Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN FARMAKOLOGI

PERCOBAAN V

UJI ANASTESI LOKAL SECARA IN VIVO

OLEH :

NAMA : Ica Santika

NIM : P07120119062

PRODI : D3 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

2020/2021
PERCOBAAN V
UJI ANASTESI LOKAL SECARA IN VIVO
A. Tujuan
1. Mengenal dan menguasai teknik untuk mencapai anestetik lokal pada hewan.
2. Mengetahui cara pemberian anesteti lokal.
3. Mengetahui cara kerja anestesi lokal.
4. Memahami faktor-faktor yang melandasi perbedaan perbedaan dalamsifat dan potensi
anestesi lokal.
5. Mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi kerja anestetika lokal.

TINJAUAN PUSTAKA

Anasthesia adalah hilangnya sensai kontrol terhadap tubuh. Biasa digunakan untuk mendeskripsikan
proses reversible yang membiarkan prosedur operasi atau terapi apapun yang menyebabkan rasa nyeri
hebat yang dilakukan tanpa pasien merasa stress atau tidak nyaman (Marcivitch, H.,2005).

B. Pendahuluan
Obat bius lokal/anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang
menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang
cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunansaraf. Obat bius lokal bekerja
merintangi secara bolak-balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan
dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa
dingin. Obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di selaput lendir. Disamping itu, anestesia local mengganggu fungsi semua organ
dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai efek
yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuro muskular dan semua jaringan
otot.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yangdigunakan sebagai
anestetikum lokal, antara lain :
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
c. Toksisitas sistemik rendah
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaputlendir.
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
a. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi
dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karenaitu
golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami
metabolismedibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain,
kokain, prokaindengan prokain sebagai prototip.
b. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
c. Lainnya
d. Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.

Menurut cara pemakaian anestesi lokal dibedakan menjadi 4, yaitu :


1. Anestesi Permukaan
Anestetika local digunakan pada mukosa atau permukaan luka dan darisana berdifusi ke
organ akhir sensorik dan ke percabangan saraf terminal.Padaepidermis yang utuh (tidak
terluka) maka anestetika local hampir tidak bekhasiat karena tidak mampu menembus
lapisan tanduk.
2. Anestesi Infiltrasi
Anestetika local disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga diisikan kedalam jaringan.
Dengan demikian selain organ ujung sensorik, juga batang-batang saraf kecil dihambat.
3. Anestesi Konduksi
Anestetika local disuntikkan di sekitar saraf tertentu yang dituju dan hantaran rangsang
pada tempat ini diputuskan. Bentuk khusus dari anestesi konduksi ini adalah anestesi
spinal, anestesi peridural, dan anestesi paravertebral.
4. Anestesi Regional Intravena dalam daerah anggota badan
Sebelum penyuntikan anestetika local, aliran darah ke dalam dan ke luar dihentikan
dengan mengikat dengan ban pengukur tekanan darah dan selanjutnya anestetika local
yang disuntikkan berdifusi ke luar dari vena dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan
dalam waktu 10-15 menit menimbulkan anestesi.

Salah satu obat anastetika local dari golongan amida. Lidokain terdiri dari satu gugus
lipofilik (biasanya merupakan suatu cincin aromatik) yang dihubungkan suatu rantai perantara
(jenis amid) dengan suatu gugus yang mudah mengion (amin tersier). Dalam penerapan
terapeutik, mereka umumnya disediakan dalam bentuk garam agar lebih mudah larut dan stabil.
Didalam tubuh mereka biasanya dalam bentuk basa tak bermuatan atau sebagai suatu kation.
Perbandingan relative dari dua bentuk ini ditentukan oleh harga pKa nya dan pHcairan tubuh,
sesuai dengan persamaan Henderson-Hasselbalch. Lidokain merupakan obat terpilih bagi
mereka yang hipersensitif terhadap prokain dan juga epinefrin.Biasanya Lidokain digunakan
untuk anestesi permukaan dalam bentuk salep, krim dan gel. Efek samping Lidokain biasanya
berkaitan dengan efeknya terhadap SSP misalnya kantuk, pusing, paraestesia,gangguan mental,
koma, dan seizure.

C. Alat dan Bahan


1. Tikus
2. Obat : Lidokaindosis 1-1,5 mg/kgBB, Bupivakain 0,5-2 mg/kgBB
3. Larutan NaCl Fisiologis 0,5 mL
4. CMC Na 1 %
5. Timbangan hewan
6. Jarum suntik
7. Gelas ukur

D. Cara Kerja
1. Gunting bulu hewan coba pada bagian punggung, diameter 1 cm, lingkari dengan spidol.
2. Evaluasi awal respon hewan coba terhadap nyeri dengan cara menusukkan jarum pentul
pada daerah yg sudah ditandai, sebanyak 5 kali, dengan intensitas yang sama.
3. Ambil obat anestesi yang akan dicoba dengan spuite 1 cc.
4. Suntikkan secara subcutan pada daerah yang sudah ditandai .
5. Amati respon hewan coba terhadap nyeri spt pd evaluasi awal, setiap 5 menit, sampai 60
menit.
6. Catat jumlah tusukan yang tidak dirasakan oleh hewan coba (tidak ada respon) pada
table dibawah ini.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Dengan Obat Lidocaine

Waktu (menit) Jumlah Tusukan Yang Tidak Ada


Respon

0 -

5 4

10 7

15 9

20 10

25 10

30 10

35 10

40 10

45 9

50 6

55 8

60 7
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Dengan Obat Bupivacaine

Waktu (menit) Jumlah Tusukan Yang Tidak Ada


Respon

0 -

5 1

10 5

15 8

20 8

25 9

30 10

35 10

40 10

45 10

50 10

55 8

60 8

F. Pembahasan dan Kesimpulan


10
9

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kurva 1.1 Penggunaan obat Lidocaine pada hewan uji

10

051015202530354045505560
Kurva 1.2 Penggunaan Obat Bupivacaine pada hewan uji
Pengguaan obat anastesi lidocaine dan bupivacaine memiliki pengaruh yang berbeda dalam
segi durasi, respon, dan efek dari terapi obat tersebut. Lidocaine sendiri memiliki respon yang
lebih cepat terhadap pembiusan, dalam rentang waktu 5 menit sudah ada 4 tusukan yang tidak
memiliki respon. Berbanding terbaik dengan penggunaan obat bupivacaine yang dalam
rentang waktu 5 menit baru ada 1 tusukan yang tidak memiliki respon. Lalu dalam segi lama
tidak terasa satupun respon lidocaine memiliki 20 menit, bupivacaine memiliki 20 menit juga.

Kebanyakan lidocaine yang dipakai dalam pembiusan di rumah sakit. Karena respon yang
cepat dan harga yang relatif terjangkau. Lidocaine ini banyak digunakan pada pembiusan
dalam perawatan luka.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008.Farmakologi dan Terapi Edisi 5.Jakarta :


Balai Penerbit FKUI

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB

Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 .Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo

Marcivitch.H.,2005.,Black Medical dictionary 21 edition.,A & C Black, London.

Anda mungkin juga menyukai