Anda di halaman 1dari 12

Jawaban UAS studi profesi 1

1. A.) Tugas Manajemen Konstruksi diantaranya yaitu:

- Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan metode konstruksi yang
benar atau tidak.
- Meminta laporan progres dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara tertulis.
- MK berhak menegur dan menghentikan jalannya pekerjaan apabila tidak sesuai dengan
kesepakatan.
- Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan mengundang konsultan
perencana, wakil owner dan kontraktor.
- Berhubungan langsung dengan owner atau wakil owner dalam menyampaikan segala
sesuatu di proyek.
- Menyampaikan progres pekerjaan kepada owner langsung.
- Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan spesifikasi kontrak atau
tidak.
- Mengelola, mengarahkan dan mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dalam
aspek mutu dan waktu.
- Mengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh kontraktor.
- Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.
- Selalu meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor agar memenuhi syarat
K3LMP “Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan”.
- Memberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada pekerjaan yang harus dikerjakan
namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat jadwal.

Terdapat 5 proses kerja atau fungsi dari manajemen konstruksi, seperti.

• Perencanaan (Planning). Berfungsi menentukan pekerjaan dan bagaimana suatu proyek


dijalankan, termasuk dalam pengambilan keputusan.

• Pengorganisasian (Organizing). Manajemen konstruksi mengorganisir bagian-bagian


pekerjaan untuk memudahkan karyawan.
• Penempatan Orang (Staffing). Fungsi staffing untuk penempatan orang-orang yang tepat
sesuai dengan bagian pekerjaan yang sudah direncanakan.

• Mengarahkan (Directing). Berfungsi mengarahkan atau directing atau memberikan


bimbingan dan motivasi kepada pekerja dalam melaksanakan tugas.

• Mengontrol (Controlling). Manajemen konstruksi bertugas juga untuk controlling demi


menjamin pekerjaan sesuai dengan perencanaan, menganalisa penyimpangan, dan
menentukan langkah untuk dikoreksi.

Faktor kesuksesan :

- Pihak – pihak yang terlibat dalam proyek rancang bangun harus mempunyai pemahaman

Bersama tentang finansial dan kinerja teknis yang diperlukan.

- Terdapat daluran komunikasi yang cukup.

- Kerjasama yang erat.

- Tujuan yang disepakati Bersama serta dapat mengembangkan kemampuan memecahkan

konflik secara cepat.

- Pasar dan relasi.

- Tingkat kesesuaian produk dengan harapan pemakai.

- Tingkat kesesuaian hasil proyek dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

- Tingkat kepuasan pihak – pihak yang terlibat dalam proyek.

Faktor kegagalan :

- Tinjauan desain arsitektur

- Tinjauan perencanaan

- Tinjauan ekonomi

- Tinjauan enjinering

- Tinjauan lingkungan
B) Skema organisasi kerja

KETERANGAN :

Wajib terlibat

Tidak wajib terlibat


2. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang arsitek meliputi 3 hal :

A. Kognitif : Pengetahuan Ratio dan logika

B. Afektif : Sikap nilai, Minat perasaan

C. Psikomotorik : Keterampilan Penguasaan produksi

Ke 3 kemampuan tersebut tertuang dalam 13 butir kompetensi arsitektur :

1. Kemampuan untuk menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika dan
persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan lingkungan

2. Pengetahuan yang memadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni, teknologi dan
ilmu-ilmu pengetahuan manusia.

3. Pengetahuan tentang seni dan pengaruhnya terhadap kualitas rancangan arsitektur.

4. Pengetahuan yang memadai tentang perencanaan dan perancangan kota serta ketrampilan
yang dibutuhkan dalam proses perencanaan itu.

5. Mengerti hubungan antara manusia (dan) bangunan, dan antara bangunan (dan)
lingkungannya, serta (kebutuhan/niat) (meng)hubung(k)an bangunan-bangunan (dengan) ruang
di antaranya untuk kepentingan manusia (dan skalanya).

6. Pengetahuan yang memadai tentang cara mencapai perancangan yang dapat mendukung
lingkungan yang berkelanjutan.

7. Mengerti makna profesi dan peran arsitek dalam masyarakat terutama pada hal-hal yang
menyangkut kepentingan masalah-masalah sosial.

8 Mengerti persiapan untuk sebuah pekerjaan perancangan dan cara-cara pengumpulan data.

9. Mengerti masalah-masalah perancangan struktur, konstruksi dan enjinering yang berhubungan


dengan rancangan bangunan.

10. Pengetahuan yang memadai tentang masalah fisika bangunan, teknologi dan fungsi bangunan
dalam kaitannya dengan kenyamanan bangunan dan perlindungan terhadap iklim.

