Nim: 180111100015
1. Menurut saya landasan pembenar penjatuhan pidana berkaitan dengan teori tujuan
pemidanaan dari teori tujuan pemidanaan tersebut lahirlah teori untuk membenarkan
penjatuhan pidana.
dengan - tujuan pemidanaan yang terus berkembang sejak zaman dahulu hingga kini
sudah menjurus ke arah yg lebih rasional. tujuan pemidanaan yg di terapkan dewasa ini,
bukan sebuah pemikiran yang baru, melainkan masih mendapat pengaruh oleh asal
pemikiran - pemikiran para penulis dari beberapa abad yg kemudian. mereka sudah
pernah mengeluarkan pendapat ihwal dasar pembenaran berasal suatu pemidanaan, baik
yang telah melihat pemidanaan Itu semata - mata sebab pemidanaan saja, ataupun yang
sudah mengaitkan pemidanaan itu menggunakan tujuan yang ingin pada capai
menggunakan pemidanaanya itu sendiri.
Tujuan pemidanaan yang berlaku kini yakni variasi asal bentuk - bentuk
penjeraan yang ditujukan pada pelanggar hukum sendiri juga pada mereka yg mempunyai
potensi sebagai penjahat, perlindungan rakyat berasal perbuatan jahat, perbaikan terhadap
penjahat. tujuan pemidanaan yang paling terbaru dewasa ini yaitu memperbaiki syarat
pemenjaraan serta mencari cara lain yg lain yang bukan bersifat pidana dalam
membinaPelanggar hukum.
Berkaitan dengan tujuan pidana, karena itu terdapat 3 golongan teori untuk
membenarkan penjatuhan pidana
2. Pidana penjara dapat dikenakan selama seumur hidup atau selama waktu tertentu, antara
satu hari hingga dua puluh tahun berturut-turut (Pasal 12 KUHP) serta dalam masa
hukumannya dikenakan kewajiban kerja (Pasal 14 KUHP). Pidana penjara dikenakan
kepada orang yang melakukan tindak pidana kejahatan ( Pasal 18 ayat (2) KUHP).
Pidana kurungan dikenakan paling pendek satu hari dan paling lama satu tahun (Pasal
18 ayat (1) KUHP) tetapi dapat diperpanjang sebagai pemberatan hukuman penjara
paling lama satu tahun empat bulan (Pasal 18 ayat (3) KUHP) serta dikenakan kewajiban
kerja tetapi lebih ringan daripada kewajiban kerja terpidana penjara (Pasal 19 ayat
(2) KUHP). Pidana kurungan dikenakan kepada orang yang melakukan tindak pidana
pelanggaran (lihat buku ketiga KUHP tentang Pelanggaran), atau sebagai pengganti
pidana denda yang tidak bisa dibayarkan (Pasal 30 ayat (2) KUHP).
Pidana tutupan ini di tambahkan ke dalam Pasal 10 KUHP melalui UU No. 20 Tahun
1946, yang dimaksudnya sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan
bahwa dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan, yang diancam dengan pidana
penjara karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan
pidana tutupan. Pada ayat 2 dinyatakan bahwa pidana tutupan tidak dijatuhkan apabila
perbuatan yang merupakan kejahatan itu adalah sedemikian rupa sehingga hakim
berpendapat bahwa pidana penjara lebih tepat.
Pidana denda adalah salah satu dari pidana pokok dalam stelsel pidana Indonesia.
Pidana denda adalah merupakan salah satu jenis pidana pokok yang diancamkan dan
terutama ditujukan terhadap harta kekayaan atau harta benda dari seseorang pelaku
karena melanggar ketentuan Undang-undang Hukum Pidana yang berlaku. Di dalam
KUHP, pengaturan pidana denda terdapat dalam Pasal 10 jo. Pasal 30 KUHP.
a Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan peranannya
sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
b Penjatuhan pidana bukan tindak balas dendam Negara.
c Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.
d Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau jahat daripada
sebelum dijatuhi pidana.
e Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan anak didik
harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari
masyarakat.
f Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh
sekedar pengisi waktu luang, juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan dinas atau kepentingan negara sewaktu – waktu saja.
Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan di masyarakat
dan yang menunjang usaha peningkatan produksi.
g Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik
harus berdasarkan Pancasila.
h Narapidana dan anak didik sebagai orang – orang tersesat adalah manusia, dan
mereka harus diperlakukan sebagai manusia.
i Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai
satu – satunya derita yang dialaminya.
j Disediakan dan dipupuk sarana – sarana yang dapat mendukung fungsi
rehabilitasi, korektif dan edukatif dalam sistem Pemasyarakatan.