- Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan metode konstruksi yang
benar atau tidak.
- Meminta laporan progres dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara tertulis.
- MK berhak menegur dan menghentikan jalannya pekerjaan apabila tidak sesuai dengan
kesepakatan.
- Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan mengundang konsultan
perencana, wakil owner dan kontraktor.
- Berhubungan langsung dengan owner atau wakil owner dalam menyampaikan segala
sesuatu di proyek.
- Menyampaikan progres pekerjaan kepada owner langsung.
- Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan spesifikasi kontrak atau
tidak.
- Mengelola, mengarahkan dan mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dalam
aspek mutu dan waktu.
- Mengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh kontraktor.
- Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.
- Selalu meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor agar memenuhi syarat
K3LMP “Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan”.
- Memberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada pekerjaan yang harus dikerjakan
namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat jadwal.
Faktor kesuksesan :
- Pihak – pihak yang terlibat dalam proyek rancang bangun harus mempunyai pemahaman
Faktor kegagalan :
- Tinjauan perencanaan
- Tinjauan ekonomi
- Tinjauan enjinering
- Tinjauan lingkungan
B) Skema organisasi kerja
KETERANGAN :
Wajib terlibat
1. Kemampuan untuk menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika dan
persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan lingkungan
2. Pengetahuan yang memadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni, teknologi dan
ilmu-ilmu pengetahuan manusia.
4. Pengetahuan yang memadai tentang perencanaan dan perancangan kota serta ketrampilan
yang dibutuhkan dalam proses perencanaan itu.
5. Mengerti hubungan antara manusia (dan) bangunan, dan antara bangunan (dan)
lingkungannya, serta (kebutuhan/niat) (meng)hubung(k)an bangunan-bangunan (dengan) ruang
di antaranya untuk kepentingan manusia (dan skalanya).
6. Pengetahuan yang memadai tentang cara mencapai perancangan yang dapat mendukung
lingkungan yang berkelanjutan.
7. Mengerti makna profesi dan peran arsitek dalam masyarakat terutama pada hal-hal yang
menyangkut kepentingan masalah-masalah sosial.
8 Mengerti persiapan untuk sebuah pekerjaan perancangan dan cara-cara pengumpulan data.
10. Pengetahuan yang memadai tentang masalah fisika bangunan, teknologi dan fungsi bangunan
dalam kaitannya dengan kenyamanan bangunan dan perlindungan terhadap iklim.
11. Memiliki ketrampilan merancang yang memenuhi kebutuhan bangunan dalam batas-batas
yang diberikan oleh anggaran biaya dan peraturan bangunan.
12. Pengetahuan yang memadai tentang industri, organisasi dan prosedur dalam penerjemahan
konsep rancangan menjadi wujud bangunan serta menyatukan rencana ke dalam suatu
perencanaan menyeluruh.
13. Pengetahuan yang memadai mengenai pandangan manajemen proyek dan pengendalian
biaya.
Konsorsium Konsultan :
Dalam menangani proyek yang cukup besar dengan kompleksitas permasalahan yang cukup
rumit, maka beberapa konsultan bergabung membentuk Konsorsium Konsultan.
Untuk menangani suatu proyek beberapa Arsitek bergabung membentuk Kerjasama Arsitek
(JO/Joint Operation) untuk membuat perencanaanya.
Didalam menangani proyek yang mempunyai reputasi internasional, biasanya terlibat konsultan
asing untuk membuatkan konsep rancangannya.
Didalam pekerjaannya sorang Arsitek dibantu oleh konsultan disiplin lain. Antara lain, struktur,
Mekenikal Elektrikal Plumbing, Interior, Landscape, QS/ Perhitungan anggaran biaya dan
konsultan spesialis lainnya
Non teknis :
- Perhitungan anggaran.
- Pembuatan RKS.
- Bentuk perjanjian kerja samanya kurang jelas dan lengkap, kurang dapat mengantisipasi
kemungkinan yang terjelek yang akan timbul.
- Proyeknya delay, penyelesaian tidak tepat waktu sehingga operation cost nya membengkak.
- Bentuk perjanjian kerja samanya kurang jelas dan lengkap, kurang dapat mengantisipasi
kemungkinan yang terjelek yang akan timbul.
- Proyeknya delay, penyelesaian tidak tepat waktu sehingga operation cost nya membengkak.
- Bentuk pembagian kerja kurang jelas dan lengkap, biasanya karena sering terjadi perubahan
akan menjadi masalah dalam kerja samanya.
- Perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena masalah cost, Izin Bangunan dan kondisi
lapangannya.
- Komunikasi kurang lancar karena kehadiran arsitek asing sangat kurang.
- Arsitek lokal tidak memahami atau mewujudkan idea dasar arsitek asing tersebut.
- Sering terjadi perubahan yang tidak dikoordinasikan dengan baik, sehingga informasinya
terlambat.
- Perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena masalah cost, Izin Bangunan dan kondisi
lapangannya.
- Komunikasi kurang lancar karena keaktifan sub konsultan tersebut sangat kurang.
- Kontrol terhadap produk perencanaan dari sub konsultan tidak sempat dilaksanakan.
Arsitek sebagai Pengawas, Konsultan Pengawas dan Manajemen Konstruksi masih merupakan
bagian dari IAI atau PSAI, tetapi secara lebih spesifik organisasinya adala
Dalam hal ini bukan asosiasi Arsitek sebagai individu, melainkan asosiasi perusahaannya,
bergabung dalam :
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai desain Interior adalah : HDII Himpunan
Desain Interior Indonesia
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Desain Lansekap adalah : IALI = Ikatan
Ahli Lansekap Indonesia
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Perancang perkotaan adalah : IAP =
Ikatan Ahli Perancang
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Perancang perkotaan adalah : HAKI
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia
6. Pelanggaran Kode Etik berdasarkan waktu/tahapannya
AWAL
- Kasus Arsitek melakukan promosi dengan bentuk mengiklankan diri atau perusahaannya
- Kasus Referensi yang tidak benar
Contoh :
PROSES PERIJINAN
PROSES PELAKSANAAN
7. Yang bertanggung jawab bila terjadi kasus atau kesalahan saat pelaksanaan proyek
Yang bertanggung jawab atas runtuhnya bangunan adalah Manajemen Konstruksi. Karena tugas
MK adalah untuk mengawasi jalannnya pembangunan proyek dari awal hingga akhir serah terima
proyek. MK wajib memastikan bahwa semuanya sudah berjalan sesuai standard dan ketentuan
konstuksi.
Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan (Pasal
60 ayat (1).
Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh penilai ahli (Pasal 60
ayat (2). Penjelasan: Yang dimaksud “penilai ahli” adalah penilai ahli di bidang konstruksi.
Penetapan Kegagalan Bangunan oleh penilai ahli dimaksudkan untuk menjaga objektivitas dalam
penilaian dan penetapan suatu kegagalan.
Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan.
8. Contoh kesalahan pekerjaan lain yang khususnya disebabkan oleh pihak Arsitek Perencana dan
Manajemen Konstruksi