11. Memiliki ketrampilan merancang yang memenuhi kebutuhan bangunan dalam batas-batas
yang diberikan oleh anggaran biaya dan peraturan bangunan.
12. Pengetahuan yang memadai tentang industri, organisasi dan prosedur dalam penerjemahan
konsep rancangan menjadi wujud bangunan serta menyatukan rencana ke dalam suatu
perencanaan menyeluruh.

13. Pengetahuan yang memadai mengenai pandangan manajemen proyek dan pengendalian
biaya.

3. Berbagai bentuk kerjasama profesi

Konsorsium Konsultan :

Dalam menangani proyek yang cukup besar dengan kompleksitas permasalahan yang cukup
rumit, maka beberapa konsultan bergabung membentuk Konsorsium Konsultan.

Kolaborasi beberapa Arsitek :

Untuk menangani suatu proyek beberapa Arsitek bergabung membentuk Kerjasama Arsitek
(JO/Joint Operation) untuk membuat perencanaanya.

Kolaborasi dengan Arsitek Asing :

Didalam menangani proyek yang mempunyai reputasi internasional, biasanya terlibat konsultan
asing untuk membuatkan konsep rancangannya.

Konsultan disiplin ilmu lainnya :

Didalam pekerjaannya sorang Arsitek dibantu oleh konsultan disiplin lain. Antara lain, struktur,
Mekenikal Elektrikal Plumbing, Interior, Landscape, QS/ Perhitungan anggaran biaya dan
konsultan spesialis lainnya

4. Sebab utama dari perselisihan antara anggota kerjasama

Non teknis :

- Fee, keuangan, penghasilan dengan biaya operasional, dll.

- Hokum, tentang hak cipta, perpajakan.


Teknis :

- Perencanaan, gambar kerja dan detail.

- Perhitungan anggaran.

- Pembuatan RKS.

- Masa pengawasan berkala.

Konsorsium Konsultan Perselisihan yang biasanya timbul karena :

- Bentuk perjanjian kerja samanya kurang jelas dan lengkap, kurang dapat mengantisipasi
kemungkinan yang terjelek yang akan timbul.

- Adanya ketimpangan beban kerja yang sudah disepakati .

- Proyeknya delay, penyelesaian tidak tepat waktu sehingga operation cost nya membengkak.

- Pembagian fee nya timbul masalah.

Kolaborasi beberapa Arsitek

Perselisihan yang biasanya timbul karena :

- Bentuk perjanjian kerja samanya kurang jelas dan lengkap, kurang dapat mengantisipasi
kemungkinan yang terjelek yang akan timbul.

- Adanya ketimpangan beban kerja yang sudah disepakati.

- Proyeknya delay, penyelesaian tidak tepat waktu sehingga operation cost nya membengkak.

- Pembagian fee nya timbul masalah.

Kolaborasi dengan Arsitek Asing Perselisihan yang biasanya timbul karena :

- Bentuk pembagian kerja kurang jelas dan lengkap, biasanya karena sering terjadi perubahan
akan menjadi masalah dalam kerja samanya.

- Perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena masalah cost, Izin Bangunan dan kondisi
lapangannya.
- Komunikasi kurang lancar karena kehadiran arsitek asing sangat kurang.

- Arsitek asing memaksakan kehendak konsep designnya.

- Arsitek lokal tidak memahami atau mewujudkan idea dasar arsitek asing tersebut.

Konsultan disiplin ilmu lainnya Perselisihan yang biasanya timbul karena :

- Sering terjadi perubahan yang tidak dikoordinasikan dengan baik, sehingga informasinya
terlambat.

- Perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena masalah cost, Izin Bangunan dan kondisi
lapangannya.

- Komunikasi kurang lancar karena keaktifan sub konsultan tersebut sangat kurang.

- Kekeliruan perhitungan kapasitas yang tidak dikoordinasikan dengan baik.

- Kontrol terhadap produk perencanaan dari sub konsultan tidak sempat dilaksanakan.

- RAB melonjak karena pekerjaan sub tersebut melampaui target biaya.

5. A.) Kode Etik Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)

Pasal 2 , yang berbunyi Tidak menerima tugas / pekerjaan dimana terdapat


pertentanganpertentangan akibat kepentingan pribadi yang berlawanan dengan tanggung
jawab serta kewajiban dari pada Profesi Arsitek. Mengambil pekerjaan lain diluar profesi
arsitek merupakan salah satu pelanggaran Pada pasal 2.

B.) organisasi profesi yang menaungi masing-masing profesi

• Arsitek sebagai Konsultan Pengawasan Terpadu, Manajemen Konstruksi

Arsitek sebagai Pengawas, Konsultan Pengawas dan Manajemen Konstruksi masih merupakan
bagian dari IAI atau PSAI, tetapi secara lebih spesifik organisasinya adala

HAMKI Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia

• Arsitek sebagai Pelaksana (Kontraktor)


Dalam hal ini bukan asosiasi Arsitek sebagai individu, melainkan asosiasi perusahaannya,
bergabung dalam AKI Asosiasi Kontraktor Indonesia Asosiasi lainnya seperti Gapensi, Gapeksi
dll.

