peristalsis).
Diagnosa 3: Konstipasi
1. Definisi
Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan
atau pengeluaran tidak lengkap feses/ pengeluaran yang kering, keras dan
banyak.
2. Batasan karakteristik
 Nyeri abdomen
 Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
 Anoreksia
 Darah merah pada feses
 Perubahan pola pada defekasi
 Penurunan frekuensi
 Penurunan volume feses
 Distensi abdomen
 Rasa rectal penuh
 Keletihan umum
 Feses keras dan berbentuk
 Sakit kepala
 Bising usus hiperaktif
 Bising usus hipoaktif
 Mual, muntah
 Nyeri pada saat defekasi
 Perkusi abdomen pekak
 Sering flatus
 Tidak dapat mengeluarkan feses
3. Faktor yang berhubungan
a. Fungsional:
- kelemahan otot abdomen
- kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
- ketidakadekuatan toileting
- kurang aktivitas fisik
- kebiasaan defekasi tidak teratur
- perubahan lingkungan saat ini
b. Psikologis
- defresi, stress emosi
- konfusi mental
c. Farmakologis
- antasida mengandung aluminium
- antikolinergik, antikonvulsan
- antidepresan
- agen antilipemik
- garam bismuth
- kalsium karbonat
- penyekat saluran kalsium
- diuretic, garam besi
d. mekanis
- ketidakseimbangan elektrolit
- kemoroid
- gangguan neurologis
- obesitas
- kehamilan
- pembesaran prostat
- abses rectal
e. fisiologis
- perubahan pola makan
- perubahan makanan
- penurunan motilitas traktus gastrointestinal
- dehidrasi
- asupan serat tidak cukup
- asupan cairan tidak cukup
III. Perencanaan
Diagnosa 1 : nyeri akut
1. Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam
nyeri pasien dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut:
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Skala berkurang (0-2)
c. Pasien tanpak rileks
2. Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu
memudahkan tindakan keperawatan.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi
pasien.

b. Penyuluhan pada pasien/keluarga


Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau
dingin, masase dan tindakan pereda nyeri lainnya.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
c. Kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat
yang terjadwal (misalnya : setiap 4 jam selama 36 jam)
atau PCA. Rasional : mengurangi nyeri.
2) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat. Rasional : penanganan dini pada nyeri
yang dirasa pasien.
3) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
Rasional : menentukan tindakan penanganan nyeri lebih
lanjut.
d. Mandiri
1) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
Rasional : lingkungan yang panas, gaduh dan sebagainya
dapat mempengaruhi keadaan pasien yang dapat
berdampak pada rasa nyeri.
2) Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi
nonfarmakologi sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
Rasional : mencegah bertambahnya rasa nyeri yang
dirasakan pasien.

Diagnosa 2 : risiko infeksi


1.3.3.1 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1-5 hari infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
a. Luka kering dan membaik
b. Tanda-tanda infeksi (-)
1.3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Pantau tanda gan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh,
denyut jantung, penanpilan luka, suhu tubuh,lesi kulit,
keletihan dan malaise).
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan
terjadinya infeksi (color).
2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan reaksi terhadap
infeksi (usia dan nutrisi).
Rasional : usia pasien dan kurangnya nutrisi dapat
mempengaruhi terjadinya infeksi.

3) Pantau hasil lab.


Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan
penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin
rendah dan kehilangan darah berlebihan.
4) Amati penampilan praktik hygiene personal untuk
melindungi terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organisme infeksius.

b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga


1) Instruksikan untuk menjaga hygiene untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organisme infeksius.
2) Ajarkan pasien teknik mencuci tanagan yang benar.
Rasional : mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk
mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
c. Kolaborasi
Berikan terapi antibiotic, jika perlu. Rasional : mencegah
terjadinya proses infeksi.
d. Mandiri
1) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang.
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.
2) Bersihkan lingkungan dengan benar.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran
organisme infeksius.
3) Batasi pengunjung, jika perlu.
Rasional : pengunjung yang datang dapat membawa
organisme infeksius karena telah terpapar dengan
lingkungan luar.

Diagnosa 3: Konstipasi
1.3.3.3 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
 Pola BAB dalam batas normal
 Feses lunak
 Cairan dan serat adekuat
 Aktivitas adekuat
 Hidrasi adekuat
1.3.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
 Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi
 Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
 Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien
 Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan
penurunan bising usus
 Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
 Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap
eliminasi
 Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam
waktu yang lama
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
 Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
 Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.
Jakarta : EGC
Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri
social. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, abdul B. 2006. Buku Panduan Praktis pelayanan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Yusmiati, Dewi. 2007. Operasi Caesar Pengantar dari A samapi Z.
Jakarta : Edsa Mahkota

Banjarmasin, Desember 2020

Preseptor Akademik, Ners Muda,

Kristina Yuniarti, Ns., M.Kep Bagus Indra Pratama

Anda mungkin juga menyukai