• Arsitek sebagai Pengembang

Dalam hal ini bukan asosiasi Arsitek sebagai individu, melainkan asosiasi perusahaannya,
bergabung dalam :

REI Real Estat Indonesia

Fiabci Ikatan Real Estat tingkat Asia Pasifik

• Arsitek sebagai Desain Interior

Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai desain Interior adalah : HDII Himpunan
Desain Interior Indonesia

• Arsitek sebagai Ahli landsekap

Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Desain Lansekap adalah : IALI = Ikatan
Ahli Lansekap Indonesia

• Arsitek sebagai Perancang Kota

Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Perancang perkotaan adalah : IAP =
Ikatan Ahli Perancang

• Arsitek sebagai Ahli Konstruksi

Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Perancang perkotaan adalah : HAKI
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia
6. Pelanggaran Kode Etik berdasarkan waktu/tahapannya

AWAL

- Kasus Arsitek melakukan promosi dengan bentuk mengiklankan diri atau perusahaannya
- Kasus Referensi yang tidak benar

Contoh :

PROSES MENDAPATKAN PROYEK

- Kasus sayembara yang tidak fair


- Kasus Tender yang ”diatur”
- Kasus memberikan provisi, komisi dan ”banting harga”

PROSES PERIJINAN

- Kasus pinjam meminjamkan SIBP/IPTB


- Kasus IMB, persyaratan peruntukkan, KDB, KLB, Ketinggian bangunan, standar parkir dan
lain-lain.
PROSES PERENCANAAN

- Kasus Kelayakan Proyek


- Pemborosan
- Mal praktik
- Kasus perencanaan yang tidak beres

PROSES PELAKSANAAN

- Kasus perencanaan yang bermasalah dengan kondisi lapangan


- Kasus Arsitek tidak pernah datang untuk pengawasan berkala
- Kasus Arsitek terlambat memberikan keputusan

7. Yang bertanggung jawab bila terjadi kasus atau kesalahan saat pelaksanaan proyek

Yang bertanggung jawab atas runtuhnya bangunan adalah Manajemen Konstruksi. Karena tugas
MK adalah untuk mengawasi jalannnya pembangunan proyek dari awal hingga akhir serah terima
proyek. MK wajib memastikan bahwa semuanya sudah berjalan sesuai standard dan ketentuan
konstuksi.

Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan (Pasal
60 ayat (1).

Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh penilai ahli (Pasal 60
ayat (2). Penjelasan: Yang dimaksud “penilai ahli” adalah penilai ahli di bidang konstruksi.
Penetapan Kegagalan Bangunan oleh penilai ahli dimaksudkan untuk menjaga objektivitas dalam
penilaian dan penetapan suatu kegagalan.
Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan.
8. Contoh kesalahan pekerjaan lain yang khususnya disebabkan oleh pihak Arsitek Perencana dan
Manajemen Konstruksi

A.) Kode Etik Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)


Pasal 2 , yang berbunyi Tidak menerima tugas / pekerjaan dimana terdapat
pertentanganpertentangan akibat kepentingan pribadi yang berlawanan dengan tanggung jawab
serta kewajiban dari pada Profesi Arsitek. Mengambil pekerjaan lain diluar profesi arsitek
merupakan salah satu pelanggaran Pada pasal 2.
B.) organisasi profesi yang menaungi masing-masing profesi
• Arsitek sebagai Konsultan Pengawasan Terpadu, Manajemen Konstruksi
Arsitek sebagai Pengawas, Konsultan Pengawas dan Manajemen Konstruksi masih merupakan
bagian dari IAI atau PSAI, tetapi secara lebih spesifik organisasinya adala
HAMKI Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia
• Arsitek sebagai Pelaksana (Kontraktor)
Dalam hal ini bukan asosiasi Arsitek sebagai individu, melainkan asosiasi perusahaannya,
bergabung dalam AKI Asosiasi Kontraktor Indonesia Asosiasi lainnya seperti Gapensi, Gapeksi
dll.
• Arsitek sebagai Pengembang
Dalam hal ini bukan asosiasi Arsitek sebagai individu, melainkan asosiasi perusahaannya,
bergabung dalam :
REI Real Estat Indonesia
Fiabci Ikatan Real Estat tingkat Asia Pasifik
• Arsitek sebagai Desain Interior
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai desain Interior adalah : HDII Himpunan
Desain Interior Indonesia
• Arsitek sebagai Ahli landsekap
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Desain Lansekap adalah : IALI = Ikatan
Ahli Lansekap Indonesia
• Arsitek sebagai Perancang Kota
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Perancang perkotaan adalah : IAP =
Ikatan Ahli Perancang
• Arsitek sebagai Ahli Konstruksi
Organisasi yang menaungi Arsitek yang bekerja sebagai Perancang perkotaan adalah : HAKI
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai